PADANG – Nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau, saat ini mulai sirna di tengh kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat yang adakalanya tidak peduli dengan sopan santun. Begitu pula tokoh panutan, sangat jarang ditemukan lagi.
“Begitulah kondisi rill sekarang. Nilai-nilai tersebut secara perlahan terkikis habis. Bahkan istilah ereng jo gendeng yang tadinya begitu membumi di Sumbar, kini boleh dikata hampir tidak dipahami,’’ kata Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Sumbar Dr. Suhermanto Raza, Senin malam (18/2) di Padang.
Dalam acara pelatihan pengembangan dan pelatihan adat dan budaya Minangkabau bagi kabupaten/kota se-Sumbar itu, Suhermanto menjelaskan, munculnya gejala demikian, akibat dipengaruhi budaya asing, perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan globalisasi hingga pengaruh lingkungan.
Kemajuan teknologi dan pesatnya modernisasi tersebut, tak bisa dihindari. Segalanya mudah diakses dan masuk dengan lancar. Makanya, di tengah gencarnya pengaruh luar, tidak ada jalan lain. Membentengi diri harus dilakukan. Nilai-nilai adat dan budaya harus dihidupkan kembali. Apalagi hal itu merupakan kebanggaan Sum bar.
Menurut dia, salah satu upaya untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai adat budaya masyarakat Minangkabau adalah dengan melakukan pelatihan. Pihak-pihak terkait, baik LKAAM, bundo kanduang dan dinas terkait harus diberikan pemahaman mendalam agar bisa diterapkan di tengah masyarakat. Kuncinya, memang nilai adat dan budaya harus dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Suhermanto optimis apa yang dikhawatirkan itu, menipisnya penerapan nilai dan budaya Minangkabau akan, tidak akan terjadi. Bahkan makin berkibar di tengah ma syarakat. Nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang dianggap orang tinggal kenangan, justru bangkit dan men jelma dalam setiap detak jantung masyarakat Sumbar.
Dalam acara pelatihan pengembangan dan pelatihan adat dan budaya Minangkabau bagi kabupaten/kota se-Sumbar itu, Suhermanto menjelaskan, munculnya gejala demikian, akibat dipengaruhi budaya asing, perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan globalisasi hingga pengaruh lingkungan.
Kemajuan teknologi dan pesatnya modernisasi tersebut, tak bisa dihindari. Segalanya mudah diakses dan masuk dengan lancar. Makanya, di tengah gencarnya pengaruh luar, tidak ada jalan lain. Membentengi diri harus dilakukan. Nilai-nilai adat dan budaya harus dihidupkan kembali. Apalagi hal itu merupakan kebanggaan Sum bar.
Menurut dia, salah satu upaya untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai adat budaya masyarakat Minangkabau adalah dengan melakukan pelatihan. Pihak-pihak terkait, baik LKAAM, bundo kanduang dan dinas terkait harus diberikan pemahaman mendalam agar bisa diterapkan di tengah masyarakat. Kuncinya, memang nilai adat dan budaya harus dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Suhermanto optimis apa yang dikhawatirkan itu, menipisnya penerapan nilai dan budaya Minangkabau akan, tidak akan terjadi. Bahkan makin berkibar di tengah ma syarakat. Nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang dianggap orang tinggal kenangan, justru bangkit dan men jelma dalam setiap detak jantung masyarakat Sumbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar