ADI DWIJAYADIIlustrasi
BONTANG, KOMPAS.com - Hane, pria yang dujuluki "manusia gerobak", akhirnya setuju memasukkan anak perempuannya yang bernama Fitriani ke salah satu panti asuhan di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
"Saya setuju untuk memasukkan Fitriani ke panti asuhan asalkan dekat di Kota Bontang sini saja, soalnya jika harus ditaruh di panti sosial perlindungan anak (PSPA) Samarinda terlalu jauh. Saya tidak punya ongkos untuk menenggoknya," kata orang tua Fitriani, Hane, di Bontang, Senin (17/10/2011), kepada dua petugas PSPA, Royo dan Hamdi.
Kisah Manusia Gerobak itu diawali sekitar tujuh tahun lalu, di mana ada pasangan suami istri yang memulung bersama anaknya dengan membawa sebuah gerobak sebagai tempat memulung. Kini, istri Hane sudah tidak turut memulung dan ia hanya tinggal berdua ditemani sang anak yang bernama Fitriani.
Fitriani yang berusia 10 tahun sehari-hari dinaikkan ke gerobak oleh sang bapak dan diajak keliling selama memulung barang rongsokan, yang terkadang hingga tengah malam.
Kisah manusia gerobak ini lalu menjadi perhatian masyarakat Bontang, karena Hane dan Fitriani berkeliling memulung barang rongsokan kadang membunyikan musik cukup keras, bertelanjang dada dan tidak beralas kaki.
Informasi mengenai manusia gerobak ini lalu sampai ke Dinas Sosial Provinsi Kaltim, dan ditindaklanjuti dengan silaturahim dan observasi dengan kunjungan rumah.
Awal pelacakan keberadaan Hane dan Fitriani semula di belakang sekolah YKPP, lalu mendapat penjelasan tetangganya jika sudah pindah menyewa di dekat sekolah YPPI atau RT sebelah. Dan benar, Hane sedang makan, dan anaknya sedang bermain dengan sesama pemulung di rumah sewaan para pemulung.
Dia kisahkan pernah mengalami kebakaran dan dua anaknya ikut terbakar habis, lalu istrinya meninggalkan dirinya dan kawin lagi. Lalu satu anaknya yang masih hidup Fitriani ikut dirinya, sehingga pada saat memulung terpaksa diajak berkeliling.
"Secara fisik dan kasat mata, Hane dan Fitriani perlu ditolong dengan menempati kamar sewaan yang layak huni. Kondisi kejiwaan Hane cukup tertekan, sementara anak semakin lama semakin membutuhkan perhatian dan biaya, sedangkan pekerjaan memulung hasilnya tidak pasti," ungkap Royo, Petugas Advokasi dan Perlindungan PSPA.
Royo meminta Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Bontang agar menindak lanjuti mencarikan relasi panti asuhan yang ada di Bontang untuk Fitriani dan menurutnya berdasarkan fakta, Fitriani pantas diterima menjadi klien panti asuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar