Senjata laras panjang jenis M-16 yang digunakan Pipe (19) dan kelompoknya saat merampok toke karet di Dharmasraya, Senin (30/7) lalu, saat ini masih digunakan kepolisian dan TNI-AD saat latihan.
Waka Polresta Dharmasraya, Kompol Ari Yuswan Triono mengatakan, saat ini senjata M-16 yang digunakan pelaku tersebut belum ditemukan, walaupun seorang tersangka berhasil diamankan di kawasan Jujuhan, Dharmasraya.
Hingga Rabu (1/8) siang, penyidik masih belum bisa memastikan senjata yang digunakan saat perampokan tersebut adalah senjata milik polisi atau TNI AD. Pasalnya tersangka Pipe masih bungkam dan tidak mau bicara banyak di hadapan penyidik.
“Karena tersangka masih bungkam, penyidik mengalami kesulitan untuk mengetahui asal senjata buatan Amerika tersebut. Walaupun senjata jenis ini masih dipergunakan polisi dan TNI AD untuk latihan, namun kami masih belum bisa memastikan bahwa senjata yang digunakan dalam aksi perampokan itu adalah senjata organik Polri atau TNI AD,” ujar Ari.
Saat ini penyidik telah memastikan a selongsong peluru yang ditembakkan pelaku tersebut adalah selongsong peluru senjata M-16 produksi 1960 buatan Amerika Serikat. Dugaan sementara, senjata yang dipergunakan saat tersangka melakukan aksi perampokan tersebut adalah senjata rakitan yang masuk dari luar Sumbar.” Namun untuk memastikan asal senjata ini apakah memang senjata organik milik polisi atau TNI AD masih terus diteliti,” jelasnya.
Selain melakukan penyidikan terhadap selongsong peluru, penyidik Polres Dharmasraya juga telah meminta keterangan korban, dana dua saksi lain yang berada di lokasi kejadian. Kemungkinan, dalam beberapa hari ke depan penyidik akan memeriksa kembali beberapa saksi mata yang melihat langsung kejadian.
Informasi yang diperoleh di Polresta Padang menyebutkan, beberapa anggota Buser Polresta Padang akan turun kelokasi kejadian, guna mengusut dan mengungkap kasus perampokan yang menggunakan senjata M-16 tersebut.
Pjs Kabid Humas Polda Sumbar AKBP Mainar Sugianto mengatakan, saat ini senjata jenis M-16 tersebut masih dipergunakan oleh jajaran kepolisian untuk melakukan latihan. Tidak hanya itu, senjata laras panjang jenis M-16 ini ada sebanyak 10 pucuk di tangan tim Reksrim Mapolresta Padang.
“Kalau senjata yang dipergunakan adalah senjata organik Polri tidak mungkin, senjata jenis ini hanya dikeluarkan saat latihan, setelah itu senjata ini kembali dimasukan ke dalam gudang sampai latihan digelar kembali,” kata Mainar.
Saat ini penyidik kepolisian Dharmasraya berupaya keras mengungkap asal senjata M-16, yang dipergunakan dalam aksi perampokan di Dharmasraya. Dan beruntung, tersangka menembakkan senjatanya tidak ke arah korban, dan warga lain yang saat itu berada tidak jauh dari lokasi kejadian.
Senjata jenis M-16 ini juga diakui Kepala Penerangan Korem (Kapendrem) 032 Wirabraja Mayor (Inf) Delfi Deflijun merupakan senjata organik TNI AD yang juga masih dipergunakan untuk latihan. Senjata M-16 itu menggunakan peluru kaliber 5,56 milimeter.
“Saat senjata ini digunakan dalam sekali tembak bisa tiga peluru keluar, dan juga peluru senjata itu bisa keluar satu-persatu,” ujar Delfi.
Pihaknya menyebut akan membiarkan aparat kepolisian menelusuri dan meneliti selongsong peluru yang mereka dapatkan tersebut. Tapi, menurut Kapenrem selongsong peluru yang ditemukan tersebut bukan dari senjata milik TNI AD.
“Seluruh senjata milik TNI AD memiliki nomor register yang nomornya sama dengan nomor pada peluru, jadi tidak mungkin senjata M-16 itu milik kami,” tegasnya.
Ditambahkannya, senjata jenis M-16 ini memiliki jangkauan yang sangat jauh yakni dari 500 hingga 600 meter. “Senjata M-16 itu usai latihan langsung disimpan, dan tidak pernah dikeluarkan lagi, sampai latihan berikutnya dilakukan,” lanjutnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar