Jakarta: Tidak ada pengembang game yang tidak “ngiler” dengan Angry Birds besutan Rovio. Dalam waktu singkat, game ini diunduh jutaan kali. Kondisi sebaliknya dialami pengembang game Indonesia.
Game buatan pengembang lokal sulit bersaing. Bahkan, angka unduhannya belum sampai ratusan ribu. Meski begitu, salah satu pengembang yang cukup beruntung adalah Mintsphere, dengan game Trigger Knight.
“Game ini sudah diunduh di perangkat Android sebanyak 150 ribu kali, iOS 6.000 kali, sementara di web platform jumlah pemainnya mencapai 600 ribu,” ujar Wilson Tjandra, salah satu pendiri sekaligus Art Director Mintsphere.
Faunia Rancher, game pemenang INAICTA 2012 besutan Artoncode, juga memperoleh hasil cukup manis. Sekitar 3 bulan setelah diluncurkan, game yang hanya dibuat untuk perangkat iOS ini telah diunduh 20 ribu kali.
Meski ditujukan untuk pasar global, Artoncode sempat menyelipkan nuansa lokal dalam game buatannya. “Ada Barong, makhluk mistis dari Bali, sebagai salah satu monster yang dapat dipelihara," kata Ronald Widjaja, Co-Founder dan Chief Operating Officer Artoncode, pembuat Faunia Rancher.
Beberapa pengembang lain bahkan sudah berani membuat game berdasarkan folklor Indonesia, antara lain Anantarupa dengan Boma Naraka Sura. Game ini mengisahkan perjalanan Boma, musuh Gatotkaca, dalam perjalanan mencari kesaktiannya.
"Boma dipilih karena tidak seperti Gatotkaca yang banyak dibantu dewa. Ia berjuang dari bawah," ujar Ivan Chen, Director Anantarupa. Untuk game ini, Anantarupa melakukan riset pustaka agar memahami alur cerita dan karakter tokoh yang digunakan.
Ada pula Lentera Nusantara, pengembang asal Bandung yang tengah merampungkan mobile game untuk perangkat iOS, LayangNaga. Game ini menonjolkan pertarungan antarpemilik layangan. Tujuannya, agar layangan milik si pemain dapat terpilih menjadi pengantar pesan ke Dewa Siwa.
"Untuk bahannya, kami langsung adakan riset ke Bali, yang memiliki tradisi layangan yang kuat," ujar Azizah Asaattari, technology consultant sekaligus animator di Lentera Nusantara. Dia mengatakan dana yang dikeluarkan mencapai Rp 25 juta untuk akomodasi bolak-balik dari dan ke Bali selama melakukan riset dalam setahun terakhir.
ST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar