Padang - Malam kian larut, hujan seakan tidak ingin berhenti menguyur Kota Padang. Begitu juga yang dirasakan Yenis Marwati beserta lima anaknya, pasca penangkapan suami tercinta, Sofyan Rambo. Sejak lima hari yang lalu, setiap malam anaknya menangis menanyakan kabar ayahnya yang tak kunjung pulang.
“Apa yang saya mau jawab, mereka selalu menanyakan alasan bapaknya tidak pulang dan ditahan polisi,” ujar Yenis kepada Singgalang dengan nada terisak.
Dijelaskan Yenis, Kelima anaknya mengaku sulit tidur dan selalu terbayang wajah bapak yang menghiasi keceriaan malam kala mereka akan tidur. kini, tidak ada lagi tegur sapa dan kecupan lembut sebagai pengantar tidur.
“Tega pak polisi ya buk, menangkap ayah yang membela pedagang,” kata Yenis menirukan ucapan anaknya.
Pernah satu malam salah seorang anaknya bermimpi tentang bapaknya, sang anak terus berkata apa salah bapak, apa salah bapak, lanjut Yenis.
Tidak saja perasaan keluarga yang terluka, perekonomian mereka juga ikut terkena imbasnya. Sejak Sofyan Rambo ditangkap, Yenis sulit untuk berdagang karena harus bolak balik ke Polresta Padang. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap penghasilan keluarga, terutama makin tingginya biaya hidup saat ini.
“Pasti berpengaruh terhadap penghasilan, karena biasanya kami berjualan berdua. Sekarang saya sendiri, dan waktu juga banyak terkuras untuk melihat bapak,” terangnya.
Ia berandai-andai jika suaminya punya pangkat seperti pejabat, tentu tidak akan seperti sekarang nasibnya.
“Kalau pak Sofyan seorang pejabat, tidak mungkin akan segampang ini dipenjara, apalagi kasusnya hanya karena baju yang ia beli dibakar sendiri” candanya.
Demi kelima buah hatinya dan rasa kemanusiaan, Yenis memohon dengan sangat kepada pihak kepolisian untuk dapat membebaskan suaminya.
“Demi keadilan dan kemanusian, saya harap suami saya dapat dibebaskan,” lanjutnya.
Seperti yang diberitakan Singgalang sebelumnya, kasus Sofyan Rambo menarik banyak perhatian masyarakat. Bagaimana tidak, hanya karena membakar baju bermerek Forum Warga Kota (FWK) yang ia beli, Sofyan Rambo harus dikurung dibalik jeruji besi.
Sementara itu, kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan dua pejabat teras Pemko Padang hingga kini masih belum jelas titik terangnya. Padahal, kasus dugaan penganiayaan ini lebih dulu dilaporkan pedagang kepada pihak kepolisian.
Menanggapi terjadinya kasus penangkapan Sofyan Rambo, Ketua Persatuan Bantuan Hukum dan Hak Azazi Manusia Indonesia (PBHI) Sumbar, Khairul Fahmi bereaksi keras dan mengatakan Polresta Padang terkesan melakukan diskriminasi hukum dan kriminalisasi.
Tudingan PBHI dan masyarakat mengenai dugaan tersebut dibantah Polresta Padang. Hal ini disampaikan Kabag Ops Polresta Padang, Kompol Ari Yuswan Triyono beberapa hari yang lalu, dijelaskannya bahwa tidak ada kriminalisasi dan diskriminasi hukum terhadap kasus penangkapan Sofyan Rambo.
“Semua sudah sesuai dengan prosedur yang ada, tidak benar ada Diskriminasi dan Kriminalisasi hukum,” katanya kepada wartawan.
(408/601)
“Apa yang saya mau jawab, mereka selalu menanyakan alasan bapaknya tidak pulang dan ditahan polisi,” ujar Yenis kepada Singgalang dengan nada terisak.
Dijelaskan Yenis, Kelima anaknya mengaku sulit tidur dan selalu terbayang wajah bapak yang menghiasi keceriaan malam kala mereka akan tidur. kini, tidak ada lagi tegur sapa dan kecupan lembut sebagai pengantar tidur.
“Tega pak polisi ya buk, menangkap ayah yang membela pedagang,” kata Yenis menirukan ucapan anaknya.
Pernah satu malam salah seorang anaknya bermimpi tentang bapaknya, sang anak terus berkata apa salah bapak, apa salah bapak, lanjut Yenis.
Tidak saja perasaan keluarga yang terluka, perekonomian mereka juga ikut terkena imbasnya. Sejak Sofyan Rambo ditangkap, Yenis sulit untuk berdagang karena harus bolak balik ke Polresta Padang. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap penghasilan keluarga, terutama makin tingginya biaya hidup saat ini.
“Pasti berpengaruh terhadap penghasilan, karena biasanya kami berjualan berdua. Sekarang saya sendiri, dan waktu juga banyak terkuras untuk melihat bapak,” terangnya.
Ia berandai-andai jika suaminya punya pangkat seperti pejabat, tentu tidak akan seperti sekarang nasibnya.
“Kalau pak Sofyan seorang pejabat, tidak mungkin akan segampang ini dipenjara, apalagi kasusnya hanya karena baju yang ia beli dibakar sendiri” candanya.
Demi kelima buah hatinya dan rasa kemanusiaan, Yenis memohon dengan sangat kepada pihak kepolisian untuk dapat membebaskan suaminya.
“Demi keadilan dan kemanusian, saya harap suami saya dapat dibebaskan,” lanjutnya.
Seperti yang diberitakan Singgalang sebelumnya, kasus Sofyan Rambo menarik banyak perhatian masyarakat. Bagaimana tidak, hanya karena membakar baju bermerek Forum Warga Kota (FWK) yang ia beli, Sofyan Rambo harus dikurung dibalik jeruji besi.
Sementara itu, kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan dua pejabat teras Pemko Padang hingga kini masih belum jelas titik terangnya. Padahal, kasus dugaan penganiayaan ini lebih dulu dilaporkan pedagang kepada pihak kepolisian.
Menanggapi terjadinya kasus penangkapan Sofyan Rambo, Ketua Persatuan Bantuan Hukum dan Hak Azazi Manusia Indonesia (PBHI) Sumbar, Khairul Fahmi bereaksi keras dan mengatakan Polresta Padang terkesan melakukan diskriminasi hukum dan kriminalisasi.
Tudingan PBHI dan masyarakat mengenai dugaan tersebut dibantah Polresta Padang. Hal ini disampaikan Kabag Ops Polresta Padang, Kompol Ari Yuswan Triyono beberapa hari yang lalu, dijelaskannya bahwa tidak ada kriminalisasi dan diskriminasi hukum terhadap kasus penangkapan Sofyan Rambo.
“Semua sudah sesuai dengan prosedur yang ada, tidak benar ada Diskriminasi dan Kriminalisasi hukum,” katanya kepada wartawan.
(408/601)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar