MARTAPURA - Peristiwa ini perlu menjadi cermin kalangan pendidik dan Dinas Pendidikan. Karena rangking prestasi di sekolah lebih rendah, seorang siswa SMPN 6 Martapura, PN (13) memukul kepala rekannya, MH (14) menggunakan martil. Akibatnya, MH harus menjalani perawatan di RS Ratu Zalecha.
Kejadian pada Selasa (13/12) itu terjadi saat MH berjalan kaki menuju sekolahnya. Baru beberapa menit meninggalkan rumah, dia bertemu PN yang juga berjalan kaki.
Begitu berdekatan, PN mengeluarkan martil dari tas lalu memukulkannya secara keras ke kepala MH. Kesakitan, MH menangis dan berlari pulang. Setelah mengetahui pelaku penganiaya anaknya, orangtua MH melapor ke Polsek Martapura Kota.
"Pelaku sudah kami periksa. Indikasi penyebabnya adalah saingan prestasi. Pelaku berada di rangking dua, kalah dari korban. Martil yang dibawah pelaku dari rumah, milik ayahnya," ungkap Kapolsek Martapura Kota, AKP Andhika Dhony.
Saat ditemui BPost, PN lebih banyak diam dan menundukkan kepala. "Saya menyesal," katanya.
Sedangkan MH saat ditemui di rumahnya, masih menangis kesakitan. Bekas pulukan di bagian belakang kepala, ditutup perban.
Sejak di sekolah dasar, perempuan itu dikenal sebagai siswi yang pintar karena selalu mendapat rangking di kelas. Prestasi itu berlanjut sampai SMP.
"Dia rajin belajar, makanya rangking terus. Anak saya ini juga tidak pernah ada masalah dengan temannya. Entah kenapa kok malah dipukul. Kalau bisa, pelaku dihukum," ujar sang ibu, Qotimah (38).
Sedangkan Kepala SMPN 6 Martapura, Hj Musyidah menyatakan akan melakukan upaya kekeluargaan untuk mendamaikan keduanya. Tujuannya, agar PN bisa mengikuti ujian umum yang akan dilaksanakan pekan depan. "Besok (hari ini), kami akan temui keluarga mereka. Selain itu kami akan mengusakan agar FN dan MH bisa tetap mengikuti ujian praktik dan tulis," katanya.
Bagaimana jika gagal? "Kalau itu yang terjadi, kami akan meminta kepada kepolisian agar PN bisa melakukan ujian di Polsek Martapura. Sedangkan MH bisa mengerjakan di rumah," tegas Musyidah.
Mengenai sistem rangking yang menyebabkan peristiwa itu, Kabid Sarpras Disdikbud Banjar, Maidi Armansyah mengatakan sistem itu ada positif dan negatifnya. "Bisa menjadi negatif jika siswa
menghalalkan segala cara untuk bisa berprestasi di kelas atau sekolahnya," katanya.
Mengenai kejadian di SMPN 6 Martapura, Maidi menegaskan perlunya peningkatan kualitas pendidikan karakter bagi para siswa. "Karena terlalu mengejar prestasi, tak jarang para siswa meninggalkan karakter mereka sebagai pelajar. Karena itu pendidikan karakter harus dioptimalkan," ujarnya. (banjarmasinpost.co.id / rendy nicko)
Editor: Prawira Maulana | Sumber: Banjarmasin Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar