Seorang Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi ditemukan tewas dalam jurang sedalam 150 meter. Penyebab kematian mahasiswi itu belum diketahui dan masih diselidiki kepolisian.
Warga Panorama Baru kelurahan Kuriman, Kecamatan Mandiangin Koto Salayan Bukittinggi, digemparkan dengan ditemukanya mayat seorang gadis di dalam jurang kawasan Ngarai Panorama Baru sedalam 150 meter sekitar pukul 16.00 wib, Rabu (2/5).
Hasil identifikasi sementara, mayat gadis itu diketahui bernama Afridarni, 21 tahun, mahasiswi semester IV Jurusan Tarbiyah program studi Bimbingan Konseling. Gadis itu berasal dari nagari Pematang Panjang nomor 10 Kabupaten Sijunjung.
Informasi yang dihimpun Haluan di lapangan, menjelaskan, sehari sebelumnya korban bersama pacarnya berinisial “A”pergi ke sekitar lokasi. Setelah berpisah korban tidak kunjung pulang ke rumah kosnya. Sang pacar yang berusaha menghubungi korban tidak pernah bisa dan akhirnya sang pacar memberitahu kembaran korban bernama Afridarna dan akhirnya dilakukan pencarian ke Panorama Baru sejak pagi Rabu kemarin.
Berkat bantuan penduduk sekitar, alhasil sekitar pukul 16.00 WIB sore kemarin mayat perempuan ditemukan dibawah jurang sedalam 150 meter.
Kembaran korban yang ikut melakukan pencarian meyakinkan penduduk sekitar bahwa mayat yang ditemukan dalam jurang itu adalah saudara kembarnya. Tak mau mengambil resiko, warga sekitar segera memberitahukan pihak polisi dan BPBD untuk melakukam evakuasi.
Tak berapa lama, petugas polisi dibantu BPBD dan PMI terjun ke jurang mengambil mayat korban dan mengevakuasi korban hingga menjelang magrib. Mayat langsung dilarikan ke Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) untuk diotopsi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi resmi dari pihak terkait, karena polisi masih melakukan olah TKP.
Kabar tewasnya korban, sampai ketelinga keluarga korban. Menjelang magrib, ayah kandung korban bersama keluarga lainya datang ke ruang jenazah RSAM. Kontan saja melihat mayat terbujur dalam keranda dibungkus kain penutup, Yurnalis, 58 tahun ayah korban tak bisa menahan tangis.
“Ndak ayah sangko cando iko nak. Sajak ketek ayah gadangkan, alun dapek mamakan pancarian anak. Anak lah pai, “ begitulah isak tangis Yurnalis dalam ruang jenazah anaknya. (h/jon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar