Arfi Bambani Amri, Syahrul Ansyari
VIVAnews - Bekas Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono melihat ada "skenario Sipadan-Ligitan" sedang berjalan di sebuah pulau milik Indonesia. Saat ini, kata Hendro, pulau itu praktis di bawah kontrol Malaysia dan Jerman.
Di pulau milik Indonesia ini, orang Indonesia yang datang bisa diusir.
Pulau tersebut bernama Moratua. Pulau ini terletak di utara Derawan, Kalimantan Timur. Kira-kira empat jam dengan menaiki perahu cepat dari Derawan.
Di Pulau Moratua, kata Hendro, sudah bercokol perusahaan pariwisata dari Malaysia dan dua perusahaan dari Jerman. Tidak ada satu pun perusahaan dari Indonesia. "Jadi secara de facto, kontrol mereka lebih sering," kata Hendro.
Pulau ini sebenarnya bagian dari sebuah kecamatan. Camatnya, kata Hendro, aktif dan bagus, hanya saja tidak memiliki kekuatan. Petugas seperti Koramil, Pos polisi, Polsek, juga ada, tetapi kekuatannya lemah untuk menjaga perbatasan karena lebih banyak orang lalu-lalang Malaysia dan Jerman untuk berpariwisata.
Kondisi itu menurutnya bisa diubah dengan memberi kesempatan pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di sana agar banyak orang Indonesia yang berdiam. Praktis di tempat itu orang Indonesia tidak boleh masuk bahkan sering kali diusir.
"Bagaimana mau masuk, mereka sudah membawa grup-grup dari luar negeri untuk wisata, diving. Jadi kalau masyarakat datang tidak untuk apa-apa, hanya mancing ya diusir. Tapi ya tidak bisa begitu, itu kan negeri kita," katanya.
Oleh karenanya hal yang harus dilakukan pemerintah adalah memperkuat kekuatan Angkatan Laut dan Darat khususnya di daerah-daerah perbatasan. Dia menambahkan di Derawan sudah ada Angkatan Laut, tetapi hanya pos saja tidak ada kekuatannya. Pos itu sendiri hanya didatangi sekali-kali.
"Yang terus ada di situ, orang Indonesia itu, di Pulau Derawan saja, tapi ke utara lagi, di Pulau Moratua, itu nggak ada."
Dari pulau ini, Hendropriyono melihat ada kesamaan proses ketika negara ini kehilangan wilayah-wilayahnya seperti di Sebatik, Sipadan dan Ligitan, dahulu. "Hampir sama. Mula-mula pengusaha pariwisata, kemudian pengeboran minyak, dan seterusnya diambil wilayah kita," ucapnya. (umi)
BERITA TERKAIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar