Danau maninjau
MANINJAU, Tercemarnya perairan Danau Maninjau, dan sering matinya aliran listrik PLN di Kecamatan Tanjung Raya, Agam, merupakan kendala pengembangan pariwisata di kawasan itu.
Hal itu disampaikan beberapa pengusaha pariwisata di kawasan itu, Minggu (3/12). Menurut Erik (30), wisatawan semakin enggan ke Maninjau sejak air danau tercemar. Biasanya, para wisatawan bertahan di Maninjau selama 2 atau 3 hari. Mereka amat senang mandi-mandi di danau Maninjau, atau berkeliling danau dengan menggunakan perahu.
“Kini mana ada wisatawan yang mau mandi di Danau Maninjau. Airnya kotor, terkadang menebar bau tak sedap,” ujarnya, ketika ditemui di Bayur.
Hal senada disampaikan Ny. Eka Mama. Pemilik Home Stay Maransy itu mengeluhkan buruknya kondisi air danau, dan pelayanan PLN. Air danau kotor, dan berbau tak sedap. Kondisi itu jelas tidak menarik bagi wisatawan. Apalagi untuk wisatawan manca negara (wisman). Sering matinya aliran listrik menjadi masalah berikutnya yang sulit dipecahkan pengusaha home stay. Karena mereka tidak memiliki genset cadangan.
“Banyak wisatawan langsung ngacir saat lampu mati. Mereka lebih memilih menginap di kawasan yang ada listriknya, seperti hotel berbintang,” ujarnya.
Sering matinya aliran listrik juga menyebabkan bahan makanan yang disimpan di dalam kulkas rusak. Itu merupakan sebuah kerugian bagi pengusaha home stay, seperti Ny. Eka. Menurutnya, listrik sering mati dalam tempo cukup lama. Ia mengaku heran, kenapa di kawasan Maninjau listrik sering pudur. Sementara di Lubuk Basung pelayanan PLN cukup bagus. Padahal pembangkit listrik PLTA Antokan, berada di wilayah Kecamatan Tanjung Raya. “Apa mungkin karena di Lubuk Basung banyak orang penting, sehingga pelayanan lebih baik dari di Maninjau,” ujarnya mengeluh.
Ternyata yang mengeluhkan masalah seringnya listrik padam, bukan hanya pengusaha pariwisata saja. Petani ikan keramba jala apung (KJA) juga mengeluh. Pasalnya, mereka membutuhkan penerangan listrik di malam hari. Penerangan listrik di KJA banyak manfaatnya. Di samping untuk penerangan yang mengundang serangga makanan ikan, juga untuk mencegah pencurian ikan. Pencurian ikan dalam KJA sering dilakukan sipanjang tangan saat listrik pudur.
“Kami terpkasa begadang bila listrik pudur, takut ikan dalam KJA disalin maling,” ujar Jon, salah seorang petani ikan di Tanjung Sani.
Aliran listrik juga sering mati di Kecamatan Ampek Nagari. Menurut Camat Ampek Nagari, Syahrul Hamidi, SH, listrik di kecamatan itu sering mati. Kondisi demikian memang tidak begitu mempengaruhi kegiatan perekaman data KTP elektronik, karena untuk itu memang tersedia genset. Namun akan mengganggu pekerjaan pegawai lainnya, karena listrik dari genset diprioritaskan untuk perekaman data KTP elektronik. (h/msm)HALUAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar