AFP/YURI CORTEZ
Lifter Indonesia, Triyatno, dengan bangga memperlihatkan medali perak yang diraihnya di Olimpiade London 2012, Selasa (31/7/2012). Dia berada di peringkat kedua kelas 69 Kg dalam pertandingan yang berlangsung di The Excel Centre, London.
- Lifter kebanggaan Indonesia, Triyatno, adalah anak dari keluarga petani pasangan Suparno dan Sukatinah. Dia mengawali olahraga angkat besi di usia 14 tahun.
"Waktu itu diajak teman untuk ikut berlatih. Ya sudah saya ikut saja," kata atlet kelahiran 20 Desember 1987 yang besar di Lampung itu, usai menyabet medali perak Olimpiade London 2012, Selasa (31/7/2012).
"Pertama latihan badan sakit semua," katanya mengenang awal kariernya sepuluh tahun yang lalu.
Ucapan pelatihnya waktu itu, Yon Haryono, "Nanti kalau kamu juara bisa menginap di hotel gratis, pergi ke mana saja gratis" telah menyulut semangatnya untuk berlatih keras.
Tidak sia-sia, hasil latihan kerasnya membuahkan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Ia juga meraih emas di Kejuaraan Asia 2009, dan perunggu di Kejuaraan Dunia 2009 dan 2010.
Medali emas Kejuaraan Asia 2009 di Kazakhstan juga diraih pria yang berencana menikahi kekasihnya, sesama lifter, Riska Anjani, usai PON Riau akhir tahun ini.
"Saya berlatih setiap hari kecuali Kamis dan Minggu libur," kata atlet asuhan pelatih Lukman itu.
Buah prestasinya tentu tidak saja medali. Bonus demi bonus mengalir seiring dengan meningkatnya prestasi yang diraihnya. Ia bisa memberangkatkan kedua orangtuanya pergi haji, yang juga diakuinya semuanya berkat hasil dari angkat besi.
"Semuanya (yang saya punya) dari angkat besi," kata Triyatno yang kakak sulungnya menjadi TKI di Malaysia, dan kakak keduanya tinggal di rumah mengurus sawah dan ladang.
Sekarang, setelah semua yang ia raih, Triyatno masih menyimpan harapan untuk dapat tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan meningkatkan perolehannya menjadi emas.
"Insya Allah saya masih bisa tampil di Rio," katanya. "Tentu saja harus melalui usaha mati-matian."
"Waktu itu diajak teman untuk ikut berlatih. Ya sudah saya ikut saja," kata atlet kelahiran 20 Desember 1987 yang besar di Lampung itu, usai menyabet medali perak Olimpiade London 2012, Selasa (31/7/2012).
"Pertama latihan badan sakit semua," katanya mengenang awal kariernya sepuluh tahun yang lalu.
Ucapan pelatihnya waktu itu, Yon Haryono, "Nanti kalau kamu juara bisa menginap di hotel gratis, pergi ke mana saja gratis" telah menyulut semangatnya untuk berlatih keras.
Tidak sia-sia, hasil latihan kerasnya membuahkan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Ia juga meraih emas di Kejuaraan Asia 2009, dan perunggu di Kejuaraan Dunia 2009 dan 2010.
Medali emas Kejuaraan Asia 2009 di Kazakhstan juga diraih pria yang berencana menikahi kekasihnya, sesama lifter, Riska Anjani, usai PON Riau akhir tahun ini.
"Saya berlatih setiap hari kecuali Kamis dan Minggu libur," kata atlet asuhan pelatih Lukman itu.
Buah prestasinya tentu tidak saja medali. Bonus demi bonus mengalir seiring dengan meningkatnya prestasi yang diraihnya. Ia bisa memberangkatkan kedua orangtuanya pergi haji, yang juga diakuinya semuanya berkat hasil dari angkat besi.
"Semuanya (yang saya punya) dari angkat besi," kata Triyatno yang kakak sulungnya menjadi TKI di Malaysia, dan kakak keduanya tinggal di rumah mengurus sawah dan ladang.
Sekarang, setelah semua yang ia raih, Triyatno masih menyimpan harapan untuk dapat tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan meningkatkan perolehannya menjadi emas.
"Insya Allah saya masih bisa tampil di Rio," katanya. "Tentu saja harus melalui usaha mati-matian."
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar