BATAM, Empat puluh tahun Badan Pengusahaan Kawasan (BP) Batam atau dulu bernama Otorita Batam berbakti membangun Batam.
Kini Batam telah tumbuh pesat menjadi kota industri dan kota metropolitan. Ratusan perusahaan berbagai bidang, baik dari dalam maupun luar negeri berinvestasi di daerah ini. Setekad dengan itu, Batam juga telah tampil menjadi magnet bagi para pencari kerja. Di Batam ada 26 kawasan industri yang menampung ratusan ribu tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketika Pulau Batam pertama kali dibuka tahun 1971 silam, penduduknya hanya sekitar 6.000 ribu jiwa saja. Sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kota Batam telah mencapai 949.775 jiwa. Pertumbuhan industri dan peningkatan jumlah penduduk yang begitu cepat harus diseiringkan dengan pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas lainnya, sehingga keduanya bisa saling menopang dan bersinergi.
Salah satu hal yang perlu dipersiapkan untuk mengantisipasi pertumbuhan industri dan pertumbuhan penduduk adalah kelancaran transportasi, baik darat, laut dan udara. Bicara transportasi darat, tak lepas dari alat transportasi itu sendiri, jalan dan jembatan. BP Batam, sejak Pulau Batam dibuka, telah membangun jalan dan jembatan secara terencana dan dikerjakan dengan baik.
Karena jalan dan jembatan di Batam dibangun secara terencana dan terprogram dengan baik, sehingga panjang jalan dan jumlah kendaraan tetap seimbang. BP Batam yang kini telah berusia 40 tahun, tak ingin kelak Batam menjadi macet seperti Jakarta. Di Jakarta, penambahan panjang jalan tak seimbang dengan pertambahan jumlah kendaraan. Bahkan penyediaan tranportasi massal pun belum mampu untuk mengatasi kemacetan di ibukota.
Sehubungan dengan itu BP Batam pun dari jauh-jauh hari telah merencanakan dan meneliti kebutuhan transportasi Batam untuk beberapa tahun ke depan. Ada dua rencana utama BP Batam; yakni membangun kereta api, tepatnya monorail dan jalan tol. Dari hasil studi yang dilakukan BP dan telah dikoordinasikan dengan Kementrian Perhubungan, yang lebih cocok untuk diprioritaskan bagi Batam adalah pembangunan monorail. Tahun 2013 rencananya pembangunan monorail mulai dilaksanakan.
Jalur monorail yang akan dibangun ada dua, yakni jalur Tanjunguncang-Batam Centre sepanjang 17,7 kilometer dan Bandara Hang Nadim-Batuampar sepanjang 19,6 kilometer.
Sebelumnya, BP Batam mengusulkan pembangunan KA monorail tiga jalur ke Kementrian Perhubungan yakni jalur Batuampar-Batuaji sepanjang 27,55 kilometer, Sekupang-Batam Centre 16,48 kilometer dan Nongsa-Batam Centre sepanjang 16,36 kilometer.
Namun, setelah masuk tahap studi kelayakan oleh Dirjen KA pada 2010, disetujui pembangunan sarana KA monorail dari Tanjunguncang-Batam Centre dan Bandara Hang Nadim-Batuampar. “Pembangunan sarana KA monorail ini lebih simpel, karena jalannya berada di atas. Jalur untuk KA monorail tetap menggunakan row jalan yang ada sekarang yang lebarnya mencapai 200 meter,” kata Direktur Pembangunan BP Batam, Ir Budiman Maskan MM.
Biaya pembangunan jalan beton KA monorail Rp65 miliar per kilometernya. Sementara harga gerbong KA monorel per unit Rp30 miliar. Empat gerbong KA monorel bisa membawa 406 penumpang.
Dibutuhkan biaya sebesar Rp1,15 triliun untuk membangun jalur Tanjunguncang-Batam Centre dan Rp1,24 triliun untuk jalur Bandara Hang Nadim-Batuampar. Kecepatan KA monorail ini mencapai 80 kilometer per jam.
Harga tiket KA monorail ini juga telah dihitung Rp6.000 per penumpang. Dibandingkan dengan biaya transportasi saat ini, jelas harga tiket KA monorail itu lebih murah. Apalagi KA monorail bebas macet dan jadwal keberangkatannya terjadwal dengan baik.
Terkait dengan kebutuhan transportasi ratusan ribu tenaga kerja serta masyarakat Batam lainnya, jelas KA monorail sebagai solusi tepat
Anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan ini bisa berasal dari APBN ditambah anggaran BP Batam dan investor. Proyek ini ditargetkan akan selesai pada 2016 mendatang. Untuk jumlah gerbong yang dioperasikan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Pembangunan sarana KA sistem monorel ini untuk mengantisipasi lonjakan penduduk di Batam yang tumbuh 9 persen lebih per tahun dan juga untuk mendukung investasi di Batam.
Selain membangun KA monorail, BP Batam yang pada 26 Oktober 2011 berulang tahun (hari bhakti) ke 40, juga telah merencanakan pembangunan jalan tol untuk jalur Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim sepanjang 24 kilometer. Proyek jalan tol ini akan menelan biaya Rp1,6 triliun.
Sama dengan pembangunan KA monorail, pembangunan jalan tol ini juga bertujuan untuk mengatasi kemacetan di Kota Batam. Selain itu juga untuk memperlancar tranportasi angkutan kontiner dari perusahaan ke pelabuhan, begitu juga sebaliknya.
“Jalan tol dibangun untuk antisipasi kepadatan jalan di Batam. Sebab, jika jalanan macet, tentunya arus barang dari pelabuhan ke kawasan industri tersendat dan sangat mengganggu,” kata Direktur Perencanaan Teknik BP Batam, Ir Istono beberapa waktu lalu. Rencana pembangunan jalan tol ini sudah ada studi kelayakannya dan investor banyak yang berminat untuk membangun.
Koordinasi dengan kementrian terkait juga telah dilakukan, bila telah ada arahan maka proyek ini siap untuk dilelang. Namun demikian berkemungkinan, proyek KA monorail yang akan menjadi prioritas.
Sebab, kalau KA monorail telah beroperasi dengan stabil, otomatis akan lebih memperlancar lalulintas kendaraan industri di jalan raya. Proyek jalan tol pun tentu akan menjadi prioritas berikutnya.
Selain sarana KA sistem monorel dan jalan tol, BP Batam juga telah menyiapkan rencana pembangun jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan atau Babin sepanjang 7 kilometer. Jembatan Babin membutuhkan biaya sebesar Rp3,6 triliun.
Jembatan Babin dibangun untuk mendorong pertumbunhan investasi di kawasan FTZ Batam dan Bintan. (hk/erz)
(haluan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar