AFP/MARTIN BUREAU
Pasangan loncat indah China, He Zi dan Wu Minxia, berpose di atas podium usai menyabet medali emas nomor sinkronisasi 3m springboard di Olimpiade London 2012, Minggu (29/7/2012).
Ayah dari juara cabang olahraga loncat indah China dilaporkan mengaku menyembunyikan berita bahwa ibu dari sang atlet tengah mengidap kanker. Langkah ini dilakukan untuk membuatnya tetap fokus pada olimpiade.
Wu Minxia (26) mendapatkan emas untuk nomor sinkronisasi 3 m springboard di Olimpiade London. Ia menjadi peloncat indah pertama di dalam sejarah yang memenangi emas dalam tiga olimpiade berturut-turut.
Orangtuanya telah melewati batas untuk memastikan kesuksesan anaknya, termasuk dengan menutupi berita bahwa sang ibu telah menghadapi perjuangan selama delapan tahun memerangi kanker. Selain itu, keluarga juga menutup berita atas kematian kakek dan nenek Wu.
Berikut seperti yang dilaporkan oleh Shanghai Daily pada Senin (30/7/2012).
"Wu menelepon kami setelah neneknya meninggal, saya mengertakkan gigi dan mengatakan kepadanya: 'semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah'," kata Wu Jueming, ayah Wu, kepada media cetak tersebut.
Orangtua Wu merasa kebohongan ini adalah hal yang "penting" untuk menjaga agar anak mereka tetap dapat memfokuskan diri dalam latihan.
"Kami tidak pernah berbicara mengenai urusan keluarga dengan anak perempuan kami," kata sang ayah.
Ribuan pengguna internet di China menggunakan Sina Weibo, sebuah situs mikro-blog, seperti Twitter, untuk mengutuk "kebohongan putih" orangtua Wu sebagai contoh kerasnya sistem olahraga yang dibiayai oleh Pemerintah China.
"Terpisah dari membuat orang menjadi gila, strategi olimpiade kami juga membuat orang kehilangan kemanusiaannya," kata seorang komentator online. "Sistem olahraga nasional kita menjijikkan," kata yang lain.
Kritik mulai membanjiri tim nasional China sejak Ye Shiwen dituduh menggunakan doping karena mampu menyabet dua medali emas olimpiade. Setelah desas-desus ini, China kembali tersandung masalah setelah Wang Xiaoli dan Yu Yang terlibat dalam insiden "kartu hitam" di Wembley Arena.
China juga mengalami serangkaian kritik atas metode pelatihan atlet sejak dini yang dipertanyakan olehDailymail.co.uk sebagai "pelatihan atau penyiksaan?"
Sekolah olahraga China dengan gaya-Soviet, yang memilih dan mendidik atlet potensial dari usia muda, melibatkan latihan yang berat selama berjam-jam setiap harinya. Sekolah ini telah menghasilkan banyak juara dunia dan China sendiri telah menjadi negara terdepan dalam perolehan medali emas di olimpiade.
The Shanghai Daily mengatakan, keluarga Wu jarang melihat anak mereka dan hanya mengetahui aktivitas anak perempuannya itu lewat akun mikro-blog miliknya. Mereka pergi ke London untuk mendukung anak perempuannya, tetapi tidak bertemu langsung dengannya sebelum final loncat indah.
"Kami hanya mengirim anak kami sebuah pesan singkat setelah kami tiba di London untuk mengatakan bahwa kami tiba dengan selamat. Jadi, ia tidak perlu khawatir," kata ayah Wu.
"Ia tidak sering menelepon karena ia sibuk dengan latihan. Kami telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa ia bukan milik kami lagi."
Wu Minxia (26) mendapatkan emas untuk nomor sinkronisasi 3 m springboard di Olimpiade London. Ia menjadi peloncat indah pertama di dalam sejarah yang memenangi emas dalam tiga olimpiade berturut-turut.
Orangtuanya telah melewati batas untuk memastikan kesuksesan anaknya, termasuk dengan menutupi berita bahwa sang ibu telah menghadapi perjuangan selama delapan tahun memerangi kanker. Selain itu, keluarga juga menutup berita atas kematian kakek dan nenek Wu.
Berikut seperti yang dilaporkan oleh Shanghai Daily pada Senin (30/7/2012).
"Wu menelepon kami setelah neneknya meninggal, saya mengertakkan gigi dan mengatakan kepadanya: 'semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah'," kata Wu Jueming, ayah Wu, kepada media cetak tersebut.
Orangtua Wu merasa kebohongan ini adalah hal yang "penting" untuk menjaga agar anak mereka tetap dapat memfokuskan diri dalam latihan.
"Kami tidak pernah berbicara mengenai urusan keluarga dengan anak perempuan kami," kata sang ayah.
Ribuan pengguna internet di China menggunakan Sina Weibo, sebuah situs mikro-blog, seperti Twitter, untuk mengutuk "kebohongan putih" orangtua Wu sebagai contoh kerasnya sistem olahraga yang dibiayai oleh Pemerintah China.
"Terpisah dari membuat orang menjadi gila, strategi olimpiade kami juga membuat orang kehilangan kemanusiaannya," kata seorang komentator online. "Sistem olahraga nasional kita menjijikkan," kata yang lain.
Kritik mulai membanjiri tim nasional China sejak Ye Shiwen dituduh menggunakan doping karena mampu menyabet dua medali emas olimpiade. Setelah desas-desus ini, China kembali tersandung masalah setelah Wang Xiaoli dan Yu Yang terlibat dalam insiden "kartu hitam" di Wembley Arena.
China juga mengalami serangkaian kritik atas metode pelatihan atlet sejak dini yang dipertanyakan olehDailymail.co.uk sebagai "pelatihan atau penyiksaan?"
Sekolah olahraga China dengan gaya-Soviet, yang memilih dan mendidik atlet potensial dari usia muda, melibatkan latihan yang berat selama berjam-jam setiap harinya. Sekolah ini telah menghasilkan banyak juara dunia dan China sendiri telah menjadi negara terdepan dalam perolehan medali emas di olimpiade.
The Shanghai Daily mengatakan, keluarga Wu jarang melihat anak mereka dan hanya mengetahui aktivitas anak perempuannya itu lewat akun mikro-blog miliknya. Mereka pergi ke London untuk mendukung anak perempuannya, tetapi tidak bertemu langsung dengannya sebelum final loncat indah.
"Kami hanya mengirim anak kami sebuah pesan singkat setelah kami tiba di London untuk mengatakan bahwa kami tiba dengan selamat. Jadi, ia tidak perlu khawatir," kata ayah Wu.
"Ia tidak sering menelepon karena ia sibuk dengan latihan. Kami telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa ia bukan milik kami lagi."
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar