Siswa SMA 17 terpaksa belajar di trotoar yang berada di depan gedung sekolah karena seluruh fasilitas belajar, seperti kursi dan meja telah disingkirkan oleh orang tidak dikenal pada Kamis (5/4).
"Belajar di trotoar memang tidak nyaman karena sangat bising dengan suara kendaraan yang lalu lalang," kata salah seorang siswa SMA 17 Ocvi Sulistiani di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, ia dan teman-temannya sulit berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan sangat berharap kondisi sekolah kembali seperti sediakala.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, sejumlah aparat kepolisian melakukan pengamanan di sekitar sekolah.
Seluruh fasilitas belajar mengajar di SMA 17 telah dipindahkan oleh pihak yang ditengarai berasal dari orang yang mengaku sebagai ahli waris sekolah tersebut.
Setelah dilakukan pengecekan, seluruh fasilitas belajar mengajar tersebut dipindahkan ke sebuah gedung milik STIE Kerja Sama yang berada di Jalan Purwanggan Yogyakarta.
Sengketa lahan tempat berdirinya SMA 17 tersebut terjadi antara Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dengan pihak yang mengaku ahli waris Bedasakti Rin Harjanto.
"Setelah seluruh fasilitas belajar mengajar dipindahkan oleh orang tidak dikenal, pagi ini kami pun mendapati bahwa papan sekolah SMA 17 juga telah dirobohkan," kata Wakil Kepala Kurikulum SMA 17 Nuniek Tasnim Haryani.
Ia pun menduga, pihak yang merobohkan papan nama sekolah adalah orang yang sama dengan pihak yang telah menyingkirkan seluruh kursi dan meja.
"Padahal, kami sedang melakukan persiapan untuk pelaksanaan ujian nasional pekan depan," katanya yang masih berharap dapat menyelenggarakan ujian nasional di sekolah yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar Nomor 24 itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarat Edi Heri Suasana mengatakan, akan berupaya agar pelaksanaan ujian nasional untuk siswa kelas III SMA pada 16-19 April tetap bisa dilakukan di sekolah tersebut.
"Kami akan berupaya untuk memberikan fasilitas seperti kursi dan meja, tetapi akan diupayakan melalui aset milik Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 terlebih dulu," kata Edi.
Sedangkan Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko juga berharap agar ujian nasional dapat tetap digelar di SMA 17.
"Untuk membantu pengamanannnya, bisa dilakukan dengan meminta bantuan aparat kepolisian," lanjutnya.
(E013)
"Belajar di trotoar memang tidak nyaman karena sangat bising dengan suara kendaraan yang lalu lalang," kata salah seorang siswa SMA 17 Ocvi Sulistiani di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, ia dan teman-temannya sulit berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan sangat berharap kondisi sekolah kembali seperti sediakala.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, sejumlah aparat kepolisian melakukan pengamanan di sekitar sekolah.
Seluruh fasilitas belajar mengajar di SMA 17 telah dipindahkan oleh pihak yang ditengarai berasal dari orang yang mengaku sebagai ahli waris sekolah tersebut.
Setelah dilakukan pengecekan, seluruh fasilitas belajar mengajar tersebut dipindahkan ke sebuah gedung milik STIE Kerja Sama yang berada di Jalan Purwanggan Yogyakarta.
Sengketa lahan tempat berdirinya SMA 17 tersebut terjadi antara Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dengan pihak yang mengaku ahli waris Bedasakti Rin Harjanto.
"Setelah seluruh fasilitas belajar mengajar dipindahkan oleh orang tidak dikenal, pagi ini kami pun mendapati bahwa papan sekolah SMA 17 juga telah dirobohkan," kata Wakil Kepala Kurikulum SMA 17 Nuniek Tasnim Haryani.
Ia pun menduga, pihak yang merobohkan papan nama sekolah adalah orang yang sama dengan pihak yang telah menyingkirkan seluruh kursi dan meja.
"Padahal, kami sedang melakukan persiapan untuk pelaksanaan ujian nasional pekan depan," katanya yang masih berharap dapat menyelenggarakan ujian nasional di sekolah yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar Nomor 24 itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarat Edi Heri Suasana mengatakan, akan berupaya agar pelaksanaan ujian nasional untuk siswa kelas III SMA pada 16-19 April tetap bisa dilakukan di sekolah tersebut.
"Kami akan berupaya untuk memberikan fasilitas seperti kursi dan meja, tetapi akan diupayakan melalui aset milik Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 terlebih dulu," kata Edi.
Sedangkan Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko juga berharap agar ujian nasional dapat tetap digelar di SMA 17.
"Untuk membantu pengamanannnya, bisa dilakukan dengan meminta bantuan aparat kepolisian," lanjutnya.
(E013)
Editor: Desy Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar