Ketika menyebut buah durian, akan teringat oleh kita durian Gunung Rajo Batipuah yang terkenal dengan cita rasa dan kegurihanya.
Isinya tebal, kekuning kuningan. Durian enak disandingkan dengan ketan atau lamang bakujuik. Nama Durian Gunung Rajo sering pula dicatut pedagang untuk melariskan jualan durian asal daerah lain. Terkadang sebutannya sedikit dipesetetkan: Durian Gunung Ajo.
Batang durian di nagari Gunung Rajo dan sekitarnya cukup banyak. Hampir semua penduduk di sana memiliki batang durian. Durian berbuah secara musiman. Sejak beberapa waktu belakangan, pohon durian mulai berkurang akibat banyak ditebang untuk bahan bangunan. Sementara peremajaannya belum maksimal
Gunung Rajo Batipuh kini sedang banjir durian. Namanya musim gadang. Artinya sedang panen besar. Rata-rata setiap batang/pohon di musim gadang ini berbuah.
Ribuan durian matang dari Gunung Rajo sekitarnya kebanyakan di pasarkan ke Kota Padang Panjang. Setiap hari mobil beserta ojek membawa durian ke Pasar Padang Panjang. Pedagang menjualnya di emper-emper toko dan jalan-jalan di pusat pasar Padang Panjang. Di samping itu ada juga pedagang dari kota kota di Sumbar, Riau, dan Jambi serta Palembang datang langsung membeli durian ke Gunung Rajo.
Hampir setiap rumah kini memiliki durian dan memajangkannya di halaman-halaman rumah dan di pondok pondok durian di pinggir jalan di Gunung Rajo dan sekitarnya
Harga durian sangat bervariasi dan tergantung asal asul durian itu sendiri. Ada namanya durian jantuang, buahnya sedikit lonjong seperti jantung pisang, durian kambuik dan durian dasun. Ada juga namanya durian cik kudo. Durian ini isinya tipis dan banyak biji di dalamnya. Kalau yang enak biasanya durian tekong tupai. Durian ini sebahagian sudah dimakan tupai, sisa tekong tupai itu rasa lebih enak. Sebab tupai pintar memilih yang enak sebelum di tekongnya. Satu keistimewaan durian Gunung Rajo matangnya sempurna bukan matang dengan karbit
Bila dicoba menghitung-hitung, jika sehari panen 5.000 buah durian saja dikalikan harga rata rata Rp10 ribu, maka hasilnya Rp50 juta sehari. Dan jika panen sebulan 30 hari X Rp50 juta, maka panen durian semusim akan menghasilkan lebih Rp1,5 miliar.
Di Gunung Rajo sendiri kualitas dan rasa durian itu tidak sama. Walaupun sama sama durian Gunung Rajo tapi rasa, ketebalan isinya berbeda beda. Rahasia itu yang banyak tahu hanya masyarakat disana dan pedagang yang sudah biasa
Justru itu, datang langsung membeli ke rumpun durian belum tentu harganya akan lebih murah. Bahkan mungkin lebih murah jika dibeli di pasar Padang Panjang. Sebab harga tergantung jenis durian yang hendak dibeli
Musim gadang durian di Gunung Rajo juga membawa berkah bagi masyarakat. Hasil penjualan durian dapat dimafaatkan untuk membiayai kehidupan sehari hari, anak sekolah dan ada juga yang membeli sepeda motor baru. “Alhamdulillah, hasil penjualan durian lumayan untuk menghidupi keluarga dan biaya anak sekolah, dengan hasil jualan durian, saya sudah bisa memasukkan listrik kerumah kami,” kata Mak Yaih.
Tak hanya itu, di musim gadang ini juga muncul toke-toke durian. Mereka mencari durian ke rumpunnya, mengumpulkan dan menjualnya lagi kepada toke toke lain. Penjualannya dengan sistem buah dan ada pula melalui sistem balacuik. Artinya borongan gadang ketek elok buruak, mudo masak masuak.
Durian rasanya sangat manis. Bagi penderita diabetes sebaiknya mempertimbangkan untuk memakannya. Tidak usah terlalu banyak. Makan durian juga dapat menimbulkan sindao durian yang baunya kurang sedap. Apalagi di ruang tertutup atau AC, baunya semakin kental. Bisa bisa menyebabkan rasa muntah. Makanya maskapai penerbangan melarang penumpang membawa durian.
Durian juga dapat dijadikan asam durian gunanya untuk mencampur cabai untuk digoreng. Namanya sambalado durian. Cobalah rasanya akan membuka selera makan.(Laporan Iwan Dn Dt Simarajo)http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar