Jakarta, Mantan Presiden Soeharto adalah pemimpin yang berkarakter tegas, menggagas, dan melaksanakan pembangunan dengan terencana serta serius mengurus masalah pangan dan pertanian. Terlepas dari kritik atas kekurangannya, terutama menjalankan pemerintahan yang otoriter, sisi baik Soeharto sepatutnya tetap bisa diteladani.
Hal itu mengemuka dalam diskusi sekaligus peluncuran buku Pak Harto: The Untold Stories terbitan Gramedia tulisan Mahpudi, Bakarudin, Dwitri Waluyo, Donna Sita Indria, dan Anita Dewi Ambarsari di Jakarta, Sabtu (19/11). Pembicaranya adalah mantan Menteri Penerangan Muhammad Alwi Dahlan, Ketua DPP Partai Hati Nurani Rakyat Yuddy Chrisnandi, dan mantan ajudan Presiden Soeharto, Mayjen (Purn) TNI Issantoso.
Menurut Yuddy Chrisnandi, Soeharto adalah pemimpin yang serius berusaha memakmurkan masyarakat. Meski tak lepas dari berbagai kritik, mantan Presiden itu telah menyumbangkan jasa besar, terutama dalam mengembangkan ideologi pembangunan, pertumbuhan, dan program pembangunan lima tahun yang terencana baik. Program itu mampu mengangkat martabat rakyat Indonesia.
Alwi Dahlan mengungkapkan, Soeharto telah melakukan sesuatu yang besar dan berkorban untuk bangsa Indonesia. Dia pemimpin yang berani, tegas, dan menerima tanggung jawab dengan segala risikonya. Hal itu dibuktikan saat dia mengunjungi Bosnia Herzegovina yang masih dalam terlibat konflik. ”Dia menekankan pentingnya bersikap ikhlas. Sekali kita menerima tanggung jawab, ikhlaslah dengan apa yang terjadi. Dia tak mau melakukan politik pencitraan,” katanya.
Bagi Issantoso, sosok Soeharto menarik karena dia tak hanya pintar, tetapi juga berani mengambil keputusan yang tepat di saat yang genting. Setelah keputusan diambil, dia juga berani menanggung risiko. Karakter semacam itu merupakan ciri-ciri pemimpin yang baik.
”Pemimpin sekarang sepatutnya juga jangan hanya pintar, tapi mau belajar dari pemimpin-pemimpin terdahulu,” katanya.
Kelebihan lain, Soeharto sangat serius memikirkan dan memperjuangkan kebutuhan rakyat kecil. Itu terlihat dari pemihakannya pada pertanian dan masalah pangan. Tak hanya menyusun konsep dan melaksanakannya, dia juga turun ke lapangan untuk mengecek proses pembangunan itu.
Buku Pak Harto: The Untold Stories berisi kumpulan pengalaman pribadi 113 narasumber yang pernah berinteraksi dengan Soeharto. Mereka antara lain Sjafrie Sjamsuddin, Emil Salim, Sofjan Wanandi, Mahathir Mohamad, juga Fadli Zon. Termasuk juga tokoh yang berseberangan dengan mantan Presiden itu seperti AM Fatwa.
Menurut salah satu penulisnya, Dwitri Waluyo, penulisan buku itu tak didasari kepentingan politik tertentu. Berisi cerita-cerita unik dari orang-orang yang mengenalnya, buku itu bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun yang tertarik mempelajari sejarah lewat kisah pemimpin yang pernah berkuasa lebih dari 30 tahun itu.
”Salah satu hal penting, Soeharto pernah mengungkapkan, memimpin Indonesia tak mudah karena begitu rumit,” katanya.
Kepemimpinan Soeharto tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara.
Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, misalnya, Soeharto sukses memimpin dan memakmurkan Indonesia. Kuncinya adalah ketegasan dan pemahamannya atas masalah di negeri ini. Indonesia bisa maju dari negara miskin menjadi negara berkembang.
Bagi mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, Soeharto adalah pemimpin yang berhasil menciptakan stabilitas dan kemajuan di Indonesia. Itu menciptakan keyakinan internasional dan menarik investasi asing.
Soeharto mengubah Indonesia yang miskin menjadi macan ekonomi baru, mendidik rakyat, dan membangun infrastruktur. (IAM)
http://nasional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar