Pada kegiatan Bedah Editorial Singgalang di TVRI Sumbar Senin lalu, telah dikatakan, bahwa Sumatra Barat bisa saja menjadi tempat pelarian para teroris dan penjahat. Alasan yang dikemukakan waktu itu adalah dengan tertangkapnya tiga tersangka pelaku pemerkosaan pada salah satu angkutan kota dari Jakarta di Bukittinggi. Sekarang, publik di Sumatra Barat dihebohkan dengan tertangkapnya salah seorang tersangka teroris di Jorong Kasiak, Nagari Koto Sani, Kabupaten Solok. Nagari yang aman itu benar-benar buncah dibuatnya. Tidak saja karena tertangkapnya seorang tersangka teroris, tetapi juga karena alasan lebih. Tersangka yang bernama Beni Asri itu ternyata putra daerah setempat. Laki-laki itu semenjak kecil terkenal sebagai anak yang pintar mengaji. Bahkan beberapa kali menjadi juara mengaji. Pertanyaannya, kenapa Beni tertangkap di Koto Sani, Kabupaten Solok atau di Sumbar? Jawabnya karena itu kampung dia. Beni pasti sudah mengetahui bahwa kampungnya yang tersuruk jauh dekat Danau Singkarak, adalah daerah yang aman. Ia yakin pihak berwajib tidak akan mengendus keberadaannya. Buktinya ia bisa melangkah tanpa beban di sana sekitar tiga bulan. Terlepas dari penangkapan Beni di Kabupaten Solok, siapapun pasti berpendapat bahwa Sumatra Barat adalah provinsi yang aman. Dari waktu ke waktu tidak ada gejolak, baik akibat politik maupun akibat ekonomi. Bayangkan saja belasan kabupaten/kota dan provinsi dua tahun lalu menggelar Pemilukada serentak, namun tidak ada gejolak. Sedangkan di daerah lain untuk memilih satu bupati/walikota saja sudah bergejolak. Begitu juga di bidang ekonomi. Walau banyak juga masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, namun tidak ada gejolak. Beda dengan daerah lain, yang hanya gara-gara sedekah Rp25 ribu bisa menimbulkan masalah baru. Inilah bukti bahwa Sumbar memang sangat aman. Masyarakat bisa berusaha dan bekerja kapan saja tanpa harus dihantui rasa takut atau was-was. Nah, kondisi aman itulah yang dimanfaatkan teroris dan penjahat yang datang dari daerah lain. Perlu diketahui, kondisi aman akan cenderung membuat masyarakat lengah. Kelengahan itulah yang dimanfaatkan oleh teroris dan penjahat. Siapa sangka di kampung kecil bernama Kasiak itu akan menjadi tempat persembunyian tersangka teroris? Sepanjang hari masyarakat setempat hanya disibukkan oleh aktivitas masing-masing dan tidak akan ada kecurigaan sama sekali terhadap siapa saja. Apalagi terhadap putra daerah sendiri. Oleh karena itu, sekali lagi diingatkan kepada kita semua, janganlah pernah lengah akan segala kemungkinan. Walau situasi aman, kewaspadaan perlu ditingkatkan. Setidaknya masing-masing orang dan keluarga perlu waspada dan berhati-hati. Jangan mudah percaya terhadap tamu yang datang. Sedangkan secara kolektif, agaknya perlu diaktifkan kembali ronda malam. Mudah-mudahan dengan cara begitu, Sumbar tidak gampang dijadikan daerah pelarian oleh para penjahat, termasuk teroris. Kita tak ingin ketenangan yang telah tercipta selama ini digaduh oleh aksi penangkapan penjahat dan teroris oleh aparat berwajib. Lebih dari itu tentu kita tidak ingin Sumbar mendapat julukan baru sebagai daerah transmigrasi penjahat dan teroris. (*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar