Oknum TNI-AL main pukul. Tujuh wartawan dan seorang anggota DPRD jadi korban.
Razia kafe dan pondok-pondok yang ditenggarai sering digunakan sebagai tempat maksiat di kawasan Bukit Lampu, Padang, berujung bentrok. Tujuh wartawan dan satu anggota DPRD Padang jadi korban, babak-belur dihajar oknum TNI AL.
Salah satu anggota DPRD Kota Padang dari Partai Amanat Nasional (PAN), Syafrizal DJ, juga ikut jadi korban. Oknum TNI AL yang melakukan pemukulan ini diduga menjadi beking dari kafe yang terkena razia Satpol PP bersama Tim SK4 dan warga setempat.
Awalnya razia Satpol PP yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB berjalan dengan baik. Bahkan razia kali ini didukung seluruh elemen masyarakat setempat. Terlihat dalam razia beberapa unsur pemerintah, mulai dari camat, lurah hingga ketua pemuda, ikut menghadiri pembongkaran pondok-pondok tempat maksiat ini.
Masyarakat yang mengikuti aksi pembongkaran memang mengaku telah resah dengan aktivitas maksiat di Bukit Lampu ini. Bahkan di lima lokasi pembongkaran, banyak ditemukan bertebaran alat kontrasepsi bekas pakai.
Siang itu, warung remang-remang dan pondok yang sering menjadi tempat maksiat di Pantai Nirwana, Batu Cadas, Sungai Baremas dibongkar habis dan setelah itu dibakar agar material sisa pembongkaran tidak bisa digunakan lagi untuk mendirikan bangunan baru .
Suasana pembongkaran yang awalnya aman, berubah mencekam setelah sekitar 20-an anggota TNI AL menghadang petugas Satpol PP dan warga, sesaat setelah membongkar dan membakar kafe milik Ari yang terletak di Batu Cadas, Kelurahan Gates Nan XX.
“Di perjalanan pulang, rombongan dihadang oknum TNI AL berpakaian lengkap dan berpakaian preman. Tanpa banyak tanya mereka langsung memukul beberapa warga yang ikut membantu petugas melakukan razia. Termasuk di antara salah satu warga tersebut anggota DPRD Kota Padang Syafrizal DJ,” kata Jamaldi, salah satu wartawan yang menjadi korban kekerasan oknum aparat TNI AL.
Melihat aksi penghadangan dan pemukulan oleh oknum aparat TNI AL terhadap warga, sontak para jurnalis langsung mengambil kamera untuk mengabadikan peristiwa tersebut. Namun, pengambilan gambar tersebut memancing emosi oknum aparat TNI AL tersebut kepada wartawan. Aksi pemukulan dan perampasan kamera wartawan pun dilakukan. Bahkan wartawan Global TV, Budi Sunandar mengalami pendarahan di telinganya. Tak hanya itu, daun telinga Budi harus mendapatkan 7 jahitan.
Nasib yang tak jauh beda juga dialami oleh enam wartawan lainnya. Kamera wartawan direbut paksa serta dirusak.
“Saya langsung dipukul oleh oknum aparat tersebut. Padahal saya sudah mengatakan kepada mereka bahwa saya wartawan. Ternyata tidak ditanggapi. Malah saya tetap saja dianiaya. Kamera saya juga ditahan oleh oknum tersebut,” terang Budi.
Tidak puas dengan memukul masyarakat dan wartawan, oknum aparat TNI AL tersebut juga melampiaskan kemarahannya dengan menceburkan tiga sepeda motor warga ke laut.
Aksi anarkis yang dilakukan oleh oknum aparat TNI AL ini sontak menyulut emosi warga sekitar. Selang beberapa saat setelah kejadian pemukulan tersebut berlangsung, masyarakat sekitar langsung mengejar oknum aparat yang memukul sejumlah warga dan wartawan.
Situasi semakin tidak kondusif, setelah tidak satupun oknum aparat TNI AL yang melakukan aksi kekerasan tertangkap. Sebuah motor Kawasaki Ninja yang digunakan oleh oknum aparat TNI AL tersebut kemudian dibakar oleh massa.
Massa yang semakin beringas kemudian merangsek ke jalan utama Padang-Bengkulu dan mensweaping setiap orang yang berambut cepak dan segala sesuatu yang berbau TNI AL. Bahkan salah satu kafe dan rumah yang diduga milik anggota TNI AL dibakar massa. Akibatnya aktivitas di jalanan utama tersebut sempat terputus beberapa jam.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang, Nasrul Suganda yang dihubungi sore harinya belum mengambil tindakan apa-apa. Walau sebenarnya keikutsertaan wartawan dalam razia tersebut, atas ajakan pihak Satpol PP. Meski dirinya mengaku mendukung wartawan, namun, belum ada sikap dan koordinasi dengan pihak Lantamal terkait dugaan penganiayaan tersebut.
“Saat ini saya sedang mengumpulkan anggota untuk mendapatkan keterangan terkait dengan dugaan penganiayaan itu. Jika memang posisi kita betul, kita tetap dukung,” kata Nasrul.
Terpisah, anggota Komisi III DPR RI, Taslim, mengecam aksi pemukulan yang diduga dilakukan oknum TNI terhadap awak media yang sedang melakukan peliputan. “Kasus pemukulan terhadap wartawan itu harus diusut tuntas, tidak peduli siapa pelakunya” tegas Politisi PAN asal Sumbar itu.
Taslim juga mendesak Panglima TNI memberi sanksi terhadap oknum aparat yang melakukan perbuatan tersebut, jika terbukti benar melakukan pemukulan. “Untuk itu saya meminta pimpinan DPR RI melalui Komisi I untuk memanggil Panglima TNI, guna mempertanggungjawabkan perbuatan anggotanya,” ungkapnya.
Sedangkan Wakil Komandan Lantamal II Kolonel I Nyoman Mandra saat dikonfirmasi oleh wartawan perihal kejadian ini, tidak mau berkomentar terkait peristiwa yang diduga telah dilakukan oleh anak buahnya.
“Saya pelajari dahulu kronologis dan kebenaran kejadian ini terlebih dahulu. Untuk saat ini saya belum bisa berkomentar,” katanya.
Hingga berita ini ditulis, walaupun suasana di lokasi sudah mulai kondusif, namun masyarakat masih tetap tampak berjaga-jaga. Aktivitas sweaping terhadap aparat TNI AL juga masih berlangsung. Ditambah lagi ada isu yang merebak bahwa massa akan melakukan penyerangan ke Markas Komando Lantamal II.
Isu tersebut langsung ditanggapi oleh masyarakat yang berada di lingkungan sekitar Markas Komando Lantamal II dengan membakar ban dan bersiaga untuk menghadapi penyerangan dari masyarakat Kelurahan Gates Nan XX. (h/ang/nas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar