TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Orang tua tersangka pembobol server Telkomsel, FAS, Wanto (kiri) dan Yati (kanan) saat ditemui di kediamannya di Serang, Banten, Selasa (7/2/2012).
FAS, otak pembobol server Telkomsel mengaku belajar IT secara otodidak selama enam tahun. FAS mengakui membutuhkan waktu sekitar delapan bulan, untuk membobol server Telkomsel. Selama enam tahun belajar phreaking, keahlian, wawasan, dan pengalamannya terus bertambah.
"Sektiar bulan Oktober 2010, saya iseng-iseng bermain internet mencari data gratisan. Eh, saya menemukan celah untuk masuk ke server Telkomsel. Ketika saya masuk ke pintunya (server) ternyata tebuka," ujar FAS saat ditemui di bareskrim Mabes Polri, Senin (6/2).
FAS melanjutkan, ia dan teman-temannya seketika dapat meretas mesin data perusahaan provider layanan telepon seluler tersebut. Ia membutuhkan waktu delapan bulan, mengutak-atik melalui internet, sampai akhirnya berhasil menjebol sever dan membobol pulsa elektrik. Namun demikian ia menganggapnya sebuah keberuntungan.
Ia mengaku tidak memiliki ilmu khusus dari keilmuan formalnya dalam bidang tekonologi informasi (IT), melainkan seorang lulusan jurusan Geografi Universitas Indonesia. Dari segi keilmuan, pendidikan yang dia tempuh dengan pembobolan server Telkomsel tidak ada hubungannya. "Saya belajar otodidak. Belajar phreaking sejak dari 2006 hingga sekarang," ujar pria bekulit putih ini.
FAS, bersama enam orang lainnya telah ditahan Mabes Polri karena mencuri pulsa dari server. Semula mereka disebut membobol senilai Rp 7 miliar, dan belakangan berkembang menjadi Rp 10 miliar. Sedangkan pihak pelaku mengakui sempat meraup sekitar Rp 2 miliar.
Lima dari ketujuh tersangka menunjuk kantor pengacara Andri C Sihombing & Co sebagai tim pengacara.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Prawira Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar