Moskow- Pemerintah Pakistan pada Sabtu memberi waktu Amerika Serikat 15 hari untuk meninggalkan pangkalan udara Shamsi, dan menutup jalur pasokan NATO ke Afghanistan sebagai respon atas serangan udara mematikan aliansi pertahanan itu, kata saluran TV DawnNews.
Komite Pertahanan Kabinet Federal mengatakan tidak ada kompromi akan dibuat berkaitan dengan kedaulatan dan keamanan negara.
"Masyarakat dan tentara akan menjamin kedaulatan dan integritas Pakistan dengan biaya berapapun," katanya.
Dikatakan bahwa serangan itu sepenuhnya tidak dapat diterima.
Sebelumnya pada hari itu, beberapa helikopter Pakta Pertahanan Atlantik Utara dilaporkan telah melanggar wilayah udara Pakistan dari Afghanistan, dan menyerang sebuah pos pemeriksaan di daerah suku Mohmand di Pakistan barat laut.
Setidaknya 25 tentara tewas dan 14 lainnya terluka.
Serangan itu adalah satu kejadian yang terparah sejak Pakistan secara berat hati bersekutu dengan Washington beberapa hari setelah serangan 11 September 2001 terhadap sasaran di AS, kata Reuters.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Pakistan, sekutunya dalam "perang melawan teror", telah tegang setelah terbunuhnya pemimpin Al Qaida Osama bin Laden oleh pasukan elit AS dalam serangan terhadap kota garnisun Abbottabad pada Mei.
Pakistan menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran nyata atas kedaulatannya.
Militer dan pemerintah Pakistan dipenuhi kemarahan atas terjadinya serangan menelan banyak korban itu.
"Ini adalah serangan terhadap kedaulatan Pakistan," kata Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani. "Kami tidak akan membiarkan setiap bahaya mendatangi kedaulatan dan solidaritas Pakistan."
Kantor Kementerian Luar Negeri menyatakan akan membahas masalah itu "dengan istilah yang paling keras" dengan NATO dan Amerika Serikat.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Pervez Kayani mengatakan di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh militer Pakistan bahwa "semua langkah yang diperlukan akan dilakukan bagi reaksi efektif terhadap tindakan yang tak bertanggung-jawab ini".
"Protes keras telah disampaikan kepada NATO/ISAF. Di dalamnya, NATO/ISAF dituntut agar tindakan keras dan mendesak dilakukan terhadap mereka yang bertanggung-jawab atas agresi ini," katanya.
(H-AK/C003)
Komite Pertahanan Kabinet Federal mengatakan tidak ada kompromi akan dibuat berkaitan dengan kedaulatan dan keamanan negara.
"Masyarakat dan tentara akan menjamin kedaulatan dan integritas Pakistan dengan biaya berapapun," katanya.
Dikatakan bahwa serangan itu sepenuhnya tidak dapat diterima.
Sebelumnya pada hari itu, beberapa helikopter Pakta Pertahanan Atlantik Utara dilaporkan telah melanggar wilayah udara Pakistan dari Afghanistan, dan menyerang sebuah pos pemeriksaan di daerah suku Mohmand di Pakistan barat laut.
Setidaknya 25 tentara tewas dan 14 lainnya terluka.
Serangan itu adalah satu kejadian yang terparah sejak Pakistan secara berat hati bersekutu dengan Washington beberapa hari setelah serangan 11 September 2001 terhadap sasaran di AS, kata Reuters.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Pakistan, sekutunya dalam "perang melawan teror", telah tegang setelah terbunuhnya pemimpin Al Qaida Osama bin Laden oleh pasukan elit AS dalam serangan terhadap kota garnisun Abbottabad pada Mei.
Pakistan menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran nyata atas kedaulatannya.
Militer dan pemerintah Pakistan dipenuhi kemarahan atas terjadinya serangan menelan banyak korban itu.
"Ini adalah serangan terhadap kedaulatan Pakistan," kata Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani. "Kami tidak akan membiarkan setiap bahaya mendatangi kedaulatan dan solidaritas Pakistan."
Kantor Kementerian Luar Negeri menyatakan akan membahas masalah itu "dengan istilah yang paling keras" dengan NATO dan Amerika Serikat.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Pervez Kayani mengatakan di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh militer Pakistan bahwa "semua langkah yang diperlukan akan dilakukan bagi reaksi efektif terhadap tindakan yang tak bertanggung-jawab ini".
"Protes keras telah disampaikan kepada NATO/ISAF. Di dalamnya, NATO/ISAF dituntut agar tindakan keras dan mendesak dilakukan terhadap mereka yang bertanggung-jawab atas agresi ini," katanya.
(H-AK/C003)
Editor: Desy Saputra (ANTARA News)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar