VIVAnews - Survei CNN yang menempatkan rendang sebagai masakan terlezat di dunia seperti menjustifikasi bahwa masakan Nusantara ini memang bermula dari Minang. Meskipun negara tetangga Malaysia terus gembar-gembor mempromosikan masakan adat ini ke sejumlah belahan dunia, namun perspektif internasional tak mudah dipengaruhi.
Rendang sudah ada jauh sebelum tahun 1550.
CNN dalam hasil surveinya membenarkan bahwa masakan dengan bahan utama daging dan santan kelapa ini dibuat orang Sumatera Barat. Pertanyaannya, kenapa rendang bisa dijumpai di sejumlah daratan Melayu?
Sebagai masakan khas Melayu, rendang tak bisa lepas dari kebiasaan adat orang Minang. Migrasi orang Minang pada awal abad ke-16 diyakini sebagai awal keberadaan rendang di sejumlah tanah Melayu. “Migrasi ini yang saya duga kuat membuat rendang menembus batas teritorial Minangkabau pada awal abad ke-16,” kata sejarawan Melayu dari Universitas Andalas, Padang, Muhammad Nur, kepada VIVAnews, Senin, 12 September 2011.
Dari sejumlah literatur, ujar dosen pascasarjana Unand ini, rendang telah menjadi masakan adat sejak etnis Minang mengalami kemandirian adat. Kapan kemandirian adat ini terjadi? “Pada awal abad Masehi Minang telah mencapai kemandiriannya, tepatnya pada era neolitikum,” katanya.
Hal ini, katanya, diperkuat dari sejumlah catatan Syech Burhanudin—ulama pembawa ajaran tareqat satariyah ke Sumbar—yang menuliskan bahwa rendang pada awalnya menggunakan daging yang tergolong tidak halal. Sejak Islam masuk—dimulai sejak abad ke-13 dan sempurna pada abad ke-16—rendang mulai mengalami perubahan, terutama dari daging yang digunakan sebagai bahan utama. Daging kerbau, kambing, sapi, menjadi pilihan utama untuk membuat rendang daging.
Dengan yakin M. Nur menegaskan rendang sudah ada jauh sebelum tahun 1550 seperti yang tertulis dalam Hikayat Amir Hamzah. Sejak migrasi orang Minang menuju Malaka, rendang sudah menjadi menu utama dalam upacara adat.
Migrasi Rendang
Pada awal abad ke-16, migrasi besar-besaran orang Minang menuju Malaka terjadi. Selain mencari daerah baru, migrasi ini bertujuan untuk pengembangan ekonomi. Migrasi ini memanfaatkan jalur sungai Rokan, Riau, dan menyeberang ke Malaka.
“Malaka saat itu kan gerbang utama menuju Semenanjung Malaya (Malaysia saat ini). Rata-rata orang Minang ini mendiami Negeri Sembilan dan Johor Baru untuk mengembangkan budaya, termasuk kuliner,” kata M Nur.
Dampak dari migrasi besar-besaran ini masih terasa hingga saat ini. Sejumlah nagari—pemerintahan terendah di Sumbar—juga ditemukan di Negeri Sembilan. Bahkan, ujar M Nur, semua nagari yang ada di Sumbar ada di Negeri Sembilan.
Kedekatan Negeri Sembilan dengan Minangkabau bukan sekadar cerita isapan jempol belaka. Di sejumlah literatur ditemukan bahwa Kerajaan Pagaruyuang pernah mengirimkan raja untuk bertahta di Negeri Sembilan.
Kondisi ini muncul karena orang Minang yang menghuni Negeri Sembilan hanya mau dipimpin seorang raja yang berdarah Minang. “Karena saat itu terjadi kisruh di masyarakat Minang di sana untuk memilih siapa yang jadi pemimpin, dimintakanlah raja dari Pagaruyuang untuk bertahta di sana,” ujar M Nur.
Hal ini dibenarkan pewaris tahta Kerajaan Pagaruyuang Puti Reno Raudah Thaib dalam percakapan dengan VIVAnews beberapa waktu sebelumnya. Menurutnya, Negeri Sembilan memiliki kekerabatan yang erat dengan kalangan istana Pagaruyuang . Bahkan salah satu raja yang dikirim langsung dari Pagaruyung untuk bertahta di sana yakni Raja Lenggang. “Tuanku Abdul Rahman adalah putranya yang merupakan raja pertama usai Malaysia menyatakan merdeka, ini tidak bisa dipungkiri,” katanya.
Sejarawan Unand Prof Gusti Asnan, sebelumnya menduga kuat migrasi rendang ini terjadi saat perantauan orang Minang ke Malaka sebagai saudagar yang dimulai pada awal abad ke-16. Gusti mengatakan, catatan seorang Portugis Ruy de Brito menyebutkan, bahwa orang Minang banyak sekali yang berdagang ke Malaka sejak abad tersebut. Buku tentang jalur perantauan Malaya ini ditulis Ruy pada tahun 1514.
Meskipun berada di daerah baru, tradisi ‘marandang’ (membuat rendang) tetap dipertahankan etnis Minang yang menghuni Semenanjung Malaya. Bila Malaysia kini juga nengklaim rendang sebagai masakan mereka, menurut M Nur, hal itu bukanlah sesuatu yang fenomenal.
Melayu Muda
Masuk dalam rumpun Melayu, sebenarnya Minang tergolong ke dalam Melayu Muda (deltro melayu). Menurut M. Nur, Melayu Minangkabau saat ini tidak hanya tersebar di Sumatera Barat namun mendiami sejumlah tempat hingga Semenanjung Malaya (Malaysia). Di Sumatera, Melayu Minangkabau bisa dijumpai di Bengkulu, Riau, dan Jambi.
Banyaknya jumlah etnis Melayu Minangkabau yang tersebar di sejumlah titik tersebut memungkinkan rendang bisa ditemukan di daerah tersebut. “Jadi, wajar bila Malaysia mengklaim rendang sebagai masakan mereka karena orang Minang di sana juga melakukan hal yang sama (marandang). Yang mengkaim itu kan keturunan Minang yang ada di sana.” (Laporan: Eri Naldi | Padang, umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar