KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERENenek Nela, tanpa menggunakan alas kaki, berjalan berkeliling kota berjualan es mambo.
Petronela Naben (69) namanya. Nenek yang satu ini sungguh luar biasa. Di usianya yang sudah senja, semangat kerjanya begitu tinggi, dan bahkan menjadi berkat buat banyak orang, terutama keluarganya. Buktinya, hanya dengan menjual es mambo milik majikannya, sang nenek mampu membiayai sekolah empat orang cucunya, bahkan seorang cucunya saat ini duduk di bangku perguruan tinggi.
Nenek Nela panggilan akrabnya, saat ditemui Kompas.com, Rabu (28/11/2012), mengaku sudah menggeluti profesi sebagai penjual es keliling sejak tahun 1970. bahkan, ia mengaku sudah mengabdi dan bekerja kepada majikannya sejak tahun tahun 1965 sebagai pembantu rumah tangga. Namun lima tahun kemudian, dia merangkap sebagai penjual es, hingga hari ini.
"Setiap hari saya bawa es sebanyak Rp 50.000 dan kalau habis terjual saya dapat 20 persen. Uang tersebut saya simpan di bank untuk membiayai empat orang cucu adik saya di kampung. Cucu yang satu sekarang ini kuliah di Universitas Timor jadi saya rutin membayar semua keperluannya," kata Nela.
Nenek Nela yang berasal dari Eban, Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur ini memilih tinggal di rumah majikannya di Kelurahan Kefamenanu Tengah, Kecamatan Kota kefamenanu, TTU.
Dia mengatakan, setiap pagi sekitar pukul 09.00 Wita dia sudah keluar dari rumah membawa es yang disimpan dalam termos berukuran sedang dengan lokasi jualan di sekolah serta di pasar. Sekitar pukul 16.00, s yang dibawa pasti habis terjual. Nenek Nela juga sempat berkeluh kesah lantaran dirinya pernah dijanjikan oleh pemerintah setempat untuk mendapatkan bantuan, tetapi tidak pernah direalisasikan.
"Saya pernah diminta foto oleh ketua RT yang katanya mau dapat bantuan, tetapi bantuan itu tidak pernah saya terima sampai sekarang," kata Nenek Nela.
sumber
Nenek Nela panggilan akrabnya, saat ditemui Kompas.com, Rabu (28/11/2012), mengaku sudah menggeluti profesi sebagai penjual es keliling sejak tahun 1970. bahkan, ia mengaku sudah mengabdi dan bekerja kepada majikannya sejak tahun tahun 1965 sebagai pembantu rumah tangga. Namun lima tahun kemudian, dia merangkap sebagai penjual es, hingga hari ini.
"Setiap hari saya bawa es sebanyak Rp 50.000 dan kalau habis terjual saya dapat 20 persen. Uang tersebut saya simpan di bank untuk membiayai empat orang cucu adik saya di kampung. Cucu yang satu sekarang ini kuliah di Universitas Timor jadi saya rutin membayar semua keperluannya," kata Nela.
Nenek Nela yang berasal dari Eban, Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur ini memilih tinggal di rumah majikannya di Kelurahan Kefamenanu Tengah, Kecamatan Kota kefamenanu, TTU.
Dia mengatakan, setiap pagi sekitar pukul 09.00 Wita dia sudah keluar dari rumah membawa es yang disimpan dalam termos berukuran sedang dengan lokasi jualan di sekolah serta di pasar. Sekitar pukul 16.00, s yang dibawa pasti habis terjual. Nenek Nela juga sempat berkeluh kesah lantaran dirinya pernah dijanjikan oleh pemerintah setempat untuk mendapatkan bantuan, tetapi tidak pernah direalisasikan.
"Saya pernah diminta foto oleh ketua RT yang katanya mau dapat bantuan, tetapi bantuan itu tidak pernah saya terima sampai sekarang," kata Nenek Nela.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar