Festival Ogoh-Ogoh untuk kedua kalinya digelar KBRI Brusel bekerjsama dengan Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama RI dan Universitas Hindu Indonesia di Pura Agung Santi Bhuana, Kingdom of Ganesa, Taman Indonesia yang berada di kawasan wisata Pairi Daiza, Brugelette, Belgia, Minggu siang.
Sekitar 300 umat Hindu Bali di Eropa beserta keluarganya turut berpartisipasi dengan penuh semangat dalam prosesi ogoh-ogoh di Parc Pairi Daiza, sekitar 90 km selatan kota Brussel yang berlangsung dengan meriah dan disaksikan oleh pengunjung taman wisata Pairi Daiza.
Acara ini dihadiri Dutabesar RI untuk Belgia dan Luxemburg dan Uni Eropa Arif Havas Oegroseno, dan CEO Pairi Daiza, Eric Domb yang juga Konsul Jenderal Kehormatan RI untuk Wilayah Walonia Belgia, serta Kriss Bosaert, Konsul Kehormatan RI wilayah Flanderen dan Wakil Rektor Universitas Hindu Indonesia Drs I Wayan Winaja.
Tiga pecalang termasuk satu pecalang bule Didier dari Belgia ikut menjaga lancarnya pelaksanaan festival ogoh ogoh yang dihadiri tidak saja umat Hindu Bali yang ada di Belgia dan warga Indonesia di Eropa tetapi juga wisatawan yang datang berwisata di Taman wisata Pairi Daiza.
Festival ogoh-ogoh diawali dengan sembahyang bersama umat Hindu di Belgia serta di Eropa yang datang dari Belanda, Jeman, Perancis, Luksemburg dan Spanyol dipimpin Made Agus Wardana, ketua banjar Santi Dharma komunitas masyarakat Hindu Bali di Belgia.
Dalam upacara sembahyang di Pura yang terbesar di luar Indonesia itu Made Agus Wardana menyampaikan ritual keagamaan seperti Kidung Wargasari, nyanyian pemujaan yang dinyanyikan bersama sama dilanjutkan dengan Tri Sandya dan Panca Sembah, berlangsung secara hikmah dalam cuaca musim semi Eropa dibawah 10 derajat celsius.
Selain itu juga dipersembahkan Banten Sari yang dibuat oleh wanita Hindu Bali di Belgia dengan mengunakan prasarana yang sederhana, sesajian dan gebokan berupa buah-buahan, bunga dan buah ditumpuk indah yang sering dilihat dalam upacara di Bali.
Sekitar 300 umat Hindu Bali di Eropa beserta keluarganya turut berpartisipasi dengan penuh semangat dalam prosesi ogoh-ogoh di Parc Pairi Daiza, sekitar 90 km selatan kota Brussel yang berlangsung dengan meriah dan disaksikan oleh pengunjung taman wisata Pairi Daiza.
Acara ini dihadiri Dutabesar RI untuk Belgia dan Luxemburg dan Uni Eropa Arif Havas Oegroseno, dan CEO Pairi Daiza, Eric Domb yang juga Konsul Jenderal Kehormatan RI untuk Wilayah Walonia Belgia, serta Kriss Bosaert, Konsul Kehormatan RI wilayah Flanderen dan Wakil Rektor Universitas Hindu Indonesia Drs I Wayan Winaja.
Tiga pecalang termasuk satu pecalang bule Didier dari Belgia ikut menjaga lancarnya pelaksanaan festival ogoh ogoh yang dihadiri tidak saja umat Hindu Bali yang ada di Belgia dan warga Indonesia di Eropa tetapi juga wisatawan yang datang berwisata di Taman wisata Pairi Daiza.
Festival ogoh-ogoh diawali dengan sembahyang bersama umat Hindu di Belgia serta di Eropa yang datang dari Belanda, Jeman, Perancis, Luksemburg dan Spanyol dipimpin Made Agus Wardana, ketua banjar Santi Dharma komunitas masyarakat Hindu Bali di Belgia.
Dalam upacara sembahyang di Pura yang terbesar di luar Indonesia itu Made Agus Wardana menyampaikan ritual keagamaan seperti Kidung Wargasari, nyanyian pemujaan yang dinyanyikan bersama sama dilanjutkan dengan Tri Sandya dan Panca Sembah, berlangsung secara hikmah dalam cuaca musim semi Eropa dibawah 10 derajat celsius.
Selain itu juga dipersembahkan Banten Sari yang dibuat oleh wanita Hindu Bali di Belgia dengan mengunakan prasarana yang sederhana, sesajian dan gebokan berupa buah-buahan, bunga dan buah ditumpuk indah yang sering dilihat dalam upacara di Bali.
Usai upacara sembahyangan acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan sajian makanan khas Bali berupa, lawar berupa daging cincang dicampur bumbu lengkap, pecing berupa sayur kangkung dan bemesisit dan babi kecap serta sambel mata yang membuat rasa rindu umat Hindu Bali di Eropa terobati.
Acara dilanjutkan dengan pertunjukkan kesenian berupa tari tarian Bali , Tari Gabor yaitu tari Selamat datang, Baris Tunggal, Legong Kuntul, Barong dance lengkap dengan kera yang cenaka membuat penonton tergelitik dan dilanjutkan dengan tari kecak Sunda Upasunda yang berhasil menghipnotis para penonton dengan irama cak cak kecak nya.
Tari Kecak Sunda Upasunda dengan koreografer I Ketut Gede Rudita SSn dibawakan mahasiswa dan mahasiswi UNHI yang membuat penonton terpesona dan kagum dengan gerakan dan irama yang dinamis itu menceritakan kisah dua raksasa kakak beradik yang ingin menguasai dunia dan mengalahkan para dewa dengan cara bertapa untuk mendapatkan kekuatan , sayangnya ada bidadari yang mengoda mereka.
Akhirnya kedua nya berperang untuk memperebutkan bidadari dan dalam pertarungan tersebut tidak ada yang kalah dan menang yang secara simbolis digambarkan sebagai dua tokoh raksasa yang berwujud ranga berbulu putih dan merah yang bermakna pada introspeksi diri.
Selain itu juga ditampilkan grup gamelan Vikasati yang dibawakan oleh anak anak KBRI Brusel dan masyarakat Indonesia di Belgia yang memainkan lagu instrumental.
Sebelumnya ditampilkan gamelan instrumental yang memainkan tabu Jayasemara buah karya I Wayan Brata.
Acara puncak festival ogoh ogoh diawali dengan parade anak anak penari cilik dan ibu ibu yang membawa gebokan yang menyusuri persawahan yang mengambarkan suasana di Bali.
Ogoh-ogoh berupa DetyaNiwata Kawaca dan Arunja, diarak oleh mahasiswa Universitas Hindu Indonesia, Denpasar sedangkan ogoh ogoh Dewi Saraswati khusus diarak oleh mahasiswi.
Sementara ogoh-ogoh Anoman yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Hindu Indonesia Denpasar semester empat fakultas pendidikan agama dan seni itu diarak oleh masyarakat Hindu Bali Belanda yang tergabung dalam banjar suka duka.
Pada kesempatan itu Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Dr Ide Bagus Yuda Triguna mengibahkan berupa barong dan randag untuk KBRI Brusel kepada Dutabesar RI untuk Belgia, Arif Havas Oegroseno.
Dubes Havas kepada ANTARA London mengatakan penyelenggaraan serangkaian acara festival ogoh ogoh yang diadakan di Pura Agung Shanti Bhuwana adalah dalam rangka memperomosikan budaya Indonesia utamanya Bali sebagai daya tarik wisata ke Indonesia.
Apalagi Pura Agung Santi Bhuana, berada di taman wisata Pairi Daiza, banyak dikunjungi oleh wisatawan tidak saja yang datang dari Belgia tetapi negara Eropa lainnya, ujar Dubes.
Selain itu KBRI brusel berupaya memfasilitasi umat Hindu Bali di Belgia dan di Eropa agar dapat melaksanakan kegiatan keagamaan sebagai wujud dari tolerasi keberagamaan di Indonesia. Serta memberikan jiwa kehidupan pada bangunan Pura Hindu Bali di tengah-tengah peradaban Eropa dan sekaligus memperkenalkan keragaman tradisi Indonesia yang sangat kaya dengan makna luhur.
Menurut Dubes, festival ogoh-ogoh ini juga untuk menunjukkan budaya toleransi dan gotong-royong yang merupakan kekuatan khas bangsa Indonesia.
Dubes Havas juga menyampaikan penghargaan dan berterima kasih kepada Eric Domb, pemilik Parc Pairi Daiza yang telah mendukung penuh penyelenggaraan festival Ogoh-ogoh di taman budaya seluas 55 hektar yang setiap tahun dikunjungi sekitar sejuta turis dari seluruh Eropa.
Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Dr Ide Bagus Yuda Triguna mengatakan bahwa festival ogoh ogoh yang diadakan di Belgia merupakan yang terbesar di luar Indonesia dalam upaya melestarikan budaya kebudayaan hindu Bali di Eropa.
Dikatakannya kunjungannya di Belgia dalam rangka membawa misi Art Mission& Interfaith Dialogue Europa yang didukung oleh Dirjen Bimas Hindu, Kementerian agama RI dan Universitas Hindu Indonesia sekaligus meresmikan Pura Marzahn di Berlin. Sebelumnya digelar serangkaian pertunjukkan yang dimulai dari Frankfurt, Berlin, Brusel dan dilanjutkan ke Leiden, Belanda.
Sementara itu secara terpisah Eric Domb kepada ANTARA London mengakui bahwa ia sangat terkesima dengan festival ogoh ogoh. "Its Wonderfull," ujar Eric yang sangat mencintai budaya Indonesia . Untuk itu dalam mengisi tamannya dengan sejumlah kekayaan aristektur Indonesia seperti Pura yang banyak ditemui di Bali, bangunan rumah Toraja serta persawahan dan saung, berupa rumah rumahan tanpa dinding.
Eric mengakui untuk mewujudkan arsitektur Indonesia di taman itu ia mengimpor 350 kontainer batu seberat 8000 ton dari gunung Merapi dan Gunung Agung serta puluhan arsitek tradisional dan artisan dari Magelang dan Bali untuk membangun pura yang terbesar di luar Indonesia.
"Pura ini saya persembahkan untuk masyarakat Indonesia," ujar Eric Domb yang pertama kali berkunjung ke Bali di saat ia berusia 17 tahun dan berencana juga akan membangun tempat peribadatan agama lainnya di Taman yang juga terdapat berbagai macam binatang seperti Flaminggo dan juga Gajah dari Indonesia.
"Indonesia merupakan negara yang sangat beragam dan sangat saya cintai," ujar Eric Domb menambahkan bahwa festival ogoh ogoh merupakan acara yang sangat menarik dan penuh dengan makna itu juga berhasil menarik wisatawan yang datang ke taman wisata yang berada di bekas tempat pertapaan.
Salah satu umat Hindu Bali yang berdomisili di Jerman, Ni Nyoman Suyadni mengatakan bahwa ia terharu dengan diadakannya festival ogoh-ogoh ini. Ni Nyoman yang tinggal di Koln selama 22 tahun sangat terkesan sekaligus merasa teeobati kerinduan akan suasana Bali dan bisa melaksanakan persembahyangan dengan hikmad sesama umat Hindu se Eropa.
Kegiatan ini diharapkannya dapat menjaga identitas diri sebagai orang Bali dalam menjaga tradisi budaya yang sangat istimewa tersebut, ujar pemilik sanggar Bali Puspa yang mendidik anak anak dan juga masyarakat Jerman yang ingin belajar menari Bali dan main gamelan.
Sementara di Berlin hari Sabtu lalu , bertepatan dengan Bulan Purnama diresmikan Pura terbesar di Jerman Tri Hita Karana oleh Dirjen Bimas Hindu dan disucikan oleh Ida Pedanda Grya Tunjuk, demikian Ni Nyoman Suyadni yang juga penari Bali. (ZG)
Acara dilanjutkan dengan pertunjukkan kesenian berupa tari tarian Bali , Tari Gabor yaitu tari Selamat datang, Baris Tunggal, Legong Kuntul, Barong dance lengkap dengan kera yang cenaka membuat penonton tergelitik dan dilanjutkan dengan tari kecak Sunda Upasunda yang berhasil menghipnotis para penonton dengan irama cak cak kecak nya.
Tari Kecak Sunda Upasunda dengan koreografer I Ketut Gede Rudita SSn dibawakan mahasiswa dan mahasiswi UNHI yang membuat penonton terpesona dan kagum dengan gerakan dan irama yang dinamis itu menceritakan kisah dua raksasa kakak beradik yang ingin menguasai dunia dan mengalahkan para dewa dengan cara bertapa untuk mendapatkan kekuatan , sayangnya ada bidadari yang mengoda mereka.
Akhirnya kedua nya berperang untuk memperebutkan bidadari dan dalam pertarungan tersebut tidak ada yang kalah dan menang yang secara simbolis digambarkan sebagai dua tokoh raksasa yang berwujud ranga berbulu putih dan merah yang bermakna pada introspeksi diri.
Selain itu juga ditampilkan grup gamelan Vikasati yang dibawakan oleh anak anak KBRI Brusel dan masyarakat Indonesia di Belgia yang memainkan lagu instrumental.
Sebelumnya ditampilkan gamelan instrumental yang memainkan tabu Jayasemara buah karya I Wayan Brata.
Acara puncak festival ogoh ogoh diawali dengan parade anak anak penari cilik dan ibu ibu yang membawa gebokan yang menyusuri persawahan yang mengambarkan suasana di Bali.
Ogoh-ogoh berupa DetyaNiwata Kawaca dan Arunja, diarak oleh mahasiswa Universitas Hindu Indonesia, Denpasar sedangkan ogoh ogoh Dewi Saraswati khusus diarak oleh mahasiswi.
Sementara ogoh-ogoh Anoman yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Hindu Indonesia Denpasar semester empat fakultas pendidikan agama dan seni itu diarak oleh masyarakat Hindu Bali Belanda yang tergabung dalam banjar suka duka.
Pada kesempatan itu Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Dr Ide Bagus Yuda Triguna mengibahkan berupa barong dan randag untuk KBRI Brusel kepada Dutabesar RI untuk Belgia, Arif Havas Oegroseno.
Dubes Havas kepada ANTARA London mengatakan penyelenggaraan serangkaian acara festival ogoh ogoh yang diadakan di Pura Agung Shanti Bhuwana adalah dalam rangka memperomosikan budaya Indonesia utamanya Bali sebagai daya tarik wisata ke Indonesia.
Apalagi Pura Agung Santi Bhuana, berada di taman wisata Pairi Daiza, banyak dikunjungi oleh wisatawan tidak saja yang datang dari Belgia tetapi negara Eropa lainnya, ujar Dubes.
Selain itu KBRI brusel berupaya memfasilitasi umat Hindu Bali di Belgia dan di Eropa agar dapat melaksanakan kegiatan keagamaan sebagai wujud dari tolerasi keberagamaan di Indonesia. Serta memberikan jiwa kehidupan pada bangunan Pura Hindu Bali di tengah-tengah peradaban Eropa dan sekaligus memperkenalkan keragaman tradisi Indonesia yang sangat kaya dengan makna luhur.
Menurut Dubes, festival ogoh-ogoh ini juga untuk menunjukkan budaya toleransi dan gotong-royong yang merupakan kekuatan khas bangsa Indonesia.
Dubes Havas juga menyampaikan penghargaan dan berterima kasih kepada Eric Domb, pemilik Parc Pairi Daiza yang telah mendukung penuh penyelenggaraan festival Ogoh-ogoh di taman budaya seluas 55 hektar yang setiap tahun dikunjungi sekitar sejuta turis dari seluruh Eropa.
Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Dr Ide Bagus Yuda Triguna mengatakan bahwa festival ogoh ogoh yang diadakan di Belgia merupakan yang terbesar di luar Indonesia dalam upaya melestarikan budaya kebudayaan hindu Bali di Eropa.
Dikatakannya kunjungannya di Belgia dalam rangka membawa misi Art Mission& Interfaith Dialogue Europa yang didukung oleh Dirjen Bimas Hindu, Kementerian agama RI dan Universitas Hindu Indonesia sekaligus meresmikan Pura Marzahn di Berlin. Sebelumnya digelar serangkaian pertunjukkan yang dimulai dari Frankfurt, Berlin, Brusel dan dilanjutkan ke Leiden, Belanda.
Sementara itu secara terpisah Eric Domb kepada ANTARA London mengakui bahwa ia sangat terkesima dengan festival ogoh ogoh. "Its Wonderfull," ujar Eric yang sangat mencintai budaya Indonesia . Untuk itu dalam mengisi tamannya dengan sejumlah kekayaan aristektur Indonesia seperti Pura yang banyak ditemui di Bali, bangunan rumah Toraja serta persawahan dan saung, berupa rumah rumahan tanpa dinding.
Eric mengakui untuk mewujudkan arsitektur Indonesia di taman itu ia mengimpor 350 kontainer batu seberat 8000 ton dari gunung Merapi dan Gunung Agung serta puluhan arsitek tradisional dan artisan dari Magelang dan Bali untuk membangun pura yang terbesar di luar Indonesia.
"Pura ini saya persembahkan untuk masyarakat Indonesia," ujar Eric Domb yang pertama kali berkunjung ke Bali di saat ia berusia 17 tahun dan berencana juga akan membangun tempat peribadatan agama lainnya di Taman yang juga terdapat berbagai macam binatang seperti Flaminggo dan juga Gajah dari Indonesia.
"Indonesia merupakan negara yang sangat beragam dan sangat saya cintai," ujar Eric Domb menambahkan bahwa festival ogoh ogoh merupakan acara yang sangat menarik dan penuh dengan makna itu juga berhasil menarik wisatawan yang datang ke taman wisata yang berada di bekas tempat pertapaan.
Salah satu umat Hindu Bali yang berdomisili di Jerman, Ni Nyoman Suyadni mengatakan bahwa ia terharu dengan diadakannya festival ogoh-ogoh ini. Ni Nyoman yang tinggal di Koln selama 22 tahun sangat terkesan sekaligus merasa teeobati kerinduan akan suasana Bali dan bisa melaksanakan persembahyangan dengan hikmad sesama umat Hindu se Eropa.
Kegiatan ini diharapkannya dapat menjaga identitas diri sebagai orang Bali dalam menjaga tradisi budaya yang sangat istimewa tersebut, ujar pemilik sanggar Bali Puspa yang mendidik anak anak dan juga masyarakat Jerman yang ingin belajar menari Bali dan main gamelan.
Sementara di Berlin hari Sabtu lalu , bertepatan dengan Bulan Purnama diresmikan Pura terbesar di Jerman Tri Hita Karana oleh Dirjen Bimas Hindu dan disucikan oleh Ida Pedanda Grya Tunjuk, demikian Ni Nyoman Suyadni yang juga penari Bali. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar