Pada tanggal 10 Oktober 2011 lalu, pengurus himpunan pengusaha muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Barat melakukan audiensi dengan Gubernur Sumbar (penulis) dimana hadir juga pengurus HIPMI Pusat asal Minang. Mereka memaparkan visi dan misi serta semangat pengurus HIPMI Sumbar untuk maju dan sukses menjadi pengusaha. Melihat hal yang demikian, penulis kemudian teringat kepada kenyataan bahwa orang Minang hanya bisa sukses di bidang usaha yang digelutinya bila melakukan perubahan dalam cara berpikir dan sikap.
Mengingat bahwa pengurus HIPMI Sumbar ini sebagian besar orang Minang, maka penulis sampaikan bahwa untuk menjadi pengusaha yang maju dan sukses sebagai orang Minang harus berpikir “out of the box” terhadap apa yang selama ini menjadi pola pikir kebanyakan pedagang dan pengusaha Minang.
Sebagai contoh adalah laporan dari Kepala Bank Indonesia Padang yang menyampaikan bahwasanya jumlah orang yang menabung dan yang memanfaatkan kredit masih sedikit. Ini karena kebanyakan pelaku usaha belum berpikir “out of the box” sehingga tidak memanfaatkan kredit bank.
Kondisi saat ini, orang Minang bergerak di sektor perdagangan baik di Sumbar maupun rantau. Sulit untuk mencari pengusaha asal Minang yang sukses di pentas Nasional. Jika ada, maka jumlahnya tidak banyak. Kebanyakan orang Minang bergerak di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Tentu menjadi pertanyaan kenapa orang Minang yang dikenal sebagai pedagang hanya bergelut di sektor UMKM. Sedang usaha menengah besar diambil oleh mereka yang bukan orang Minang. Di samping itu terdapat kenyataan bahwa orang Minang sulit berkerja sama bahkan kadang kala persaingan tajam terjadi antara sesama orang Minang walaupun berada di rantau.
Cara berpikir bahwa usaha harus untung dan juga karakter ingin cepat untung dan aman adalah ciri kebanyakan pedagang Minang. Pedagang Minang sulit untuk melakukan spekulasi (dalam makna positif), terutama di bidang usaha yang risikonya besar, walaupun perolehan dari usaha seperti ini hasilnya juga bernilai tinggi.
Orang Minang lebih memilih mencari usaha yang aman di sektor perdagangan. Cari barang di suatu tempat lalu menjual di tempat lain. Tidak ada usaha kreatif mencari terobosan karena terobosan tersebut mengandung spekulasi. Oleh karena itu orang Minang mencari aman dengan memilih usaha di sektor perdagangan sehingga orang Minang dikenal sebagai pedagang.
Penulis sampaikan kepada pengurus HIPMI Sumbar tersebut, untuk maju harus berpikir dan bersikap “out of the box” sebagai orang Minang. Misalnya, berani meminjam uang di bank, berani bekerjasama dan melakukan “networking” dengan siapapun, berani spekulasi, dan siap untuk menerima kemajuan dan mengikuti perubahan, perkembangan zaman serta tidak mencari aman dan mau untung cepat.
Kita bisa saksikan saat ini, perlahan-lahan orang Minang mulai tersisih. Dulu orang Minang dikenal sebagai penjahit handal tapi saat ini bagaikan hilang ditelan ombak karena tidak mampu mengikuti zaman dan bisa dikatakan kurang kreatif (spekulasi). Maka, saat ini justru penjahit dari etnis lain yang berjaya karena mereka kreatif dan mengikuti zaman serta mau melakukan perubahan.
Orang Minang dulu juga dikenal sebagai pedagang emas. Namun saat ini tidak demikian karena akibat faktor teknologi dan juga keahlian dari etnis lain yang mampu menghasilkan produk yang lebih baik dari orang Minang dengan memanfaatkan teknologi serta mampu melakukan terobosan dan kreativitas.
Sama juga halnya dengan nasib restoran Padang. Hanya restoran kecil dan menengah yang dikuasai oleh orang Minang. Namun restoran yang besar dikuasai oleh etnis lain. Perdagangan pakaian yang pernah digeluti oleh orang Minangpun kini makin tersisih. Ini bisa dilihat di tempat-tempat di Jakarta seperti Tanah Abang dan Blok M yang menggambarkan makin tersisihnya orang Minang.
Oleh karena itu, pengurus HIPMI dan juga pelaku usaha lainnya harus keluar dari kebiasaan yang ada agar bisa sukses. “Mind set” demikian (out of the box) harus terus dilatih dan dibiasakan di masa muda sehingga mampu menghasilkan pengusaha Minang yang sukses dan “bermain” di usaha skala besar serta mampu bertahan dengan mengikuti tuntutan zaman, melakukan terobosan dan kreatif. ***
IRWAN PRAYITNO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar