KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Ilustrasi
JAKARTA, Saat ini biaya telepon lokal menggunakan telepon seluler (ponsel) sudah bisa dibilang murah. Ditambah lagi dengan perang tarif adu murah yang dilakukan operator seluler.
Dengan OpenBTS, pengguna dapat melakukan panggilan telepon lokal dan mengirim pesan singkat secara gratis.
-- Onno W. Purbo, praktisi TI
Namun, pernahkan Anda membayangkan bisa melakukan panggilan lokal dari ponsel tanpa membutuhkan pulsa alias gratis? Hal itu sangat mungkin dengan membangun sebuah teknologi bernama OpenBTS.
Open Base Transceiver Station, atau disingkat OpenBTS, adalah sebuah BTS GSM berbasis software, yang memungkinkan pengguna ponsel GSM untuk menelepon tanpa menggunakan jaringan operator selular. OpenBTS dikenal sebagai implementasi open source pertama dari protokol standar industri GSM.
Menurut praktisi teknologi informasi Onno W. Purbo, saat berbincang dengan Kompas Teknomelalui email, dengan membangun OpenBTS, pengguna dapat melakukan panggilan telepon lokal dan mengirim pesan singkat secara gratis, tentu saja dengan jangkauan tertentu.
Open Base Transceiver Station, atau disingkat OpenBTS, adalah sebuah BTS GSM berbasis software, yang memungkinkan pengguna ponsel GSM untuk menelepon tanpa menggunakan jaringan operator selular. OpenBTS dikenal sebagai implementasi open source pertama dari protokol standar industri GSM.
Menurut praktisi teknologi informasi Onno W. Purbo, saat berbincang dengan Kompas Teknomelalui email, dengan membangun OpenBTS, pengguna dapat melakukan panggilan telepon lokal dan mengirim pesan singkat secara gratis, tentu saja dengan jangkauan tertentu.
Teknologi ini tentu sangat berguna bagi masyarakat di daerah yang belum terjangkau oleh operator seluler. Biasanya, OpenBTS didirikan di daerah pasca bencana yang infrasturktur komunikasinya rusak.
Biaya, Hardware dan Software
Biaya untuk membangun OpenBTS tidak semahal membangun menara Base Transceiver Station (BTS) perusahaan operator seluler yang memerlukan dana miliaran rupiah, meski bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Biaya, Hardware dan Software
Biaya untuk membangun OpenBTS tidak semahal membangun menara Base Transceiver Station (BTS) perusahaan operator seluler yang memerlukan dana miliaran rupiah, meski bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Untuk pengimplementasian OpenBTS diperlukan alat bernama Universal Sofware Radio Peripheral (USRP). Peralatan tersebut bisa dibeli dari luar negeri, tentu saja dengan ongkos kirim yang lumayan mahal.
"Untuk USRP versi minimal sekitar Rp 15 sampai 20 juta. Kalau mau lengkap dengan power amplifier dan lain-lain, bisa mencapai Rp 120 juta sampai Rp 150 juta," tutur Onno.
Sedangkan software yang dibutuhkan meliputi Asterisk, Gnuradio dan tentu saja software OpenBTS. "Asterisk untuk sentral telepon. Gnuradio untuk mengontrol hardware radio. Dan OpenBTS untuk mengontrol operasi BTS," papar Onno.
Untuk mengoperasikan sofware-software tersebut, dibutuhkan komputer bersistem operasi Linux. Semua software di atas adalah open source, dan bisa diunduh secara gratis.
Peraturan
Lalu, bagaimana dengan peraturan dari pemerintah, mengingat frekuensi radio adalah sumber daya alam yang terbatas dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan dikuasi oleh negara?
"Tentu saja melanggar. Semua telekomunikasi yang gratis biasanya bikin pusing pemerintah," kata Onno.
Namun, Onno tidak berniat untuk mengoperasikannya secara massal, apalagi mengkomersialisasi OpenBTS. Ia mengatakan, tujuan teknologi ini dikembangkan adalah untuk mengedukasi masyarakat Indonesia.
"Untuk USRP versi minimal sekitar Rp 15 sampai 20 juta. Kalau mau lengkap dengan power amplifier dan lain-lain, bisa mencapai Rp 120 juta sampai Rp 150 juta," tutur Onno.
Sedangkan software yang dibutuhkan meliputi Asterisk, Gnuradio dan tentu saja software OpenBTS. "Asterisk untuk sentral telepon. Gnuradio untuk mengontrol hardware radio. Dan OpenBTS untuk mengontrol operasi BTS," papar Onno.
Untuk mengoperasikan sofware-software tersebut, dibutuhkan komputer bersistem operasi Linux. Semua software di atas adalah open source, dan bisa diunduh secara gratis.
Peraturan
Lalu, bagaimana dengan peraturan dari pemerintah, mengingat frekuensi radio adalah sumber daya alam yang terbatas dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan dikuasi oleh negara?
"Tentu saja melanggar. Semua telekomunikasi yang gratis biasanya bikin pusing pemerintah," kata Onno.
Namun, Onno tidak berniat untuk mengoperasikannya secara massal, apalagi mengkomersialisasi OpenBTS. Ia mengatakan, tujuan teknologi ini dikembangkan adalah untuk mengedukasi masyarakat Indonesia.
"Kita akan pakai OpenBTS ini untuk memudahkan anak-anak (mahasiswa-red) yang tugas akhir. Jadi, sama sekali tidak untuk dioperasikan," tutup Onno.
Saat ini, OpenBTS belum bisa digunakan untuk mengakses Internet. Namun, para praktisi teknologi komunikasi sedang mengembangkan jaringan 3G pada OpenBTS.
Saat ini, OpenBTS belum bisa digunakan untuk mengakses Internet. Namun, para praktisi teknologi komunikasi sedang mengembangkan jaringan 3G pada OpenBTS.
KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar