BUKITTINGGI, Mengingat keberadaan Kota Bukittinggi yang kian sempit, padat tak terkendali, pemerintah kota wisata itu kini tengah berupaya mencari solusi untuk mengatasi berbagai akibat yang ditimbulkan, dari perkembangannya sebagai ikon pariwisata.
Sebab, sebagai kota yang dikenal menjadi pusat kunjungan wisatawan di Sumatera Barat, jumlah pengunjung selalu meningkat. Sementara objek wisatanya tak pernah pernah bertambah, sehingga objek wisata Jam Gadang dan Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) yang berlokasi di Pasar Atas, selalu menjadi tumpuan pengunjung.
“Kian membludaknya tingkat kunjungan dari waktu ke waktu, mengakibatkan tidak ada lagi tempat parkir yang representatif bagi pengunjung untuk memarkirkan kendaraannya dengan nyaman. Untuk mengatasi problem ini, tahun 2012 mendatang Pemko Bukittinggi akan segera membangun lokasi parkir berlantai empat di lahan eks kantor Kehutanan,” ungkap ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum (Kadis PU) Bukittinggi Ir. H. Zet Buyung kepada Haluan, Minggu kemaren.
Sedangkan untuk memecah konsentrasi pengunjung yang selama ini tertumpu di kawasan Jam Gadang, tahun 2012 mendatang Pemko Bukittinggi juga berencana mengembangkan objek wisata bersejarah Rumah Kelahiran Bung Hatta yang berada di Jalan Soetta Pasar Bawah dengan membangun kawasan wisata hijau di areal kosong yang terdapat di belakang rumah tersebut.
Demikian juga perkembangannya sebagai kota perdagangan, lanjut Buyung, terutama keberadaan Pasar Bawah, selain tak mampu menampung para pedagang, lebih dari itu juga sudah tak mampu lagi menampung pendatang. Sehingga jalan raya Soekarno – Hatta, tepatnya di sepanjang Banto Trade Centre (BTC) telah berubah fungsi menjadi lokasi tumpukan pedagang, pembeli, dan berbagai kendaraan yang susah dikendalikan.
Untuk mengatasi kesemrawutan yang tak berkesudahan ini, lanjutnya, pemerintah kota pada tahun 2012 mendatang juga akan membangun gedung pusat perbelanjaan pasar tradisional di lokasi Pasar Bawah yang sekarang. Dalam bangunan berlantai empat itu sekaligus dibangun kawasan perkarkiran yang representatif di bawahnya.
“Kini kita tengah mematangkan rencana itu bersama konsultan lokal dan nasional di Hotel Nikita. Berapa dana yang akan ditelan belum dibicarakan dalam pembahasan, karena masih terpusat pada rencana tata ruang dan lingkungan,” jelasnya. Menjelang tutup tahun 2011, rekanan juga telah mengerjakan sejumlah proyek yang harus selesai sebelum 28 Desember 2011 mendatang, terutama pembaruan trotoar dan drainase. Sehingga ke depan, setiap kali diguyur hujan, Kota Bukittinggi diharapkan tidak lagi menjadi kota kumuh,” tambah Buyung. (h/rdw)HALUAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar