ARIF RIZKI
Tarian dan bencana gempa, dua hal yang berbeda. Namun di atas pentas, kedua hal tersebut bisa dipadukan untuk menciptakan sebuah karya seni tari yang bersahaja dan bermakna. Sebuah komposisi tari bertajuk “Tarian Malam” yang hendak dipertunjukkan grup tari Nan Jombang, akan membuktikan hal tersebut.
Nan Jombang sebuah grup tari kontemporer yang asal Padang, yang didirikan koreografer Ery Mefri. Grup ini setidaknya sudah menghasilkan 60 pertunjukan yang dipentaskan di Sumbar, di pelbagai kota di Indonesia hingga di beberapa Negara. Kini, Nan Jombang tengah mempersiapkan sebuah pertunjukan “Tarian Malam” untuk dipentaskan di Esplanade Theater Singapore, Darwin Festival Australia dan di berbagai negara bagian di Amerika, sepanjang 2012 mendatang.
Pada Minggu kemarin (9/10), Direktur Brisbane Powerhouse Australia, Andrew Ross, General Manager Darwin Festival, Edwina Lunn dan Associate Producer Esplanade Theater Singapore, Norhayati Yosoff sengaja jauh-jauh datang ke Padang untuk memantau persiapan tur- internasional tersebut.
“Prosesnya sudah 70 persen. Ide set panggungnya sudah dipersiapkan. Yang pasti, pertunjukan kali ini jauh berbeda dan penuh kejutan dibanding pertunjukan sebelumnya, Rantau Berbisik,” kata penari sekaligus Manager Nan Jombang, Angga Mefri.
Kata dia, grup ini sengaja menyiapkan pertunjukkan yang jauh berbeda dengan sebelumnya, agar menunjukkan perkembangan seni tari yang terus membaik, setidaknya untuk grup mereka sendiri. Sebagai bocoran, pertunjukan “Tarian Malam” akan memberikan sentuhan multimedia, yang dipadankan dengan tarian kontemporer. Metode ini sebenarnya acapkali dipakai seniman lokal, namun Nan Jombang akan memberikan bentuk-bentuk artistik lainnya, demi memvisualisasikan kedasyatan bencana gempa di Sumbar 2009 lalu.
Atas pencapaian artistik, Nan Jombang menghasilkan prestasi yang layak diperhitungkan. Grup ini pernah tampil di Jerman, Australia dan Singapura.
“Mereka memang sangat menonjol di bidang tema, koreografi dan artistik. Tak banyak seni tari kontemporer seperti ini di Indonesia,” kata Andrew dari Brisbane.
Andrew mengenal Nan Jombang pada 2004 lalu, di Bali. Saat itu Nan Jombang tengah mempertunjukkan sebuah tarian kontemporer tentang budaya Minangkabau. Andrew langsung tertarik dan menawarkan Ery Mefri, pemimpin Nan Jombang untuk tampil di Australia, yang didanai Brisbane Powerhouse Australia.
Setelah tampil di Australia, berbagai kerjasama internasional pun terbangun. Hal ini menjadikan Ery Mefri dan grupnya Nan Jombang dikenal cukup luas di kalangan seni tari kontemporer internasional.
Associate Producer Esplanade Theater Singapore, Norhayati Yosoff mengatakan, pihaknya sengaja bekerjasama dengan Nan Jombang karena keunikan grup ini. Menurutnya, penggarapan, tema dan kualitas pertunjukkan grup ini memiliki nilai jual yang besar.
“Tidak banyak seniman yang dapat kesempatan tampil di studio Esplanade Theater Singapore ini. Nan Jombang beruntung, saat seniman lainnya berharap tampil disana,” ujar Norhayati.
Berdasarkan uraian Norhayati, Nan Jombang adalah satu-satunya grup asal Sumatra yang berkesempatan tampil di sana. Sementara dari Jakarta, baru-baru ini opera musikal Laskar Pelangi, garapan sutradara Riri Riza, tampil di sana.
Dapat Rp200 juta
Untuk mengembangkan proses kreatif Nan Jombang dan membantu perkembangan seni tari di Sumbar, Nan Jombang mendapatkan bantuan senilai Rp200 juta dari pemerintahan Australia. Bantuan ini digunakan untuk membangun sanggar tari seluas 1.600 meter. Sanggar ini berdiri di Balibaru, Kuranji Padang. Di sanggar yang bernama Ladang Tari, ini ada studio, pusat dokumentasi, wisma seni dan padepokan. Pembangunanya sudah hampir selesai.
“Pemerintahan Australia melihat ada potensi yang bagus di Sumbar, untuk itu mereka membantu. Di saat pemerintah kita tidak cepat tanggap, kita hanya bisa berharap kepada pemerintah asing,” kata Angga.
Waktu berangkat ke Jerman, grup ini dilepas Gubernur Irwan Prayitno. Gubernur berpesan agar bisa mengharumkan nama daerah di negeri orang. Pesan ini rupanya terwujud. (*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar