Netanyahu-Obama
REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Sekutu bukan berarti tak bisa marah. Amerika Serikat, Selasa (27/9), menyampaikan kekecewaannya atas rencana permukiman baru Israel di Yerusalem Timur. Israel menyetujui rencana untuk membangun 1.100 rumah baru di satu permukiman Yahudi, sehingga mengundang reaksi geram dari Palestina.
Kemarahan AS terlihat dari sikap Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih yang mengeluarkan kecaman keras setelah Kementerian Dalam Negeri Israel menyatakan rumah baru itu telah disetujui oleh komite perencanaan wilayahnya. "Departemen dan pemerintah Amerika Serikat mengutuk dan sangat kecewa dengan pengumuman itu," kata juru bicara Presiden Barack Obama, Jay Carney, kepada wartawan di pesawat Air Force One, dalam penerbangan ke California dan Colorado.
Kuartet --Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa dan Rusia-- Jumat (23/9), mengusulkan dilanjutkannya pembicaraan tersebut, beberapa jam setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas secara resmi mengajukan permohonan sebagai negara anggota penuh.
Upaya menjadi aggota PBB ditentang keras oleh Israel dan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat --yang berkilah "satu-satunya cara bagi perdamaian sejati dan abadi ialah negara Palestina didirikan melalui pembicaraan langsung antara kedua pihak".
Upaya menjadi aggota PBB ditentang keras oleh Israel dan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat --yang berkilah "satu-satunya cara bagi perdamaian sejati dan abadi ialah negara Palestina didirikan melalui pembicaraan langsung antara kedua pihak".
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland menggambarkan tindakan permukiman Israel sebagai "kontraproduktif". Ia mengatakan, "Kami telah lama mendesak kedua pihak agar menghindari tindakan yang dapat merusak kepercayaan."
Perundingan antara Israel dan Palestina macet setahun lalu, setelah Israel menolak untuk memperpanjang moratorium mengenai pembangunan permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan.
Israel menganggap kedua wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya "yang abadi dan tak bisa dibagi" dan tak menganggap pembangunan di Yerusalem Timur sebagai kegiatan permukiman.
Israel menganggap kedua wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya "yang abadi dan tak bisa dibagi" dan tak menganggap pembangunan di Yerusalem Timur sebagai kegiatan permukiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar