Jika anda adalah keluarga nelayan atau urang pamasia di sekitar Pasia Alahan, atau minimal pernah menikmati enaknya dan gurihnya lauk bilih Saniangbaka, tentu anda akan dengar beberapa huruf yang terdiri dari huruf l, u, k, a, h, yang disebut-sebut oleh konsumen lauk bilih pada saat transaksi jual beli lauk bilih dilakukan,
…. seperti begini, ”lai lauk lukah ko yuang?”
Kenapa orang harus bertanya begitu, karena lauk bilih dari lukah cendrung lebih segar dari pada lauk bilih hasil penangkapan lainnya, sebab lauk bilih yang terperangkap di dalam lukah tetap hidup selama lukah masih berada didalam air.
Nah sekarang kita mulai ingat bahwa lukah adalah semacam alat penangkap atau perangkap ikan / lauk bilih yang terbuat dari Saga atau lidi-lidi kulit batang Anau atau Aren yang disusun serta diikat pada bingkai kayu bulat sesuai kebutuhannya.
Lukah yang terbuat dari Saga ini cuma kita lihat di Saniangbaka khususnya atau Minang pada umumnya. Sedangkan di daerah lain misal Jawa, orang membuatnya dari bambu.
Di Saniangbaka, lukah banyak kita temukan di Pasia Alahan atau Muaro Tangaya (Batang Air) Manangah Koto. Di sinilah lukah dipasang menghadap arah aliran air yang diatur panjang dan lebarnya.
Pada saat ayia gadang hampir seluruh badannya dibenamkan ke dalam air, sehingga hanya ujung kepalanya yang terlihat dipermukaan, tapi pada saat ayia ketek dipasang seperti gambar/foto.
Lukah biasanya dipasang dari senja sampai subuh, namun kadang-kadang dipasang juga pada waktu siang. Keunikan dari alat penangkap ikan yang satu ini yakni, begitu ikan masuk ke dalam lukah dia akan tetap berenang dan berkumpul tenang di dalamnya tanpa bisa keluar lagi.
Kalau ada di antara kita disebut-sebut orang bahwa kita telah masuk lukah, itu adalah sindiran atau ibarat, bahwa kita sama dengan lauk bilih yang masuk perangkap yang tak bisa menyelamatkan dirinya.
Anak Geragai
Kemudian keunikan lain yang tidak bisa lepas dari proses, mekanisme atau sistem pengoperasian lukah adalah Anak Garagai,…. Anak Garagai adalah anak laki-laki yang terlibat dalam proses pemasangan, pembersihan dan penjualan hasil (Lauk Bilih), dan hebatnya Garagai mendapatkan hasil penjualan 20% dan pemilik alahan serta lukah memperoleh hasil penjualan hasil 80%.
Anak garagai inilah yang sering kita dengar teriakan di seputar nagari Saniangbaka dengan teriakan khas,…. Lauuuuuuuk Oooooo.
Demikian,… salam (adl).http://majalahsaran.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar