“INYIAK BALANG”
Ditulis oleh Teguh
Penyelamatan harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah tanggung jawab TNKS. Sementara di luar TNKS tanggung jawab BKSDA. Meski sudah ada kewenangan seperti itu, harimau sumatera kini di kawasan TNKS tetap mengalami penyusutan akibat perburuan dan penebangan liar.
Kepala Seksi Balai TNKS Pesisir Selatan Kamaruzzaman, Rabu (8/8) menyebutkan, penyebab menyusutnya populasi harimau sumatera adalah akibat aktivitas perburuan dan terjerat di ladang warga. Selanjutnya juga disebabkan pembabatan hutan dan illegal logging.
Diduga hanya ada sekitar seratusan ekor harimau sumatera bertahan hidup di seluruh wilayah TNKS, kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Bila dikerucutkan lagi, di TNKS Seksi Pessel populasi lebih sedikit, mungkin hanya tinggal puluhan ekor saja.
Kamaruzaman menyebutkan, pembabatan hutan dan illegal logging tersebut telah menyebabkan terdesaknya habitat alami harimau sumatera. Mereka tidak punya ruang yang cukup untuk bisa bertahan hidup sebagai mana biasanya. Pembabatan hutan mengakibatkan serangkaian tindakan ancaman lainnya bagi harimau sumatera. Artinya tidak sekedar membabat, namun adapula kegiatan tambahan. Misalnya setelah membabat mereka melakukan perburuan, para pelaku illegal logging dan perambah hutan biasanya akan melakukan tindakan perburuan terhadap harimau sumatera dan satwa lain. Pembabatan dan perburuan biasanya serangkai.
“Selain itu, dengan terjadinya pembabatan hutan dengan sendirinya habitat dan lingkungan harimau sumatera kian terdesak, demikian pula dengan sumber makanan harimau sumatera juga akan habis. Ini adalah konsekwensi lainnya dari tindakan tidak bertanggung jawab tersebut. Jika wilayah teritorial harimau sumatera telah dibabat atau dirambah, harimau sumatera tersebut mencoba mencari wilayah kekuasaan lain untuk bisa mencari makanan, namun pada akhirnya ia tidak bisa bertahan hidup di wilayah baru,” kata Kamuruzzaman lagi.
Dikatakannya, pembukaan jalan baru yang melintasi wilayah harimau sumatera juga menjadi ancaman bagi hewan yang telah diambang kepunahan tersebut. Kondisi tersebut juga mempersempit wilayah harimau. Pembabatan hutan, illegal logging dan pembukaan jalan selain telah mempersempit ruang gerak harimau, juga telah mempermudah akses bagi pemburu untuk membunuh atau menjerat hewan tersebut, sehingga tidak jarang kita menemukan sejumlah harimau mati akibat dijerat.
Selanjutnya menurut Kamaruzaman, konflik manusia dengan satwa satwa di TNKS secara perlahan akan memperburuk kondisi satwa yang menduduki puncak piramida rantai makanan di wilayah TNKS. Manusia memiliki kepentingan dan motivasi untuk melakukan aktifitas di hutan. Mulai dari sekedar mencari kayu bakar hingga meburu hewan lain yang seharusnya menjadi sumber makanan bagi harimau sumatera.
Meski tidak bisa menaksir kecepatan pembabatan hutan di TNKS yang terlaksana secara massif tersebut, Kamaruzaman berharap perlu menyatukan persepsi bagi penyelamatan TNKS dan seluruh isinya tersebut. Pemerintah kabupaten hingga nagari, kemudian masyarakat memiliki cara pandang yang sama untuk melestarikan hewan langka tersebut.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar