Padang – Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpendapat, kegiatan jelang Ramadhan, berupa balimau perlu diluruskan. Sebab, tujuan sebenarnya adalah mensucikan diri, bukan hura-hura.
Ketua MUI Kota Padang Duski Samad, Kamis (4/7), mengatakan, pada intinya tujuan balimau sebenarnya baik, dan seutuhnya merupakan budaya, untuk mensucikan diri menjelang masuknya bulan Ramdhan. Hanya saja, sekarang bergesar dengan kegiatan hura-hura yang patut untuk diluruskan, sebab termasuk kegiatan yang mubazir.
“Makna balimau sebenarnya ada tiga tujuan sebelum memasuki bulan Ramadhan, yakni meningkatkan keimanan, memperoleh manfaat, dan menuju ketentraman sebelum memasuki bulan suci tersebut dengan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta,” kata Duski, seperti diwartakan Antara, kemarin.
Dia menambahkan, saat ini tujuan budaya yang baik tersebut sudah mulai bergeser, dan tidak lagi seperti yang diharapkan, namun sekarang tidak terlihat lagi tujuan dari budaya tersebut, sehingga perlu diluruskan kembali.
Katanya, budaya balimau yang setiap tahun dilakukan olah sebagaian masyarakat, dengan pergi mandi-mandi ke sungai, dan lainnya, menurut MUI, sebenarnya tidak ada sangkut paut dengan ibadah. Namun murni budaya, yang dahulu memiliki tujuan mulia, yaitu lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Melihat mulai bergesernya budaya balimau tersebut, MUI Padang mengimbau masyarakat untuk lebih cerdas dalam menyikapi hal itu, dan lebih memahami makna dari budaya tersebut menjelang bulan Ramadhan 1434 H ini, dimana seharusnya masyarakat lebih memperbanyak ibadah, bukan melakukan hal yang mubazir.
singgalang
Ketua MUI Kota Padang Duski Samad, Kamis (4/7), mengatakan, pada intinya tujuan balimau sebenarnya baik, dan seutuhnya merupakan budaya, untuk mensucikan diri menjelang masuknya bulan Ramdhan. Hanya saja, sekarang bergesar dengan kegiatan hura-hura yang patut untuk diluruskan, sebab termasuk kegiatan yang mubazir.
“Makna balimau sebenarnya ada tiga tujuan sebelum memasuki bulan Ramadhan, yakni meningkatkan keimanan, memperoleh manfaat, dan menuju ketentraman sebelum memasuki bulan suci tersebut dengan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta,” kata Duski, seperti diwartakan Antara, kemarin.
Dia menambahkan, saat ini tujuan budaya yang baik tersebut sudah mulai bergeser, dan tidak lagi seperti yang diharapkan, namun sekarang tidak terlihat lagi tujuan dari budaya tersebut, sehingga perlu diluruskan kembali.
Katanya, budaya balimau yang setiap tahun dilakukan olah sebagaian masyarakat, dengan pergi mandi-mandi ke sungai, dan lainnya, menurut MUI, sebenarnya tidak ada sangkut paut dengan ibadah. Namun murni budaya, yang dahulu memiliki tujuan mulia, yaitu lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Melihat mulai bergesernya budaya balimau tersebut, MUI Padang mengimbau masyarakat untuk lebih cerdas dalam menyikapi hal itu, dan lebih memahami makna dari budaya tersebut menjelang bulan Ramadhan 1434 H ini, dimana seharusnya masyarakat lebih memperbanyak ibadah, bukan melakukan hal yang mubazir.
singgalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar