Sang ibu meninggal dunia, lima orang anak dirawat. Setelah menyantap ikan anak gambolo aceh saat berbuka puasa, satu keluarga ini diduga keracunan ikan.
Peristiwa tragis saat Ramadan itu terjadi pada keluarga Zulwarni (42), yang tinggal di Wisma Indah IV Siteba Padang, Selasa (7/9) malam. Namun, menurut Megawati (22), anak tertuanya, mereka sekeluarga manyantap ikan anak gambolo aceh dan lele yang dijadikan menu buka puasa sehari sebelumnya.
“Saya sendiri baru mencoba ikan itu pada pukul 22.00 WIB. Sebab saya tidak berbuka di rumah,” tuturnya di RSUP M. Djamil Padang, Rabu (8/9). Mega lalu buru-buru meralat ucapannya. Ia mengaku tidak sempat memakan ikan, hanya menempelkan cabai ke lidahnya.
Rasanya, sebut karyawan PT Asean International itu, agak berbeda dari cabai yang biasa dimakan. Setelah mencicipi sedikit cabai, ia langsung tidur. Saat sahur, kedua makanan itu tidak lagi disentuh.
Sore besoknya, sekitar pukul 16.00 WIB, perutnya mulas. Kemudian muntah dan terjadi berulang-ulang. Hal yang sama dialami adik-adiknya Fitrah (20), Randi (17), Afis (12), dan Putra (5).
“Yang lebih dulu diserang ibu,” tuturnya.
Ia tidak ingat persis ibunya terserang karena sedang bekerja. Dari cerita adiknya, tubuh ibunya kaku dan mata tidak bisa digerakkan. Bibir, tangan, dan wajah membiru.
“Nyawa ibu tidak bisa diselamatkan,” tuturnya sendu. Semua korban adalah keluarganya.
Suami Zulwarni, Harmensis (50) mengatakan, istrinya tersebut mulai merasakan sakit Selasa pagi. Tapi, sambungnya, selesai makan dan berbuka pada Senin itu, dia masih sempat membeli lauk pauk ke warung. Tapi kondisinya sudah lemah dan sering muntah.
Besoknya, Selasa pagi, Zulwarni mengeluh sakit pada bagian perut dan mau muntah kepada Megawati dan suaminya. Zulwarni langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat dan mendapat perawatan. Dari Puskesmas, Zulwarni dirujuk ke RS Yarsi Gunung Pangilun Padang karena diduga terkena shock hipopotemic (keracunan makanan—red).
Dua Ikan di Meja Makan
Menurut Mega, pada Minggu (5/8), ibunya seperti biasa berbelanja ke Pasar Siteba Padang membeli bekal makanan untuk pabukoan (makanan untuk berbuka—red). Salah satu yang dibelinya adalah ikan anak gambolo aceh.
Ikan itu tidak langsung dimasak, tapi ditaruh di dalam kulkas. Mega melihat fisik ikan itu: pucat, warnanya keputih-putihan. Besoknya, ikan itu baru dimasak. Saat babukoSenin, masih ada satu ikan lagi di atas meja yaitu lele.
“Ada tahu, ada sayur juga,” katanya. Selain sayur, semuanya dimasak dalam bentuk gorengan. Setelah mencicipi cabai, Mega tak mau lagi menyentuh ikan tersebut, termasuk keluarganya yang lain karena rasanya.
Pejabat Pemberi Informasi RSUP M. Djamil Padang Gustafianof belum bisa memprediksi para korban disebabkan karena ikan. Diagnosa sementara yang dilakukan menghasilkan kesimpulan, shock hypopolemik, pasien keracunan makanan.
“Apakah penyebabnya ikan atau tidak, perlu diteliti dulu,” tuturnya.
Namun, menurut Mega, perbedaan di tubuhnya dirasakan setelah memakan ikan anak gambolo aceh.
“Sedikit yang saya cicipi itu dari piring ikan itu,” tuturnya.
Adiknya Afis (12), yang masuk ke RSUP M Djamil Padang pada Rabu sekitar pukul 04.00 WIB, juga menyebutkan hal yang sama.
“Saya memakan ikan berukuran kecil,” tuturnya. Saat dirawat, sekitar pukul 12.00 WIB, ia telah muntah empat kali.
Sementara itu, Bujang, Ketua Perkumpulan Nelayan Purus mengatakan, ikan anak gambolo aceh merupakan ikan yang berasal dari laut.
“Fisiknya kecil, dagingnya tidak banyak tapi gurih,” tuturnya. Menurutnya, ikan itu tidak mengandung racun alami.
Jenis ikan tersebut juga bisa berasal dari luar, terutama Sibolga. Disebutkan Bujang, ikan tersebut, jika lama tersimpan, minimal 2-3 hari, fisiknya berubah. Perubahan paling mencolok terdapat pada mata, yaitu memerah.
“Ini tandanya ikan itu tidak lagi segar, tapi tetap tidak mengandung racun,” tuturnya.
Prediksinya, racun bisa berasal dari formalin, yang berguna untuk mengawetkan ikan.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar