KELOMPOK Obedient Wives Club (OWC) atau Klub Istri Taat Suami di Malaysia kembali membuat kontroversi. Kali ini mereka menerbitkan buku setebal 115 halaman yang diberi judul Seks Islam, Perangi Yahudi untuk Kembalikan Seks Islam kepada Dunia.
Tetapi para pengurus Klub Istri Taat Suami ini yakin bisa “mengobati” penyakit-penyakit sosial seperti prostitusi dan perceraian dengan cara mengajarkan ketaatan kepada suami dan membuat mereka bahagia di atas ranjang.
Soalnya, salah satu yang didapat anggota klub ini adalah pelajaran seks. Tujuannya untuk membantu para istri bisa “melayani suami-suami mereka lebih dari pekerja seks komersial (PSK) kelas satu,” kata Wakil Presiden OWC Dr Rohaya Mohammad. Tetapi aktivis gender dan perempuan menyorot bahwa dalam buku yang cukup blak-blakan itu, Kelompok para istri yang taat pada suami tersebut menganjurkan agar suami yang berpoligami bercinta dengan semua istrinya bersama-sama, seperti Apalagi, salah satu babnya menggambarkan dengan jelas bagaimana aktivitas seksual dilakukan.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat, kehadiran buku ini jelas mengejutkan bagi publik. Kelompok-kelompok perempuan beramai-ramai mengecamnya.
Salah satunya adalah kelompok Sisters in Islam (SIS). Direktur eksekutif SIS Ratna Osman menyebutnya sebagai “aksi murahan” untuk mencari popularitas serta perhatian media lokal dan internasional.
Ratna menilai, OWC gagal melihat tuntutan masyarakat yang menginginkan persamaan gender dan kemajuan di bidang pendidikan.
“Selain berbicara tentang penghambaan pada suami dan memberi mereka layanan seks terbaik, mereka (OWC) tidak menyumbang sesuatu yang konkret pada masyarakat yang tengah menghadapi banyak masalah,” kata Ratna kepada Malaysia Star.
Dia mempertanyakan sumber yang digunakan buku itu. Sebab, penulisnya mengutip riset yang menyebut kaum perempuan hanya memberi suami mereka 10 persen dari yang diinginkan para suami.
Disebutkan oleh Ratna, riset yang dilakukan SIS menyebut, 64,8 persen istri pertama mengaku tidak diberi tahu ketika suami mereka menikah lagi.
Hal itu menimbulkan perasaan sakit hati karena dikhianati. Sementara itu, 53 persen dari mereka mengaku mengalami kekerasan dalam rumah tangga. “Bagaimana OWC merespons hal ini dalam misi mereka untuk mengajarkan seks? Apakah buku seks OWC bisa membantu para perempuan itu mengatasi masalah mereka?” tanya Ratna.
Tetapi Direktur Eksekutif Women’s Aid Organisation (WAO) Ivy Josiah menilai buku itu merupakan “cara mencolok” OWC untuk mencari uang. Meskipun demikian, imbuhnya, dia berpendapat buku itu tidak perlu dicekal karena setiap orang bebas berpendapat.
Sementara itu, Departemen Pengembangan Islam (Jakim) mengatakan, pihaknya akan membatasi peredaran buku yang mereka nilai “memalukan” dan “tidak masuk akal” itu.
Di lain pihak, Menteri Datuk Seri Jamil Khir Baharom mengatakan akan mempelajari isi buku tersebut.
Sementara itu, Menteri Pengembangan Perempuan, Keluarga, dan Masyarakat Datuk Seri Shahrizat Abul Jalil menyatakan, kementeriannya yakin klub OWC dan pendapat mereka mengecilkan perolehan penting yang dilakukan Malaysia terhadap persamaan gender. “Jika buku ini bertentangan dengan hukum, baik sipil maupun syariah, hukum di sini yang akan berbicara,” ujar Datuk Sharizat.
Agar Tidak ‘Jajan’
Sedangkan di Indonesia sudah menyusul pendirian organisasi kontroversial di Malaysia bernama Klub Istri Taat Suami (Obedient Wives Club/OWC).
OWC Malaysia resmi diluncurkan sejak 4 Juni 2011 Adapun di Indonesia klub serupa dengan nama Ikatan Istri Taat Suami sudah diluncurkan 19 Juni 2011.
Klub ini yakin bisa “mengobati” penyakit-penyakit sosial seperti prostitusi dan perceraian dengan cara mengajarkan ketaatan kepada suami dan membuat mereka bahagia di atas ranjang. Salah satu yang didapat anggota klub ini adalah pelajaran seks. Tujuannya untuk membantu para istri bisa “melayani suami-suami mereka lebih dari pekerja seks komersial (PSK) kelas satu,” kata Wakil Presiden OWC Dr Rohaya Mohammad.
Rohaya menambahkan para istri tidak boleh sekadar terampil memasak dan menjadi ibu yang baik. Istri seharusnya “mematuhi, melayani, dan menyenangkan” suami agar tidak “mengembara” atau nakal. Dengan kata lain, lanjut Rohaya, “istri yang tidak patuh menyebabkan dunia gonjang-ganjing” karena suami tidak bahagia di rumah serta pikiran dan jiwa mereka terganggu.
Rupanya perspektif ini juga diadopsi di Indonesia. Adalah doktor aeronautika (teknologi angkasa luar), Dr Gina Puspita, Phd, yang menggagas pembentukan Ikatan Istri Taat Suami (IITS) di Indonesia. IITS semata-mata untuk mengajak umat Islam mengamalkan ajaran Islam secara lengkap, ujar dr Gina.
“Pada zaman sekarang banyak suami atau istri yang memiliki kemajuan aktivitas di luar rumah, sampai pada akhirnya mereka lupa akan perannya sebagai suami atau istri,” ujar Gina seperti dikutip Warta Kota.
Istri ataupun calon istri yang bergabung di IITS akan diberi panduan konseling bagaimana cara membangun sebuah rumah tangga dengan cara Islami. Menurut Gina, klubnya tidak hanya mengajarkan peran istri yang harus taat kepada suami, melainkan juga sikap dan tanggung jawab suami kepada istri. Banyaknya kekerasan yang diterima kaum istri pun bukan semata-mata sebagai bentuk taatnya istri dalam melayani suami.
Dalam Islam, lanjut Gina, peran istri sangat penting. Bukan hanya di dunia, tetapi Allah pun menyebutkan bahwa istri taat kepada suami adalah ibadah.
Oleh karena itu, Gina berharap masyarakat yang berpikir positif bisa lebih mencerna lagi maksud baik dari didirikannya IITS. “Bukan hanya mereka yang sudah berumah tangga, perempuan yang mendekati usia nikah pun bisa datang untuk konsultasi mengenai pernikahan di IITS.
Klub ini meyakini rahasia pernikahan bahagia adalah istri menaati suami dan memberi kepuasan seksual kepadanya.”
Gina, yang beberapa tahun lalu sempat terkenal karena mendirikan klub poligami Global Ikhwan, menyadari bahwa rencananya ini bakal menimbulkan banyak pro dan kontra. Ah, biasalah, Gin.
(dn/berbagi sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar