Jiko di sawah buruang nan bakicau, mamakan padi para peteni yang mulai tumbuah. Maka, para bujang jo gadih anak dari petani bisanya pergi manggaro, menjaga padi agar tidak habis dimakan burung. Kegiatan itu dilakukan untuk menjaga padi di kampung-kampung.
Memasuki hari Idul Adha ada kegiatan yang hampir sama dengan kegiatan manggaro di kampung-kampuang tersebut. Namun, kali ini bukan padi di sawah yang harus dijaga, melainkan sapi, hewan yang akan dikurbankan.
Biasanya, tiap-tiap tempat atau masjid yang akan melaksanakan pemotongan hewan kurban beberapa hari menjelang hari raya Idul Adha. Rentang waktu kedatangan hewan kurban tersebut berkisar satu, atau dua hari.
Berbeda dengan kegiatan manggaro di sawah, yang biasa dilakuakan pada siang hari, manggaro jawi kurban dilakukan pada malam hari. Dinginnya malam menjadi teman bagi penggaro ini
Canda gurau menjadi pelipur lara untuk mengalahkan dinginnya udara malam. Beberapa bugus rokok, dan seteko kopi adalah penganan malam Indera dan kawan-kawan malam yang menggaro jawi kurban di Jati IV Padang. Sekitar 22 ekor sapi yang harus mereka amankan hingga esok pagi (Minggu). Ke 22 ekor sapi tersebut adalah jumlah keseluruhan dari sapi yang akan dikurbankan di Masjid Baiturrahman Jati Padang.
Karena tidak adanya tempat penampungan, sapi kurban tersebut diditempatkan di areal terbuka, pada sepetak tanah milik H Mawardi Khatib tokoh masyarakat di Jati IV Padang.
Kapada Haluan Indera menceritakan, kegiatan manggaro jawi pada malam hari raya kurban merupakan aktivitas yang rutin mereka lakukan. Para pemuda setempat sengaja begadang pada malam itu untuk menjagai hewan kurban yang akan disembelih esok harinya. Pekerjaan ini dengan ikhlas mereka kerjakan walaupun keesokan harinya mereka juga harus ikut bekerja mandabiah Jawi.
“Oleh panitia pemuda yang manggaro memang disediakan anggaran khusus, namun kami ikhlas membantu.”
Dalam menjaga sapi kurban, mereka selalu bergantian, karena tidak mungkin kami berjaga sampai pagi hari. “Karena, esok hari kami juga ikut harus bekerja, membantu proses penyembelihan,” kata Indera.
“Memang, penjagaan terhadap sapi kurban harus dilakukan. Karena, tidak sedikit tangan-tangan “kreatif” yang beraksi menjelang hari raya kurban ini. Jadi, sebagai pemuda kami merasa betanggung jawab terhadap keamanan sapi kurban.”
Sepertinya, pekerjaan manggaro jawi kurban tidak terlalu sulit. Namun, sebenarnya mereka diberikan amanah yang cukup berat. Indera mengatakan, setiap satu jam mereka harus memonitor, dan menghitung jumlah sapi yang ada.
Sesekali lenguhan sapi terdengar seakan ikut menemani, dan menghibur Indera dan kawan-kawan berjaga pada malam itu. Seolah, sapi itu tetap bahagia meskipun mereka keesokan harinya menjadi hewan yang akan dikurbankan demi mengagungkan asma Allah. (Laporan Rahmat Hidayat)(Haluan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar