PENANGANAN BELUM MAKSIMAL
Diduga karena belum maksimalnya penanganan pascabencana oleh instansi terkait, membuat warga korban banjir di Pessel tidak puas. Mereka mengamuk dan menyerang dapur umum.
PADANG, Masyarakat korban bencana banjir bandang di Pesisir Selatan mengamuk Sabtu (5/11). Mereka menyeberang dan merusak tenda serta dapur umum milik organisasi dan lembaga yang mendirikan posko di sekitar lokasi bencana, Pasir Putih, Kambang.
Mereka merasa diabaikan. Organisasi kemanusian dan pemerintah daerah dinilai tidak bekerja menyalurkan bantuan, dan membiarkan bantuan menumpuk di bagian seberang arah ke Padang. Sedangkan mereka yang berada di seberang arah ke selatan, sangat membutuhkannya.
Sementara, bantuan yang menumpuk itu, diterangai penyalurannya tidak dikoordinasikan dengan Posko Bencana Pemkab Pessel, sehingga tidak ada yang mengurusnya. Pemberi bantuan ingin menyerahkan langsung bantuan tersebut kepada korban bencana.
Kepala Markas PMI Sumbar, Hidayatul Irwan yang dihubungi Haluan, Minggu (6/11), membenarkan peristiwa itu. Seluruh organisasi dan lembaga termasuk pemerintah daerah yang mendirikan posko di lokasi bencana, mendapat kecaman dari masyarakat setempat. Tenda posko dan dapur umum diobrak abrik.
“Masyarakat yang berada di seberang sana mengamuk kemarin, mereka merasa diabaikan karena bantuan tidak juga didistribusikan. Mereka melihat banyak bantuan menumpuk diseberang. Tetapi kita bisa memaklumi tindakan masyarakat tersebut,” kata Hidayatul.
Karena tidak ada yang harus dikhawatirkan, maka PMI Sumbar menerjunkan kembali Tim Medis yang terdiri dari 2 dokter, 4 perawat, 15 relawan serta 2 unit ambulan ini ke lokasi bencana. Mereka siap membantu masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Ade Edwar yang dihubungi terpisah membenarkan adanya keributan dari masyarakat yang berada di seberang. Mereka melihat bantuan ditumpuk begitu saja seakan tidak dibutuhkan, sementara mereka sangat membutuhkan. Mereka menilai pemerintah tidak peduli dengan nasib mereka.
Namun bantuan yang menumpuk ini berada di luar kendali Posko Pemkab Pessel, sebab tidak dikoordinasikan sebelumnya. Bantuan tersebut berasal dari sumbangan berbagai pihak yang disampaikan langsung kepada masyarakat korban bencana.
Tetapi ketika bantuan telah sampai di lokasi, mereka kebingungan untuk mendistribusikannya. Medan yang sulit menyebabkan bantuan tak dapat langsung didistribusikan, karena harus diangkut dengan perahu dan kemudian diangkut lagi dengan mobil bak terbuka atau sepeda motor. “Akhirnya bantuan ditumpuk saja di tempatnya. Masyarakat yang berada di seberangnya tentu melihat bantuan ini. Mereka marah-marah, kenapa tidak didistribusikan, mereka sangat membutuhkannya,” terang Ade.
Pihaknya mengharapkan, agar para donatur dapat berkoordinasi dengan Pemkab Pessel atau posko bantuan kebencanaan dalam menyalurkan bantuan. Posko akan mengelolanya dan segera menyalurkannya pada korban bencana. Di posko juga terdapat petugas yang siap diturunkan ke titik-titik lokasi yang tersebar.
Distribusi bantuan ini memang tidak mudah dilakukan, karena banyaknya lautan-lautan mini di sekitarnya. Bahkan distribusi bantuan untuk daerah terisolir akan dilakukan dengan helikopter. Karena medan yang sulit dan cuaca yang tidak bersahabat, 1 unit helikopter pengangkut bantuan terpaksa mendarat darurat di Air Haji.
Sudah maksimal
Kepala BPBD Sumbar Harmensyah mengaku mengaku belum mengetahui adanya penolakan masyarakat terhadap lembaga-lembaga kemanusiaan yang mendirikan posko di Pessel. Sebab, komando penanganan bencana di Pesisir Selatan berada di tangan Pemkab Pesisir Selatan. Pemprov Sumbar hanya memfasilitasi bantuan untuk korban dan seluruh informasi bagi penanganan tanggap bencana.
Namun pada dasarnya, seluruh organisasi kemanusiaan yang menerjunkan relawannya ke lokasi bencana telah bekerja optimal sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Proses pencairan korban yang hanyut telah dilakukan sejak hari pertama masa tanggap darurat.
“Kita belum dapat kabar kalau ada relawan yang ditolak masyarakat. Tetapi saya kira, tim relawan ini telah bekerja optimal, mungkin hasilnya yang belum maksimal karena masih ada korban yang belum ditemukan. Hal itu disebabkan karena terkendala cuaca yang buruk. Mereka bekerja tentunya menurut SOP yang ada,” terang Harmensyah.
Kemarin, Menko Kesra Agung Laksono dan Wakil Gubernur Muslim Kasim meninjau kawasan bencana di Pesisir Selatan itu. Pada kesempatan itu, Menko Kesra menyerahkan bantuan sebesar Rp 0,5 miliar untuk penanganan tanggap darurat. Ia juga berjanji mendorong Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan langkah agar daerah-daerah yang terisolasi akibat rusaknya infrastruktur jalan karena banjir dapat segera dibebaskan.
Hal ini untuk mencegah terjadinya kemandekan perekonomian akibat terisolasinya suatu daerah dikarenakan terputusnya jaringan, kata menteri menambahkan. Ia juga meminta pemerintah setempat segera menyiapkan langkah untuk memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. (h/adk/aci/vie/har/mjn)(haluan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar