HABIBUL FUADI
Perjalan dua minggu tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya, menelusuri beberapa sekolah kota di Jepang. Raut wajahnya nan cerah menyambut Haluan di kediamannya Komplek Cendana Lubuk Buaya.
Dia adalah salah satu dari orang enam orang Indonesia yang beruntung mengikuti pelatihan yang diselengarakan oleh Jepan International Corporate Agency (JICA), sebuah lembaga Internasional Jepang, yang konsen dalam pembenahan pendidikan.
Habibul Fuadi dan kawannya berangkat tanggal 8-22 Oktober lalu untuk di training, mereka kuliah bersama para pakar pendidikan Jepang, diberikan penjelasan dan diajak berkeliling pada tujuh sekolah ternama yang ada di jepang, terkait bagaimana Jepang menerapkan sistem pendidikan.
Saat ini, Program yang dijalankan JICA sendiri sudah jalan tahun ketiga, kerjasama tersebut terjalin antara Jepang dan Negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut Habibul Fuadi, program Listen Study yang di terapkan pada pendidikan Jepang, merupakan kunci yang membut pendidikan mereka dapat berkembang dengan cepat. Listen study merupakan salah satu program yang dapat disebut dengan managemen hak belajar setiap murid.
Maksudnya adalah, setiap guru wajib memberikan perhatian khusus bagi setiap murid, dengan memantau setiap perkembangannya. Guru diwajibkan mengamati murid-muridnya, mencari tahu apakah murid tersebut sudah belajar sesuai dengan harapan, atau masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
“Selama saya berkunjung ke beberapa sekolah Jepang, para guru memang lebih mendorong siswa agar aktif berdiskusi dengan siswa yang lain, cara ini lebih dikenal dengan sebutan Colaboratif Learning. Para guru hanya lebih ditekankan memperhatikan perkembangan siswa,” katanya.
Di SMP Ushiko Johnam Tokyo, bahkan telah menerapkan Community Learning. Maksudnya adalah, pada waktu-waktu tertentu proses belajar mengajar antara guru dan murid dapat dilihat oleh para wali murid, dan siapa saja yang berkeinginan melihat. Bahkan, pihak sekolah mengundang secara khusus para orang tua murid pada hari itu.
Semua dikelola oleh pihak sekolah, dari mulai program pembelajaran hingga makanan yang dikomsumsi oleh para siswa ketika istirahat. “ Saya tidak menemukan di sana jajanan lepas seperti di sekolah-sekolah kita disini. yang paling mengesankan bagi saya, dan kawan-kawan selama berkunjung di sekolah-sekolah jepang tersebut adalah, terjalinnya kedekatan antara murid dan gurunya. Ungkap Habibul Fuadi.
Dalam training tersebut, dari enam orang peserta Indonesia, Ikut bersamanya Darmalis kepala sekolah SMP 1 Padang, sebagai kawan yang mewakili peserta dari wilayah Indonesia bagian barat.
Mengawali karir sebagai guru Biologi, Habibul Fuadi Kini menjabat sebagai Kabid luar sekolah pada Dinas Pendidikan kota Padang.(h/yat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar