Featured Video

Rabu, 21 September 2011

MENGHARMONISASI HUBUNGAN MALAYSIA – INDONESIA (LAGI)Padang


Kalau tidak aral melintang maka pertemuan terbatas Indonesia-Malaysia yang digelar di Bukittinggi 23 – 25 September mendatang di Bukittinggi akan disetting untuk menyegarkan kembali hubungan kedua bangsa serumpun ini.
Dalam hal ini Sumatera Barat mencoba memainkan peranannya dalam memesrakan kembali hubungan kedua bangsa yang sering mengalami turun naik pasang, Mi­nangkabau bisa menjadi pemersatu kedua bangsa serumpun ini.

Pertemuan yang akan dipuncaki oleh dialog Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Dato’ Seri Utama Rais Yatim dengan Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia Tifatul Sembiring adalah pertemuan yang sudah lama direncanakan. Diawali oleh sebuah kunjungan muhibah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumatera Barat pada tahun lalu ke kantor Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Dato’ Rais Yatim di Kuala Lumpur. Waktu itu selain bersua dengan Menteri Rais Yatim, delegasi Sumatera barat itu juga bertemu dengan tokoh-tokoh pers nasional Malaysia. Dalam dialog mengemuka betapa pentingnya sebuah harmonisasi hubungan diantara kedua negara bertetangga ini.
Oleh Ketua PWI, Basril Basyar pada kesempatan itu digagas sebuah dialog bangsa serumpun ini. Ini karena melihat hubungan Indonesia-Malaysia terus mengalami pasang naik dan pasang surut. Tidak terlalu stabil. Berbagai perselisihan paham yang terjadi diantara kita dan Malaysia sering melebar ke berbagai hal yang kadang tidak mengenakkan. Minang­kabau atau Sumatera Barat agaknya bisa menjadi pembuhul kembali hubungan itu.
Maka pertemuan RI-Malaysia di Bukittinggi pada 23-25 September 2011 mendatang itu kedua pihak bisa membincang bersama apa-apa saja yang tidak mengenakan dan bagaimana kita bisa buat persamaan pandang dan menjauhkan sejauh-jauhnya perbedaan diantara kita. Terutama bagi Sumatera Barat atau orang Minang, selama ini hubungan dengan Malaysia itu masih dalam batas-batas wajar. Kalau ada kerikil, itu hanya karena ketidaksamaan pandang saja. Maka di Bukittinggi kita coba membuat kesepakatan bagaimana persamaan itu bisa kita rajut.
Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 40 wartawan Malaysia dan kira-kira 40 orang pula wartawan Indonesia (dari Jakarta dan PWI Cabang se Sumatera)  serta para budayawan akan ada seminar.
Beberapa topik yang akan dibincang dalam seminar 24 September itu antara lain Memupuk Persamaan Peranan Wartawan dan Budayawan dengan pembicara Senator Dato’Dr. Firdaus Abdullah (mantan Ketua Dewan Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia), encik Baharo, Muhisin (Pemred Tabloid Kosmo, Malaysia), Taufik Ismail (Penyair/budayawan Indonesia), Hasril Chaniago (PWI Sumbar) dengan moderator Datuk Paduka Ahmad A Talib (Ketua Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI)
Pada sesi kedua akan ditampilkan topik Mengakrabkan Hubungan Masa Depan/Pandangan Generasi Muda dengan pembicara Ramli Abdul Karim (Editor Berita Utusan Malaysia), Adib Alfikri (Ketua DPD KNPI Sumatera Barat) dengan moderator Dirwan A Darwis (ISWAMI Malaysia)
Sesi ketiga akan mengusung topik Para Tokoh Bicara Soal Mengakrabkan Hubungan Indonesia-Malaysia dengan pembicara Tan Sri Nordin Kardi dkk (Malaysia) dan H. Basril Djabar (Indonesia) dengan moderator Ir. Basril Basyar M.M (Ketua PWI Sumbar)
Sedangkan pada sesi keempat akan tampil kedua Menteri Penerangan (Dato’Rais Yatim dan Tifatul Sembiring) dengan moderator Syaiful Hadi (Ketua ISWAMI Indonesia/Pemred LKBN Antara)
Dari semua topik yang mengemuka pada pertemuan ini bisa dilihat sebuah semangat untuk mengharmonisasikan hubungan kedua bangsa. Peranan Sumatera Barat tempat etnis Minang berakar diharapkan bisa menjadi pembuhul berbagai perbedaan kedua pihak selama ini. Ini relevan dengan cukup besarnya warga Malaysia yang berdarah Minang dan bagaimana pula peranan orang Minang yang ada di Malaysia. Bahkan Menteri Penerangan Dato’Rais Yatim sendiri adalah pejabat senior Malaysia yang memiliki darah keturunan Minang yakni dari Lariang, Palupuh Kabupaten Agam.
Karena itu, hendaknya pertemuan di Bukittinggi itu kelak tidak hanya sekedar pertemuan berlepas kangen, namun benar-benar bisa menghasilkan satui kesepakatan bersama yang akan membuat harmonisasi hubungan kedua bangsa terujud.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar