Yose
Anak-anak korban kebakaran di Padang mulai minta sedekah menggunakan kardus bekas air mineral. Hasilnya mereka gunakan untuk belanja dan makan. Anak-anak itu, sebagaimana diberitakan Singgalang, kemarin bagian dari 14 KK atau 56 jiwa korban kebakaran di Jalan Belakang Tangsi, depan Pegadaian pada Kamis (29/9) sekitar pukul 13.40 WIB. Pantauan Singgalang pascakebakaran yang menghanguskan tujuh petak rumah warga Jalan Belakang Tangsi, Padang, sejumlah penghuni rumah kini mulai kesulitan. Selain seluruh harta benda habis terbakar, biaya hidup tetap berjalan. Bahkan anak-anak mereka berinisiatif meminta sede-kah. Seperti yang terlihat Jumat, sore. Anak-anak yang masih mengenakan baju olah raga sekolah dasar membawa dua kardus bekas air mineral untuk meminta sedekah. Kebetulan jalan itu sedang ramai dilewati pengendara. Karena menjadi jalan alternatif untuk menuju Jalan Diponegoro dari Jalan Bundo Kanduang. Sebab sedang ada memperingati dua tahun gempa 30 September 2009 di dekat situ. “Iyo bang iko untuk balanjo beko mah (ini untuk belanja nanti),” sebut salah anak yang ditanyakan Singgalang sambil terus menengadahkan kardus pada sopir yang melewati jalan itu. Kian senja, pengendara makin ramai. Tampaknya anak-anak itu juga tidak terbiasa dengan minta-minta. Karena sebagian terlihat ragu-ragu. Setelah mendapatkan uang recehan, mereka mengumpulknya pada keluarga di tempat penampungan. “Dikumpuakn lu (dikumpul dulu),” sebutnya lagi. Pengendara yang prihatin, memberikan bantuan. Pada umumnya yang lewat mobil pribadi. Uang yang didapat pecahan Rp100 sampai uang ribuan. Tentu saja, uang itu tidak akan cukup mengganti harta mereka yang sudah hangus terbakar.
Tak bersisa Kondisi korban kebaran memiriskan. Seiring dengan menipisnya persediaan makanan. Mereka sebagian hidup dari bantuan yang datang dari warga dan sanak saudara. Kebetulan siang itu ada bantuan dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Padang. Bantuan tersebut tidak menjamin mereka hidup sam pai bangkit kembali. Seperti yang dialami, Marniati, 47. Ibu lima anak ini mengaku tidak memiliki apa-apa lagi akibat kebakaran. Semua harta benda hangus, hanya baju di badan yang tersisa. “Abih sadoe diak, bajo di badan ko se nan tingga lai nyo (habis semuanya hanya baju satu dibadan yang tinggal),” tutur Marniati. Ketika mendapatkan kabar rumah terbakar dia langsung bingung. Tak ada yang bisa diselamatkan. Hanya dalam hitungan menit rumahnya yang semi permanen sudah hitam dibungkus asap. Kini anak-anaknya yang sedang sekolah di SMK 5 dan 2 orang di SD terpaksa libur. Karena pakaian dan perlengkapan sekolahnya hangus terbakar. “Kini anak-anak tapaso ndak bisa sakola. Karano bajunyo habis tabaka,”ulasnya.
Barang bekas Meski kebakaran hebat telah menghanguskan rumah warga. Namun semangatnya tidak hilang. Sejumlah warga mulai bangkit dengan menjual barang-barang bekas terbakar pada pengumpul barang bekas. Mulai dari seng sampai aluminium. Ditaksir kerugian Rp200 juta lebih. Sebanyak tujuh unit armada kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Padang serta satu unit armada dari PT Semen Padang dikerahkan untuk menjinakkan api. Diduga api berasal dari kelalaian karena di sana ada warung kopi. Kemungkinan api berasal dari ledakan kompor minyak tanah. Cepatnya api melalap rumah warga itu, karena saat itu angin kencang. Dalam peristiwa itu juga ada dua warga menderita luka bakar dan seorang pingsan melihat warungnya dilalap api. (*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar