DURI, Bayi-bayi malang di Duri, Kecamatan Mandau, Riau bagai tak pernah putus. Belum begitu lama, bayi tak mempunyai tempurung kepala meninggal, kini muncul kembali berita mengejutkan, bayi yang kepalanya disarangi ulat. Bayi malang berasal dari keluarga tak mampu ini terpaksa menahan sakit, lantaran ulat terus mengerogoti ubun-ubunnya.
Di gendongan ibunya, Ngaini (40), bayi malang itu selalu meringis. Betapa pun pilunya hati sang ayah, Suriadi (45), ia tak tak berkutik melihat penderitaan sang anak. Kedua orang tua malang ini melarikan bayinya ke RSUD Duri, Selasa (22/11).
Mereka sangat berharap, tim medis di rumah sakit ini bisa menolong buah hati mereka. Namun apa lacur, dokter jaga di RSUD Duri angkat tangan. Menurut dokter,kepala bayi sudah mengalami pembusukan. Karena itu, bayi laki-laki berusia 1,5 tahun itu harus dirujuk ke RSUD Pekanbaru.
“Ini yang membuat kami susah. Untuk berobat ke sini saja (RSUD-red) kami hanya dapat pinjaman sedikit uang dari majikan. Tapi kalau sampai dirujuk ke Pekanbaru, pastilah biayanya besar. Kami tak punya uang buat ongkos berobat. Penghasilan kami tak seberapa, buat makan saja tak cukup. Kami hanya berharap pertolongan Tuhan.
Semoga Tuhan mengirimkan seseorang yang dermawan membantu anak kami yang semakin lama kian menderita. Kasihan dia, kepalanya sudah bolong dan menjadi sarang ulat,’’ tutur Suriadi, menahan tangis.
Sehari-hari, Suriadi menjadi tukang jaga kebun di daerah Simpang Lima Desa Petani. Suriadi gamang membawa anaknya berobat ke Pekanbaru. Dia mengaku, jangankan buat biaya pengobatan, untuk ongkos ke Pekanbaru pun dia tak punya. “Darimana uang berobat ke Pekanbaru harus kami carikan. Buat makan saja, kami masih dibantu sama majikan,” ungkapnya, seraya menambahkan keluarganya tak terdaftar sebagai peserta Jamkesda, lantaran baru pindah dari Dalu-Dalu.
Suriadi mengisahkan, derita bayi itu berawal dari luka biasa, tepat di ubun-ubun kepala. Karena tak punya biaya untuk pengobatan, penyakit anak semakin hari kian parah saja. Kepala yang gatal itu makin membusuk hingga digerogoti ulat dan berlubang. “Dia sakit sejak berusia sekitar 3 bulan. Pertama hanya gatal gatal di kepala. Lalu, dibersihkan dan di beri obat seadanya. Tapi ternyata makin memburuk. Malah dia sampai kejang jika merasa sakit,” keluhnya lagi.
Tak tahan melihat luka di kepala anaknya makin parah dan sering kejang kejang, Suriadi membawa puteranya berobat kampung, ketika masih bermukim di Dalu-Dalu. “Menurut orang pandai itu, anak kami kena penyakit Palasik, yakni, orang yang suka menyedot darah bayi secara gaib. Itu terjadi semenjak anak masih berada dalam kandungan ibunya,’’ tutur Suriadi.
Dan “orang pandai” yang diyakini Suriadi itu pun memberikan beberapa ramuan. Namun, jangankan membaik, luka itu malah kian parah. Hingga kemudian mereka sekeluarga meninggalkan Dalu-Dalu.
Mendapat rujukan ke RSUD Pekanbaru, Suriadi dan isterinya hanya berdiam diri. Mata sepasang suami isteri menerawang jauh. Hati mereka berkecamuk sedih. Luka kian menganga. Buat ke Pekanbaru, mereka harus menyewa ambulance RSUD untuk membawa anaknya. Suriadi hanya bisa pasrah. Dan, dengan langkah lunglai, ia kembali membawa bayinya pulang ke tengah perkebunan sawit di Simpang Lima Desa Petani. “Kami tak tahu lagi harus berbuat apa. Baiknya pulang saja dulu, sembari berusaha bagaimana caranya membawa dia berobat ke Pekanbaru,” ujar Suriadi yang merahasiakan nama putranya.
Saat wartawan coba mendatangi ke kediamannya di Simpang Lima Desa Petani, Rabu (23/11) siang, ternyata keluarga ini tak berada di tempat. Menurut para tetangga, majikan Suriadi prihatin dengan derita bayi malang itu, hingga kemudian menyuruh keluarga itu membawa putranya ke Pekanbaru. “Mereka sudah ke Pekanbaru. Majikannya yang menyuruh berobat ke RSUD Pekanbaru,” jelas salah seorang tetangganya. (hr/sus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar