Tiba-tiba Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim kepada wartawan mengatakan bahwa program pembangunan di bidang pariwisata Sumatera Barat hingga kini masih belum terasa gregetnya sehingga tak mengherankan bila kunjungan wisatawan belum seperti yang diharapkan.
Ada apa? Dan kenapa mendadak Muslim Kasim bicara agak keras soal pariwisata? Bukankah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Barat belum lama ini baru saja dikukuhkan.
Coba kita simak keluhan Muslim itu kembali. Ia menyebutkan bahwa penyebab tidak punya geregetnya pariwisata Sumbar adalah pengelolaan obyek wisata yang tidak terfokus. Pengelolaan obyek wisata di daerah ini memang dikelola tetapi masih setengah-setengah, sehingga promosi yang dilakukan menjadi tidak maksimal dan kurang menarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Jika menilik kerisauan Wakil Gubernur itu sebenarnya bisa kita simak satu persatu kondisi obyek-obyek di lapangan. Harus kita akui bahwa banyak pembenahan yang harus dilakukan Sumatera Barat untuk mencapai posisi sebagai salah satu tujuan wisata utama yang sesungguhnya. Dalam daftar memang kita masuk dalam salah satu daerah tujuan wisata utama, tetapi sebagaimana dilontarkan oleh Wakil Gubernur itu, pendukung pariwisata di daerah ini terkesan masih amburadul, seperti jasa taksi di bandara yang masih tanpa argo, fasilitas umum di lokasi obyek wisata yang tidak lengkap, kebersihan yang kurang terjaga dan kekurangan lainnya.
Kuliner Ranah Minang yang sudah terkenal dengan kelezatan cita rasanya, juga belum ditangani secara profesional, seperti masalah kemasan, kebersihan dan promosinya. Begitu pula masalah budaya yang menjadi salah satu daya tarik pariwisata di daerah ini, hendaknya diserahkan pengelolaannya kepada orang yang ahli dibidangnya. Jangan pernah untuk dicampuri.
Bahwa wisata tak hanya obyek alam tapi lebih dari itu. Bagaimana daerah tujuan wisata dengan segala isinya dapat membikin pengunjungnya senang dan enjoy.
Belajar ke daerah lain, ternyata pendapat bahwa daya tarik wisata lebih ditentukan oleh keindahan alam dan keunikan budaya tampaknya selalu benar. Lihat saja data statistic kunjungan wisata di Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Kalau bicara keindahan dan kemolekan alam sebagai obyek wisata, apa yang tidak ada di Indonesia? Coba bandingkan dengan Singapura yang hanya seujung kuku. Tapi faktanya jumlah kunjungan wisata ke Singapura masih jauh lebih besar disbanding ke Indonesia. Tahun 2009 jumlah turis yang ke Malaysia mencapai 17,5 juta orang, jauh di atas Indonesia yang jumlahnya sekitar 6,4 juta orang. Thailand 13,8 juta dan Singapura 7,6 juta orang.
Yang membetot keinginan turis untuki berkunjung ke satu daerah sekali lagi jelas bukan faktor keelokan alam dan budaya semata. Namun daerah-daerah yang ingin memikat pengunjung harus mengedepankan juga keunggulan infrastruktur yang baik dan memadai serta segi-segi keamanannya.
Selebihnya yang tidak kalah penting adalah promosi. Bagaimana mungkin orang akan kenal Air Terjun tujuh tingkat, Sapan Maluluang, Pemandian Lubuk Mata Kucing, Lubuak Minturun, kalau leaflet dan tulisan-tulisan mengenai itu amat minim diperoleh. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memang ada mencetak bahan-bahan promosinya tapi kita tidak tahu kemana saja mereka bagikan. Siapa saja yang mempromosikan pariwisata Sumbar ke mancanegara? Apakah yang terjadi tidak aneh ketika mau mempromosikan wisata, kita ramai-ramai menghadiri iven luar negeri dengan biaya besar sedangkan ketika kita menggelar iven tidak satupun tamu asing yang kita hadirkan disini membalas kunjungan kita ke negerinya.
Pemprov Bali menawarkan agar Pemprov Sumbar membangun anjungan Minangkabau di Bali sebagai bagian dari promosi pariwisata daerah ini di Pulau Dewata tersebut. Mestinya tawaran yang sudah lama itu diambil, tetapi tidak untuk membuang uang melainkan benar-benar untuk menjaring minat orang berkunjung ke Sumatara Barat dengan memanfaatkan Bali. Dan hendaknya kita berada dalam satu konstelasi wisata semacam Bali and Beyond ataupun Singapore and Beyond. Bali dan Singapura boleh dikunjungi banyak turis, tapi apa yang bisa kita ambil dari itu untuk Sumatera Barat?***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar