Petaling Jaya - Indonesia menjadi target incaran Bank-bank Malaysia. Namun kini, bank-bank asal negeri jiran mulai menjaga jarak dengan Indonesia, sehubungan dengan rencana Bank Indonesia (BI) untuk membatasi kepemilikan mayoritas di bank-bank komersial.
Rencana BI tersebut setidaknya telah membuat bank-bank Malaysia mengurungkan niatnya membeli bank-bank di Indonesia. Mereka diantaranya adalah RHB Capital Bhd (RHB Cap) dan Affin Holdings Bhd. RHB Cap sebelumnya berniat untuk membeli PT Bank Mestika Dharma, sementara Affin hendak membeli PT Bank Ina Perdana.
RHB Cap secara tegas menyatakan menunda rencananya untuk membeli Bank Mestika Dharma berkaitan dengan rencana BI membatasi kepemilikan mayoritas, kendati aturan tersebut hingga kini belum jelas.
"Terlalu awal bagi kami untuk berkomentar lebih lanjut pada tahap ini karena belum ada kejelasan tentang aturan baru yang akan keluar. Kami terus memonitor dengan dekat perkembangannya," demikian pernyataan dari RHB Cap seperti dikutip dari The Star, Rabu (7/9/2011).
Keputusan RHB Cap untuk menunda pembelian Bank Mestika itu muncul setelah mencuatnya kabar BI akan membatasi kepemilikan tunggal mayoritas tidak lebih dari 50%. Padahal sebelumnya RHB Cap mengumumkan rencananya untuk membeli 80% saham Bank Mestika senilai 1,16 miliar ringgit.
Jika memang akhirnya RHB Cap membatalkan rencananya membeli Bank Mestika, maka akan menjadi bank Malaysia kedua yang membatalkan pembelian bank di Indonesia. Affin Holdings Bhd pada bulan lalu telah mengumumkan rencananya menunda akuisisi Bank Ina Perdana, merespons rencana BI tersebut.
Padahal Indonesia sebelumnya telah menjadi target atraktif dari bank-bank Malaysia karena pertumbuhan penduduknya yang cepat, tingkat pertumbuhan ekonominya yang stabil. Jika memang BI mewujudkan rencananya, analis memperkirakan bank-bank Malaysia akan mencari tempat lain untuk pertumbuhannya.
Saat ini sejumlah bank-bank Malaysia menguasai bank di Indonesia, seperti Malayan Banking Bhd yang menguasai 95% saham PT Bank Internasional Indonesia (BII) dan CIMB Group Holdings Bhd yang menguasai 96% saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. Operasional di Indonesia juga memberikan kontribusi yang cukup besar, seperti CIMB Grup yang mendapatkan 'setoran' laba terbesar dari CIMN Niaga.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan tengah mengkaji untuk melakukan pembatasan kepemilikan saham mayoritas di sebuah bank. Walaupun masih dikaji, nantinya arah BI yakni kepemilikan mayoritas oleh sebuah instansi, keluarga, maupun perorangan nantinya tidak akan ada lagi.
"Hal ini benar-benar untuk Good Corporate Governance," jelas Darmin beberapa waktu lalu.
Namun BI tetap akan memberikan izin bagi bank-bank asing yang akan melakukan akuisisi pada tahun ini. BI menegaskan tidak akan melarang akuisisi bank-bank lokal oleh asing hingga tahun ini berakhir.
Tarik Tunai Via ATM Capai Rp 2,5 Triliun Jelang Lebaran
Situs Bank Mandiri Kadaluwarsa
BPK Baru Rampungkan 35% Audit Bailout Century Rp 6,7 Triliun
Wah! Direksi Bank BUMN Dapat Bonus Rp 314,5 Miliar
Banyak Pengeluaran, Bakrie Life Cuma Cicil Tunggakan Bunga Nasabah
SUMBER detikFinance
Rencana BI tersebut setidaknya telah membuat bank-bank Malaysia mengurungkan niatnya membeli bank-bank di Indonesia. Mereka diantaranya adalah RHB Capital Bhd (RHB Cap) dan Affin Holdings Bhd. RHB Cap sebelumnya berniat untuk membeli PT Bank Mestika Dharma, sementara Affin hendak membeli PT Bank Ina Perdana.
RHB Cap secara tegas menyatakan menunda rencananya untuk membeli Bank Mestika Dharma berkaitan dengan rencana BI membatasi kepemilikan mayoritas, kendati aturan tersebut hingga kini belum jelas.
"Terlalu awal bagi kami untuk berkomentar lebih lanjut pada tahap ini karena belum ada kejelasan tentang aturan baru yang akan keluar. Kami terus memonitor dengan dekat perkembangannya," demikian pernyataan dari RHB Cap seperti dikutip dari The Star, Rabu (7/9/2011).
Keputusan RHB Cap untuk menunda pembelian Bank Mestika itu muncul setelah mencuatnya kabar BI akan membatasi kepemilikan tunggal mayoritas tidak lebih dari 50%. Padahal sebelumnya RHB Cap mengumumkan rencananya untuk membeli 80% saham Bank Mestika senilai 1,16 miliar ringgit.
Jika memang akhirnya RHB Cap membatalkan rencananya membeli Bank Mestika, maka akan menjadi bank Malaysia kedua yang membatalkan pembelian bank di Indonesia. Affin Holdings Bhd pada bulan lalu telah mengumumkan rencananya menunda akuisisi Bank Ina Perdana, merespons rencana BI tersebut.
Padahal Indonesia sebelumnya telah menjadi target atraktif dari bank-bank Malaysia karena pertumbuhan penduduknya yang cepat, tingkat pertumbuhan ekonominya yang stabil. Jika memang BI mewujudkan rencananya, analis memperkirakan bank-bank Malaysia akan mencari tempat lain untuk pertumbuhannya.
Saat ini sejumlah bank-bank Malaysia menguasai bank di Indonesia, seperti Malayan Banking Bhd yang menguasai 95% saham PT Bank Internasional Indonesia (BII) dan CIMB Group Holdings Bhd yang menguasai 96% saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. Operasional di Indonesia juga memberikan kontribusi yang cukup besar, seperti CIMB Grup yang mendapatkan 'setoran' laba terbesar dari CIMN Niaga.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan tengah mengkaji untuk melakukan pembatasan kepemilikan saham mayoritas di sebuah bank. Walaupun masih dikaji, nantinya arah BI yakni kepemilikan mayoritas oleh sebuah instansi, keluarga, maupun perorangan nantinya tidak akan ada lagi.
"Hal ini benar-benar untuk Good Corporate Governance," jelas Darmin beberapa waktu lalu.
Namun BI tetap akan memberikan izin bagi bank-bank asing yang akan melakukan akuisisi pada tahun ini. BI menegaskan tidak akan melarang akuisisi bank-bank lokal oleh asing hingga tahun ini berakhir.
Tarik Tunai Via ATM Capai Rp 2,5 Triliun Jelang Lebaran
Situs Bank Mandiri Kadaluwarsa
BPK Baru Rampungkan 35% Audit Bailout Century Rp 6,7 Triliun
Wah! Direksi Bank BUMN Dapat Bonus Rp 314,5 Miliar
Banyak Pengeluaran, Bakrie Life Cuma Cicil Tunggakan Bunga Nasabah
SUMBER detikFinance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar