Jakarta - Minggu ini turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England, digelar. Dengan prestasi pemain-pemain Indonesia yang masih seret, apa yang bisa dibawa pulang dari Birmingham?
Minggu lalu, di Jerman Terbuka Grand Prix Gold, hanya Simon Santoso pebulutangkis Indonesia yang lolos ke babak final. Dia pun tak mampu menandingi kehebatan Lin Dan, kalah dalam 39 menit dengan skor 11-21 11-21.
China memang masih sangat menguasai olahraga tepok bulu ini, dan Indonesia pun tak kunjung bangkit. Khusus di All England, faktanya Indonesia sudah lama tidak punya gaung di turnamen paling bergengsi ini.
Di tunggal putra, kali terakhir pemain "Merah Putih" yang juara di sini adalah Heryanto Arbi di tahun 1994! Kali terakhir ada pemain Indonesia yang masuk final adalah 2002, atas nama Budi Santoso, sebelum dia ditekuk Chen Hong.
Setali tiga uang di sektor tunggal putri. Tidak pernah ada lagi srikandi yang menjadi juara di nomor ini sejak Susi Susanti melakukannya di tahun 1994.
Begitu pula di ganda putra, tak ada lagi yang juara semenjak Sigit Budiarto/Candra Wijaya di tahun 2003.
Pemain Indonesia yang paling dekat menjadi juara dalam beberapa tahun terakhir adalah pasangan Nova Widianto/Lilyana Natsir. Ganda campuran ini mampu menembus final 2008 dan 2010, tapi selalu kalah dari lawan-lawannya (dari China).
Tahun ini, dari total 30 unggulan dari lima nomor, hanya dua dari Indonesia, yakni Mohammad Ahsan/Bona Septano (ganda putra, unggulan ketujuh) dan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir (ganda campuran, unggulan keempat).
Taufik Hidayat, misalnya, di atas kertas bisa mengatasi lawannya di babak pertama, yakni Kevin Cordon dari Guatemala. Tapi ia kemungkinan besar bertemu Chen Jin di babak kedua, atau Lin Dan di babak perempatfinal.
Dari dua turnamen Superseries dan satu Grandprix Gold yang telah tergelar di tahun ini, tidak satu nomor pun dimenangi pemain-pemain Indonesia, bahkan hanya satu yang masuk final, yakni Simon di Jerman.
Bagaimana kans di All England minggu ini?
( a2s / din ) http://sport.detik.com
Minggu lalu, di Jerman Terbuka Grand Prix Gold, hanya Simon Santoso pebulutangkis Indonesia yang lolos ke babak final. Dia pun tak mampu menandingi kehebatan Lin Dan, kalah dalam 39 menit dengan skor 11-21 11-21.
China memang masih sangat menguasai olahraga tepok bulu ini, dan Indonesia pun tak kunjung bangkit. Khusus di All England, faktanya Indonesia sudah lama tidak punya gaung di turnamen paling bergengsi ini.
Di tunggal putra, kali terakhir pemain "Merah Putih" yang juara di sini adalah Heryanto Arbi di tahun 1994! Kali terakhir ada pemain Indonesia yang masuk final adalah 2002, atas nama Budi Santoso, sebelum dia ditekuk Chen Hong.
Setali tiga uang di sektor tunggal putri. Tidak pernah ada lagi srikandi yang menjadi juara di nomor ini sejak Susi Susanti melakukannya di tahun 1994.
Begitu pula di ganda putra, tak ada lagi yang juara semenjak Sigit Budiarto/Candra Wijaya di tahun 2003.
Pemain Indonesia yang paling dekat menjadi juara dalam beberapa tahun terakhir adalah pasangan Nova Widianto/Lilyana Natsir. Ganda campuran ini mampu menembus final 2008 dan 2010, tapi selalu kalah dari lawan-lawannya (dari China).
Tahun ini, dari total 30 unggulan dari lima nomor, hanya dua dari Indonesia, yakni Mohammad Ahsan/Bona Septano (ganda putra, unggulan ketujuh) dan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir (ganda campuran, unggulan keempat).
Taufik Hidayat, misalnya, di atas kertas bisa mengatasi lawannya di babak pertama, yakni Kevin Cordon dari Guatemala. Tapi ia kemungkinan besar bertemu Chen Jin di babak kedua, atau Lin Dan di babak perempatfinal.
Dari dua turnamen Superseries dan satu Grandprix Gold yang telah tergelar di tahun ini, tidak satu nomor pun dimenangi pemain-pemain Indonesia, bahkan hanya satu yang masuk final, yakni Simon di Jerman.
Bagaimana kans di All England minggu ini?
( a2s / din ) http://sport.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar