Jakarta - Amerika Serikat (AS) bakal menambah jumlah pasukan mereka di pangkalan militernya di Australia. Rencana itu sendiri menimbulkan banyak pertanyaan.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana, mempertanyakan maksud tanggap darurat ke negara-negara ASEAN yang dijadikan alasan Amerika dalam penambahan pasukannya.
"Pertama adalah apa yang dimaksud dengan keadaan darurat? Apakah suatu keadaan yang dikarenakan bencana atau darurat karena ada konflik bersenjata di kawasan?" tutur Hikmahanto dalam keterangannya yang diterima redaksi detikcom, Minggu (20/11/2011).
Jika ingin membantu bencana, Hikmahanto mempertanyakan, mengapa justru pasukan marinir yang ditempatkan di sana. Pasukan ini, dinilai memiliki kemampuan yang spesial.
"Apakah ini mengindikasikan darurat yang dimaksud adalah darurat konflik bersenjata?" lanjut Hikmahanto.
Jika benar tujuan penempatan pasukan itu untuk tanggap darurat, apa juga bisa dilakukan oleh pemerintahan berikutnya. Saat Amerika di bawah kendali Partai Republik, mempunyai kebijakan yang sangat agresif dalam konflik bersenjata. Demikian pula Partai Konservatif di Australia yang lebih senang mengidentikkan Australia dengan Barat daripada Asia.
"Ini semua mengindikasikan apa yang dijanjikan hari ini bukan berarti akan tetap dipegang di masa mendatang," kata Hikmahanto.
"Di sini, Indonesia perlu khawatir dan waspada atas langkah kebijakan yang diambil oleh AS dan difasilitasi oleh Indonesia. Di samping Indonesia patut khawatir kawasan Asia Tenggara sebagai ladang konflik bersenjata antar negara-negara besar, Indonesia perlu khawatir ketika pemerintah harus melakukan penumpasan terhadap kelompok separatis bersenjata," bebernya.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama dan PM Australia Julia Gillard mengumumkan rencana untuk meningkatkan peran militer AS di Asia Pasifik. Langkah yang dilakukan dengan menempatkan 2.500 pasukan marinir AS di Darwin.
(mok/nvc)detikNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar