Tak hanya terbaik IPA, siswa SMAN 1 Padang juga menoreh prestasi terbaik ujian nasional (UN) di bidang IPS se-Sumbar. Prestasi itu diraih Erita Yulia Sihombing, Nadya Putri Zola dan Hilda Hilmasumi.
”TARGET saya hanya lulus dengan nilai bagus. Saya tak pernah menyangka bakal menjadi juara pertama bidang IPS se-Sumbar,” kata Erita Yulia Sihombing, kepada wartawan, di lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation, Ratulangi, akhir pekan lalu.
Erita termasuk anak pintar di sekolah. Walau tak selalu mendapatkan ranking pertama, dia tak pernah lepas dari tiga besar.
Erita menuturkan, prestasi yang ditorehnya berkat dukungan para guru yang luar biasa membimbing mereka. Namun begitu, semuanya berpulang dari kemauan kuat para siswa untuk meraih yang terbaik.
“Entah kenapa Bang, menjelang UN itu timbul motivasi belajar yang kuat. Hampir tiap hari saya bahas soal-soal UN maupun Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) bidang IPS. Baik di bimbingan belajar maupun di rumah,” kata peraih nilai akhir UN 54,90 ini.
Erita merasa soal-soal UN bidang IPS relatif berat dibanding soal UN IPA.
”Kalau IPA Bang, kan pasti jawabannya. Ada rumusnya ataupun hafalan. Beda sama soal UN IPS. Butuh analisa tajam, serta penafsiran soal,” ungkapnya.
Untuk itu, kata Erita, perlu pengasahan otak agar analisa pemikiran ini makin tajam. “Jika nggak diasah dengan bahas-bahas soal secara intens, analisa soal akan susah. Itu terasa banget ketika ujian berlangsung,” ujarnya.
Menjelang UN, Erita makin intens berdiskusi kelompok dengan teman-teman membahas soal-soal. “Dengan diskusi dan berdebat, ilmu terbaru terkait tiap mata pelajaran pun diperoleh,” ucap Erita.
Mendisiplinkan diri sendiri, adalah salah satu kunci kesuksesan bagi Erita. Kini, Erita menunggu pengumuman mahasiswi undangan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Program Studi Administrasi Fiskal Universitas Indonesia. “Saya sangat menyukai ilmu di bidang fiskal. Doakan saja Bang, saya diterima di UI,” harap gadis berusia 18 tahun ini.
Perasaan sama juga dirasakan Nadya Putri Zola, siswa terbaik kedua UN bidang IPS. Prestasi yang diraihnya tak semudah dibayangkan dan butuh persiapan matang sejak masuk SMA.
“Ketika memilih jurusan IPS, memang sempat terjadi penolakan dari orangtua. Orangtua cenderung meminta saya masuk jurusan IPA. Karena saya ingin menjadi akuntan, orangtua pun akhirnya menyetujui,” kata Nadya Putri Zola.
Anak Kepala Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan (Dispernakhutbun) Padang, Corri Saidan itu pun berupaya membuktikan bahwa pilihannya adalah yang terbaik bagi masa depannya. Itu pula yang memotivasi Nadya giat belajar agar tidak mengecewakan orangtuanya.
“Menghadapi UN saya nggak punya trik khusus. Paling lebih banyak membahas soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya. Di samping itu, ya fokus menerima pelajaran sekolah maupun di bimbingan belajar. Plus ibadah,” ucap peraih nilai akhir UN, 54,50 ini.
Nadya juga membocorkan kunci kesuksesannya berkat kedisiplinan diri. Nadya memang sangat disiplin dalam mengatur waktu belajar dan waktu senggang. “Paginya sekolah, sorenya bimbel dan habis magrib dua jam mengulang mata pelajaran,” ujar calon mahasiswi akuntansi Universitas Indonesia itu.
Bagaimana pula Hilda Hilmasumi, siswa terbaik ketiga hasil UN bidang IPS? Kisah Hilda menarik dari kedua temannya tersebut. Bila Erita dan Nadya memang dikenal langganan juara kelas, kemampuan Hilda dalam kesehariannya justru rata-rata air.
“Nggak nyangka, Bang. Sebab, nggak pernah juara di kelas sebelumnya. Bunda pas diberitahu pun kaget, dan nggak henti-henti ngucap syukur,” ujarnya.
Hilda mengatakan, kesiapannya menghadapi UN termotivasi saat mengikuti lomba Smapsic yang diadakan SMAN 1. “Saya pun ikut perlombaan. Nah, di sanalah tebersit niat belajar lebih giat lagi,” katanya.
Sebulan menjelang UN, Hilda makin keranjingan membahas soal-soal UN di rumah dan di tempat kursus. “Ngebut tiap malam belajar soal-soal UN. Kalo nggak gitu, ya bisa nggak sukses. Sekarang jerih payah itu terbayar,” tuturnya bangga.
Terhadap keberhasilan anak-anak didiknya itu, Kepala SMAN 1 Padang Wellita membenarkan bahwa kunci keberhasilan sekolah yang dipimpinnya itu adalah penerapan disiplin. Bukan saja pada siswa, tapi juga diterapkan pada seluruh warga sekolah; pegawai dan guru.
Penegakan disiplin dimulai dari seorang pemimpin, misalnya tidak terlambat datang ke sekolah. Sebagai pemimpin yang ingin menegakkan disiplin, Wellita harus datang lebih awal dari warga sekolah lainnya.
Bagi mantan Kepala SMA Agam Cendekia ini, memperlihatkan contoh pada warga sekolah adalah cara efektif menegakkan disiplin. “Khusus untuk siswa, disiplin dalam belajar juga diterapkan. Ketika belajar di kelas, siswa harus fokus belajar, dan tidak melakukan pekerjaan lain,” ungkapnya.
Berbagai program sekolah juga dirancang agar mutu pendidikan di sekolah berlabel Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) ini, terus meningkat. Yakni, guru harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengajar.
Ketika guru mengajar tentu harus memiliki kemampuan dan kesiapan. Untuk itu, para guru harus rajin ikut seminar dan berbagai pelatihan. “Satu lagi, mengupayakan 12 guru mendapatkan sertifikat cambridge dari lembaga pendidikan internasional. Kini ada dua guru kami yang memiliki sertifikat internasional,” jelasnya.
Khusus siswa, Wellita memberi kesempatan yang luas mengikuti berbagai perlombaan terutama akademik. “Kita menganjurkan siswa ikut berbagai perlombaan. Dengan begitu, akan banyak ilmu yang didapatkan siswa di luar pelajaran akademik,” ulasnya.
Pj Disdik Padang, Indang Dewata berharap prestasi para siswa SMAN 1 Padang memotivasi para siswa dan sekolah lainnya untuk berprestasi. “Saya mengharapkan pola belajar siswa dapat diperbaiki, sehingga muncul semangat siswa menjadi yang terbaik,” harapnya.
Kepala Cabang Ganesha Operation Sumbar, Nesyandri mengaku bangga dengan prestasi yang ditoreh peserta bimbelnya. “Prestasi ini tidak begitu saja diperoleh para siswa itu. Mereka telah mempersiapkannya sejak dini. Selamat atas prestasi yang membanggakan ini,” pujinya. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar