Selama dua minggu berkunjung ke tiga negara di Eropa pertengahan kedua Juli dan awal Agustus 2011 yang lalu, yaitu Negeri Belanda, Belgia dan Inggris, saya menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah tokoh-tokoh pendidikan dan ilmu pengetahuan, termasuk Dubes RI di London dan Atase Pendidikan di Kedubes RI di London dan Den Haag, dan staf ahli KITLV Leiden, untuk mendapatkan masukan dari mereka dengan adanya rencana dan keinginan dari sejumlah kita di Sumatera Barat untuk mempersiapkan berdirinya Universitas Mohammad Natsir.
Dalam penjelasan yang saya berikan, kita tidak hanya sekadar menambah dari yang telah ada, tetapi menciptakan sebuah universitas yang ide dasarnya telah diletakkan oleh Bapak Mohammad Natsir dengan beliau mendirikan Sekolah Pendidikan Islam (Pendis) tahun 1930 di Kota Bandung. Berbeda dengan sekolah-sekolah yang telah ada pada masa itu, maupun yang berlanjut sampai saat ini, sekolah Pendis ciptaan Natsir ini tidak melakukan pemisahan antara pendidikan umum yang sifatnya sekuler dan pendidikan agama yang religius-spiritual, tetapi memadunya menjadi satu kesatuan yang integral, utuh dan holistik. Sistem pendidikan yang integral-holistik ini beliau titipkan pula pada sejumlah universitas Islam yang beliau ikut mendirikan atau sponsori sesudah kemerdekaan ini, termasuk UII di Yogya, Unisba di Bandung, UISU di Medan, UIR di Pekanbaru, UMMY di Makassar dan Universitas Ibnu Khaldun di Bogor.
Tuntutan untuk melanjutkan dan menyebarluaskan sistem pendidikan yang integral-terpadu dan holisitik berdasarkan tauhid ini sekarang ini makin dirasakan perlunya dengan makin meluasnya tuntutan dan desakan ke arah sistem pendidikan yang integral-terpadu dan holistik ini bukan hanya pada pelataran nasional dan dunia Islam umumnya, tetapi bahkan dunia global seanteronya.
Gerakan Tarbiyah yang dipelopori oleh seorang da’i muallaf bule, Dawud at Tauhidi, di Amerika Serikat, bahkan memasukkan semua unsur yang saling terkait antara yang intelektual-rasional dengan yang spiritual, emosional, etikal dan sekaligus fisikal, sosial dan kultural ke dalam konsep pendidikan yang integral-holistik itu.
Dalam menjawab tantangan Era Tamaddun Islam Gelombang Ketiga yang sudah mulai kita masuki sekarang ini, konsep pendidikan Tarbiyah yang integral-holistik ini adalah pilihan satu-satunya dan tepat-jitu dalam kita mempersiapkan diri memasuki era Tamaddun Islam Gelombang Ketiga tersebut yang prospeknya ke depan cerah dan menjanjikan selama dan selagi kita konsisten dan kukuh-kuat dalam mengamalkan dan merealisasikannya.
Era Tamaddun Islam Gelombang Ketiga sekarang ini telah dimulai dengan bangun dan bangkitnya satu per satu negara-negara dunia Islam setelah tujuh abad berada dalam lumpur sejarah kegelapannya sejak jatuhnya Baghdad dan Kordoba, yang disusul oleh jatuhnya Turki-Utsmaniyah, sampai ke tingkat nadirnya di Perang Dunia Kedua yang lalu.
Era Tamaddun Islam Gelombang Pertama, sebagai kita tahu, adalah era kegemilangan Islam Gelombang Pertama dari munculnya Islam di abad ke tujuh di Jazirah Arab sampai ke tingkat zenitnya di Persia dan Spanyol di abad ke-14.
Dengan kita membangun dan mempersiapkan Universitas Mohammad Natsir (UMN) di Sumatera Barat, yang kampusnya tersebar di berbagai kota pendidikan, seperti Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, Solok, dan sebagainya, kita membantu mempercepat terealisasinya konsep pendidikan yang integral-holistik tersebut di bumi Minangkabau yang dasar budayanya juga sudah disiapkan untuk sejalan dan selaras dengan itu, yaitu filosofi hidup ABS-SBK (Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah).
Dengan kita membangun Universitas Mohd Natsir di Sumatera Barat maka kitapun membantu menjadikan Sumatera Barat sebagai pusat “industri otak” di tanah air, yang pelajar dan mahasiswanya berdatangan dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia Melayu lainnya.
Salah satu dari fakultas yang kita persiapkan sudah barang tentu adalah yang berkaitan dengan Ilmu Ekonomi dan Perbankan Syariah, yang, seperti fakultas lain-lainnya, dimulai dengan sebuah sekolah tinggi yang sama. Artinya, dari sekolah tinggi untuk kemudian jadi fakultas dari Universitas Mohammad Natsir yang kita cita-citakan itu. Saya juga sudah berbicara dengan Dekan Fakultas Ekonomi Univirsitas Andalas, Prof Dr Syarifuddin Karimi, dan mantan Rektor Prof Dr Musliar Kasim, yang prinsipnya beliau-beliau siap untuk membantu secara kelembagaan maupun perorangan untuk terealisasinya cita-cita kita bersama ini.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Perbankan Islam punya nilai jual yang tinggi dengan kita sekarang mulai mengarahkan sistem ekonomi nasional kita ke arah ekonomi syariah tanpa riba yang juga sejalan dengan trend ekonomi global menggantikan ekonomi liberal-kapitalistik pasar bebas yang mulai melewati masa jayanya.
Dari hasil diskusi dan pembicaraan kami di beberapa kota di ketiga negara di Eropa itu, kami melihat prospek yang bagus dan positif untuk berdirinya Universitas Mohammad Natsir itu dengan melakukan kerja sama dengan berbagai universitas dan tenaga-tenaga pengajarnya di negara-negara maju itu. Pengalaman sebelumnya dengan saya ikut membantu membangun dan mempersiapkan Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas di awal 1980-an yang lalu melakukan hubungan kerja sama dengan beberapa universitas di Eropa, Amerika dan Jepang, gerak langkah yang sama juga bisa kita lakukan terhadap pendirian Universitas Mohammad Natsir ini. Apalagi dengan nama “Mohammad Natsir” yang adalah pahlawan nasional dan pemimpin bangsa dan agama yang namanya bukan saja dikenal luas tapi juga harum di seantero mancanegara, dengan niat baik dan kesediaan kita untuk bekerja keras dalam merealisasikannya, insya Allah, Tuhan pun tidak akan mensia-siakan niat baik kita itu, apalagi yang kita kaitkan dengan kemajuan Islam dan Dunia Islam dalam memasuki Era Tamaddun Gelombang Ketiga Dunia Islam itu.
Yang kita perlukan adalah kerja sama dan saling mendukung dari semua kita, termasuk dari keluarga almarhum Mohammad Natsir sendiri dan lembaga DDII di pusat dan daerah.
Mari kita bekerjasama untuk tujuan mulia ini dengan niat yang ikhlas.
MOCHTAR NAIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar