Jakarta, Singgalang Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Pribahasa itu begitu populer di kalangan siapa saja, sedari dulu hingga sekarang. Walau demikian, banyak di antara penghuni negeri ini tidak siap dengan perpisahan. Karena ketidaksiapan itulah, air mata menjadi pewarna di setiap perpisahan. Agaknya itu pulalah yang terjadi di kantor Kementerian Hukum dan HAM, Rabu (19/10). Isak tangis mewarnai acara perpisahan mantan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar dengan para stafnya. Bahkan, air mata Patrialis ikut bercucuran saat meninggalkan Gedung Kemenkum HAM. Sebagaimana dikutip detikcom, Patrialis tidak kuasa mena-han haru saat digelar upacara penghormatan dan perpisahan di Graha Pengayoman, Kemenkum HAM, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Barisan taruna yang berseragam biru dan merah itu berbaris dengan pedang pora diarahkan ke bawah mengiringi Patrialis yang menangis saat berjalan meninggalkan institusi yang dipimpinnya selama 2 tahun. Patrialis bersama sang istri melambai-lambaikan tangan pada para PNS yang menyaksikan acara itu. Beberapa PNS tampak mengusap air mata mereka. Patrialis mengaku akan kembali ke dunia akademik untuk mengajar. Dia juga akan menyelesaikan S-3 di Universitas Padjajaran. “Ya back to basic-lah,” kata dia. Dia juga mengaku tidak tahu posisi baru yang disiapkan Presiden SBY untuknya. Kabar yang beredar, politisi PAN ini akan menempati pos baru sebagai Dubes RI untuk Arab Saudi. Sedangkan mantan Ketua Umum PAN Amien Rais pernah menyebutkan Patrialis akan menjadi hakim MK. “Belum ada. Saya belum tahu,” kata Patrialis. Takut jadi tersangka Rentangan waktu selama dua tahun menjabat sebagai Menkum HAM bagi Patrialis sudah cukup. Jika lebih dari itu, politisi asal PAN itu justru takut bakal menjadi tersangka. “Kalau lebih dari dua tahun nanti malah saya jadi tersangka,” kata Patrialis sambil tertawa, usai mengikuti serah terima jabatan (Sertijab) di kantor Kemenkum HAM, kemarin. Ia mengatakan, menteri-menteri yang duduk di kementerian yang pernah dipimpinnya memang jarang yang bertahan lama. Bahkan menurut Patrialis, ada menteri yang hanya menjabat selama dua puluh hari. “Ada yang cuma tujuh bulan, dua bulan, bahkan ada yang dua puluh hari. Paling lama Pak Ismail Saleh 10 tahun, Pak Hamid Awaluddin hampir sama dengan saya. Pak Andi Matalata juga,” kata Patrialis. (*/004) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar