Brigadir Elmi Waldi (EW) yang mengajak duel Wakapolres Bukittinggi, ditetapkan sebagai tersangka. Ia mengamuk karena gajinya ditahan, padahal uang itu untuk nafkah keluarga dan lebih mendesak untuk berobat.
Sebagaimana diberitakan kemarin, Wakapolres Kompol Arief Budiman melepaskan tiga kali tembakan, saat diajak duel oleh EW. EW mengacung-acungkan golok kepada atasannya itu. Satu tembakan peringatan dilepas, tapi tak mangkus. Satu ditembakkan ke kaki EW dan satu lagi melayang, pelurunya hinggap pada dinding SMA di seberang jalan. Di perjalanan peluru itu, mencabik pelipis seorang pengendara motor.
“Sebenarnya saya tidak menginginkan kejadian ini. Saat itu saya sudah mengingatkan agar parang tersebut dibuang, karena sudah diayun-ayunkan, namun tidak diindahkan, terpaksa saya melepaskan satu
tembakan peringatan, namun dia semakin beringas, saya tidak ingin ada korban jiwa, maka dengan jarak sekitar 5 atau 6 meter tembakan dikeluarkan untuk menghentikan,” terang Arief.
Tembakan berikut diarahkan ke aspal berjarak 10 meter dari EW.
“Saya sungguh tidak tahu jika kaki EW kena peluru,” kata Wakapolres.
“Saya selalu mengarahkan bidikan ke bawah, setelah itu Elmi lari keluar pagar, saya kejar, senjata saya letakkan, akhirnya dia dapat di jalan depan Mapolres, kemudian diamankan. Saya mengetahui kalau tembakan itu mengenai kaki itu setelah diamankan,” terangnya.
Sementara Kapolres Bukittinggi, AKBP Eko Nugrohadi menyebutkan Arief sudah dimintai keterangan oleh Propam Polda. EW juga sudah ditahan di Rutan Polres terkait dengan laporan polisi yang masuk dari Kasi Keuangan Polres Bukittinggi, Khairul yang juga diserang oleh EW.
“Laporan polisi yang diterima kaitannya dengan penganiayaan, undang undang darurat membawa senjata tajam, kemudian ancaman,” ungkapnya.
Di lain sisi, dari pihak keluarga Dini (30) warga Padang Luar yang terkena serpihan peluru dari tembakan Wakapolres Bukittinggi menyebutkan belum bisa diganggu. Kondisinya sudah mulai membaik. Operasi untuk mengambil serpihan peluru sudah dilakukan oleh dokter bedah di Rumah Sakit Stroke Bukittinggi. Semula hendak dirujuk ke M. Djamil Padang namun batal. Dini sudah dipindahkan ke ruangan perawatan.
Sementara Widiya, istri Brigadir Elmi Waldi beralamat di Pilubang Agam menyebutkan, saat itu suaminya menjemput gaji, karena terdesak kebutuhan untuk berobat tradisional suaminya. Itulah sebabnya kenapa ia selama ini jarang masuk kantor. Sebelumnya dia pernah hendak menemui Wakapolres namun tidak bertemu, ke Provos pun sudah menghadap.
“Gaji itu dijemput untuk kebutuhan berobat ke Batusangkar, memang tidak hanya gaji ditahan tapi uang remunerasi juga ditahan, saya maklum kalau remun ditahan karena suami saya sering tidak ngantor, tapi saya mengharapkan gaji tersebut,” tukasnya.
Dikatakannya, rencana awal dia bersama suaminya hendak menghadap Kapolres didampingi Provost, sengaja menghindar bertemu dengan waka, ternyata ketemu juga. Padahal yang dimintanya ke sana adalah haknya atas gaji suaminya. “Parang yang dibawa memang dipersiapkan suami saya dari rumah, katanya semata-mata agar gajinya bisa dikeluarkan,” sebut Widiya.
Sejauh ini, kasus yang telah menggemparkan warga Bukittinggi dan sekitarnya ini masih menjadi pembicaraan terhangat di masyarakat.
Tembakan berikut diarahkan ke aspal berjarak 10 meter dari EW.
“Saya sungguh tidak tahu jika kaki EW kena peluru,” kata Wakapolres.
“Saya selalu mengarahkan bidikan ke bawah, setelah itu Elmi lari keluar pagar, saya kejar, senjata saya letakkan, akhirnya dia dapat di jalan depan Mapolres, kemudian diamankan. Saya mengetahui kalau tembakan itu mengenai kaki itu setelah diamankan,” terangnya.
Sementara Kapolres Bukittinggi, AKBP Eko Nugrohadi menyebutkan Arief sudah dimintai keterangan oleh Propam Polda. EW juga sudah ditahan di Rutan Polres terkait dengan laporan polisi yang masuk dari Kasi Keuangan Polres Bukittinggi, Khairul yang juga diserang oleh EW.
“Laporan polisi yang diterima kaitannya dengan penganiayaan, undang undang darurat membawa senjata tajam, kemudian ancaman,” ungkapnya.
Di lain sisi, dari pihak keluarga Dini (30) warga Padang Luar yang terkena serpihan peluru dari tembakan Wakapolres Bukittinggi menyebutkan belum bisa diganggu. Kondisinya sudah mulai membaik. Operasi untuk mengambil serpihan peluru sudah dilakukan oleh dokter bedah di Rumah Sakit Stroke Bukittinggi. Semula hendak dirujuk ke M. Djamil Padang namun batal. Dini sudah dipindahkan ke ruangan perawatan.
Sementara Widiya, istri Brigadir Elmi Waldi beralamat di Pilubang Agam menyebutkan, saat itu suaminya menjemput gaji, karena terdesak kebutuhan untuk berobat tradisional suaminya. Itulah sebabnya kenapa ia selama ini jarang masuk kantor. Sebelumnya dia pernah hendak menemui Wakapolres namun tidak bertemu, ke Provos pun sudah menghadap.
“Gaji itu dijemput untuk kebutuhan berobat ke Batusangkar, memang tidak hanya gaji ditahan tapi uang remunerasi juga ditahan, saya maklum kalau remun ditahan karena suami saya sering tidak ngantor, tapi saya mengharapkan gaji tersebut,” tukasnya.
Dikatakannya, rencana awal dia bersama suaminya hendak menghadap Kapolres didampingi Provost, sengaja menghindar bertemu dengan waka, ternyata ketemu juga. Padahal yang dimintanya ke sana adalah haknya atas gaji suaminya. “Parang yang dibawa memang dipersiapkan suami saya dari rumah, katanya semata-mata agar gajinya bisa dikeluarkan,” sebut Widiya.
Sejauh ini, kasus yang telah menggemparkan warga Bukittinggi dan sekitarnya ini masih menjadi pembicaraan terhangat di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar