Seekor ular piton sebesar pohon pinang dengan panjang sekitar 6 meter, ditangkap warga kelurahan Beringin, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Rabu (25/12), sekitar pukul 20.00 WIB. Ular tersebut ditangkap saat akan memangsa seekor anjing peliharaan milik petani. Sebelumnya, petani tersebut melihat ular itu melilit anjingnya sampai mati.
“Saya melihat ular itu sedang melilit anjing saya. Waktu itu pukul setengah enam sore. Saya lantas ketakutan dan turun bukit untuk memberitahukan ular itu kepada warga,” ujar Bujang Kobah, petani yang pertama kali melihat ular itu. Saat itu ia mau pulang dari ladang. Ia bermaksud membawa anjingnya pulang. Sebelumnya, anjing itu ia ikatkan di sebuah pohon, dan dia pergi bekerja.
Ketika Bujang melaporkan penemuannya kepada warga, sebanyak 20 orang warga setempat pun langsung naik ke bukit untuk menangkap ular itu pada pukul 19.30 WIB. Yakub (65), warga yang memimpin penangkapan itu menuturkan, warga setempat memang telah lama ingin menangkap ular itu, karena sudah banyak memakan ternak, seperti anjing, sapi, dan kambing. Hal tersebut membuat masyarakat rugi.
“Saya memimpin warga menangkap ular itu dengan tangan kosong. Ketika ular sedang lengah, saya melompat dan memegang kepalanya, sementara warga yang lain memegang tubuh dan ekornya,” ungkap Yakub ketika ditemui Haluan di RT 3 RW 2 kelurahan Beringin, Kamis (26/12). Menurutnya, ular tersebut sedang kelaparan, sehingga memangsa hewan peliharaan warga.
Setelah mulutnya diikat oleh warga, ular yang juga disebut sebagai sanca kembang itu dibawa turun bukit dan dimasukkan ke dalam keramba ikan yang terbuat dari besi. Ular tersebut sejak Rabu malam menjadi tontonan warga hingga keesokan harinya.
Yakub, ‘pahlawan’ dalam kejadian ini mengaku bukan seorang pawang ular. Katanya, ia hanya warga biasa yang bermodalkan keberanian untuk menangkap ular. “Saya bukan pawang ular, tapi jika ada warga yang meminta bantuan saya untuk menangkap ular, saya bantu. Saya sudah sering menangkap ular, sejak tahun 70-an. Ular masuk kampung dan memakan ternak warga, sudah sering terjadi di sini karena kawasan ini dilingkupi rimba. Untungnya, sejak dulu tak ada korban jiwa,” tuturnya.
Yakub mengaku tak takut menangkap ular, karena ular masih kelihatan. Maksudnya, kalau pun ular menyerang, masih bisa dielakkan karena tampak oleh mata. “Yang perlu ditakutkan adalah musuh yang tidak kelihatan, karena kita tidak tahu ia menyerang dari mana, dan tidak tahu cara menyerangnya,” lanjut lelaki kurus pemberani itu.
Sempat Lepas dan Kejar Warga
Pagi itu, ketika Haluan tengah berbincang-bincang dengan warga setempat perihal banyaknya ular di daerah mereka, Yakub mengeluarkan ular tersebut dengan maksud berfoto dengan ular itu. Sialnya, ular itu mengamuk sehingga Yakub tak sanggup mengendalikannya meski telah dibantu oleh warga yang lain. Puluhan warga yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, dan pemuda yang sedang menyaksikan Yakub mengeluarkan ular, lari pontang-panting menjauhi ular. Dengan leluasa ular bergerak bebas di halaman rumah bahkan sempat masuk ke dalam rumah Yakub.
Dengan menggunakan tali dan kayu, Yakub bersama belasan lelaki lainnya, berhasil menangkap ular tersebut dan memasukkan kembali ke keramba besi.
“Kami tak akan membunuh ular ini karena kami tahu ini hewan langka yang patut dilestarikan. Kami mengizinkan ular ini dibawa oleh dinas pariwisata atau dinas kehutanan, asalkan memberi kami imbalan sebanyak Rp 6 juta, sebagai uang pengganti kami menangkap ular ini,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar