KOMPAS/TIMBUKTU HARTANARibuan masyarakat Manokwari dan sekitarnya turun ke jalan berunjuk rasa menuntut kemerdekaan tanah Papua.
TERKAIT:
JAYAPURA, KOMPAS.com — Para penggiat demokrasi dan HAM di Papua mengecam kinerja aparat keamanan dan intelijen di Papua. Berbagai kasus kekerasan komunal dan kriminal bersenjata yang menewaskan banyak orang di Papua akhir-akhir ini menjadi fakta lemahnya jaringan intelijen tersebut.
Koordinator Kontras Papua Olga Hamadi, Sabtu (13/8/2011) di Abepura, Papua, mengatakan, fungsi dan peran intelijen yang seharusnya mampu memberi deteksi dini tampaknya tidak optimal. Beberapa kasus kekerasan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di tempat yang sama. Pelaku dan motif belum terungkap.
Dugaan bahwa pelaku adalah kelompok sipil bersenjata hingga saat ini belum teruji kebenarannya. Munculnya dugaan adanya kelompok TPN-OPM buatan atau sebaliknya membuat persepsi warga terpecah-pecah. Ujungnya, kerja intelijen dinilai tidak mampu memberi jaminan keamanan bagi publik.
Bagi Teo Hasegem, penggiat HAM dari Wamena, hal itu memunculkan dugaan bahwa kinerja intelijen di Papua tidak hanya untuk membangun stabilitas, tetapi juga demi kepentingan-kepentingan tertentu.
Menurut dia, intelijen seharusnya bisa membantu polisi untuk memetakan persoalan dan wilayah sehingga polisi mampu membangun pengamanan bagi warga. Namun sayang, kasus penembakan yang terjadi dua hari lalu di Abe Pantai, tak jauh dari Nafri, menjadi fakta buruk kondisi keamanan di Papua.
Terkait dengan kasus penembakan dan pencegatan di Nafri, sejumlah penggiat demokrasi dan HAM di Papua berniat menggelar investigasi. Mereka tidak hanya turun ke lapangan dan mengumpulkan informasi, mereka berharap kerja itu dapat memberi gambaran umum serta mampu memetakan motif dan pelaku.
Fungsi dan peran intelijen yang seharusnya mampu memberi deteksi dini tampaknya tidak optimal. Beberapa kasus kekerasan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di tempat yang sama.
-- Olga Hamadi
Dugaan bahwa pelaku adalah kelompok sipil bersenjata hingga saat ini belum teruji kebenarannya. Munculnya dugaan adanya kelompok TPN-OPM buatan atau sebaliknya membuat persepsi warga terpecah-pecah. Ujungnya, kerja intelijen dinilai tidak mampu memberi jaminan keamanan bagi publik.
Bagi Teo Hasegem, penggiat HAM dari Wamena, hal itu memunculkan dugaan bahwa kinerja intelijen di Papua tidak hanya untuk membangun stabilitas, tetapi juga demi kepentingan-kepentingan tertentu.
Menurut dia, intelijen seharusnya bisa membantu polisi untuk memetakan persoalan dan wilayah sehingga polisi mampu membangun pengamanan bagi warga. Namun sayang, kasus penembakan yang terjadi dua hari lalu di Abe Pantai, tak jauh dari Nafri, menjadi fakta buruk kondisi keamanan di Papua.
Terkait dengan kasus penembakan dan pencegatan di Nafri, sejumlah penggiat demokrasi dan HAM di Papua berniat menggelar investigasi. Mereka tidak hanya turun ke lapangan dan mengumpulkan informasi, mereka berharap kerja itu dapat memberi gambaran umum serta mampu memetakan motif dan pelaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar