Padang, Singgalang Lalu lintas di Kota Padang belakangan semakin kusut masai. Ini disebabkan kelakuan pengendara dan pengemudi di Padang yang mau menang sendiri. Sebab lain, infrastuktur dan petugas yang tersedia, berbanding terbalik dengan jumlah kendaraan. Kondisi semakin diperparah karena yang ada di jalan hanya Polantas dan itupun di pusat kota. Padahal lalu lintas yang kusut masai justru di By Pass dan nyaris semua persimpangan di sana. “Jika hal itu dianggap biasa, maka Padang bisa menjadi kota dengan lalu lintas paling memuakkan di Indonesia. Warganya bisa stress hingga stroke. Karena itu, diminta agar bersabar dan menghormati orang lain kalau sedang di jalan raya,” kata Basrial, di Padang Minggu (9/10). Basrial seorang warga Padang yang tiap hari harus bersabar di jalanan kota yang semakin liar. Polresta Padang dan seluruh jajarannya ke bawah punya 212 orang personel Polantas. Tapi yang bisa diturunkan ke jalan hanya 90 orang setiap harinya. Jumlah itu, jelas tidak cukup mengingat banyaknya simpul kemacetan dan bandelnya pengguna jalan di kota ini. Petugas dari Polsek Kuranji, seolah-olah dibiarkan sendirian bertugas di tengah ratusan kendaraan yang memadati jalan tersebut. Pantauan Singgalang dalam beberapa hari belakangan, lalu lintas yang relatif tertib hanya di Jalan Hamka, Khatib Sulaiman, Rasudah Said, Sudirman terus ke Bagindo Aziz Chan. Kemudian di S. Parman, Veteran, terus ke Damar. Jalan penghubung seperti A Yani dan Ujung Gurun, tertib namun, badan jalan dipergunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Ada parkir berdempet-dempet, ada pula yang jualan kaki enam (jualan dengan mobil, red). Belum lagi kendaraan dari arah jalan Patimura terus mendesak tanpa memberi prioritas yang lurus. Itu lantaran tidak ada traffic light di persimpangan tersebut. Sementara di luar itu, kusut masai. Simpul kemacetan misalnya di Simpang Tinju, Siteba, Lapai, Jati, Simpang Haru, Jembatan Andalas, sepanjang Jalan Andalas dan di depan Swalayan Citra. Khusus di dekat jembatan Andalas, persisnya di depan Rili Swalayan, kemacetan seakan-akan sengaja dibuat oleh Dinas Perhubungan Kota Padang. Sudah jelas jalan sempit, diberi pula median jalan dan ketika kendaraan berbelok di sana harus maju mundur terlebih dahulu. Akibatnya kendaraan yang melaju tertahan dan macet! Begitu juga di simpang Anduring, traffic light hanya untuk pajangan saja. Kendaraan yang datang dari tiga arah sama-sama basibagak saja. Kemacetan dan ketidakpatuhan juga ditemukan di Lubuk Buaya, Simpang Tabing, Seberang Padang dan dekat RS Tentara. Kalau di By Pass, simpul kusut masai itu, Simpang Balai Baru, simpang Kuranji dan simpang jalur evakuasi. Di sini, selain jadi pajangan, lampu merah yang nyala juga tak dihiraukan. Ada yang patuh, tapi akan terkepung di antara kendaraan yang berselingkit. Lampu merah simpang Kuranji, tak berlaku. Lampu merah jalur evakuasi, jangan disebut lagi. Kendaraan yang masuk keluar jalur evakuasi dari By Pass ke pusat kota, akan tersekat di Kalawi. Di sini orang bersibagak juga. Pada Minggu siang kemarin, misalnya, dua orang nyaris adu jotos karena merasa benar. Naik darah mereka. Kendaraan mereka tak bisa bergerak di Simpang Kalawi tersebut. Seorang warga kemudian turun tangan mengatur lalulintas.
Naik darah Pengendara dan pengemudi di Padang, seperti tak pernah mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) dan suka naik darah. Mereka mau turun dari kendaraan dan bertinju di tengah jalan, sementara anak dan bininya, pusat pasi menunggu di atas mobil atau motornya. Kalau diperingatkan oleh bininya, induk berasnya itu pula yang dihariaknya. “Mereka punya aturan sendiri-sendiri saja,” kata Agus seorang warga di Andalas, Minggu (9/10). Yang paling kentara, tak mau memberi jalan bagi kendaraan yang memotong jalan, atau masuk ke jalan kecil dari jalan utama. “Harus berani. Kalau tidak, jangan harap akan diberi jalan,” kata dia. Para pengemudi dan pengendara di Padang telah dikecewakan oleh pihak lain, ketika mereka berada di jalan. Akibatnya, sebut Basrial, warga lain, mereka juga tak mau kalah. “Kemacetan di Siteba, Simpang Tinju, Simpang Kuranji bisa berjam-jam, negeri apa pula ini,” kata dia.
Warga jadi Polantas Kemacetan sepanjang ruas jalan Siteba-Gunung Pangilun, Minggu sore kemarin benar-benar tak terkendali. “Saya dari Pasar Siteba sampai Simpang Tinju memakan waktu 45 menit. Padahal rasanya sekitar 1 kilo ya,” kata Aldi, seorang pengemudi kendaraan pribadi. Sementara itu, pantauan Singgalang, kemacetan di sepanjang jalan itu juga ulah pengendara yang tidak mau bersabar. Di simpang Berok, kendaraan yang mau masuk ke jalur utama sama-sama mancucuak saja. Mereka tidak hirau dengan prioritas untuk kendaraan di jalur utama. Begitu juga di Simpang Tinju, semuanya sama-sama basibagak. Anehnya di simpang ini tidak ada petugas polisi lalu lintas. Justru lalu lintas diatur seorang warga. Laki-laki tersebut dengan sukarela mengalirkan kendaraan yang mau berbelok di persimpangan itu. Infrastruktur Tiap harinya sekitar 31.500 kendaraan yang melewati jalur By Pass dari Aie Pacah ke Lubuk Begalung. Sementara Lubuk Begalung-Teluk Bayur mencapai 26.700 kendaraan yang didominasi truk. Sedangkan di ruas Aie Pacah-Simpang Duku, mencapai 18 ribu kendaraan perhari. By Pass akan dibangun jalur dua, dengan lebar jalan (saja) 14 meter dan lebar keseluruhan 40 meter. Paling lama Agustus 2012 pembangunan fisik dimulai. Saat ini Dinas Prasjal Tarkim sedang menunggu hasil pekerjaan konsultan pembangunan dari Korea yang selesai Desember nanti. Tender Januari 2012. “Agustus 2012 mulai. Kita optimis selesai 2014,” kata Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar, Suprapto. Jika selesai nanti pembangunan jalan dua jalur yang menghabiskan dana Rp650 miliar akan menyamai jalan tol di Ibukota. Jalan dua jalur akan dimulai dari Ketaping sampai ke Teluk Bayur. Jalan juga akan tersambung dengan jalan Simpang Duku dengan posisi melingkar, seperti jalan Semanggi, Jakarta. Selain itu, jalan Padang By Pass juga dilengkapi dengan tiga under-pass guna mengurangi titik kumpul kemacetan, masing-masing di persimpangan Lubuk Begalung, persimpangan Limau Manis dan persimpangan Siteba-Balai Baru. (003/004) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar