KOMPAS/FRANS SARTONOEdo Kondologit
Pulang ke tanah Papua, penyanyi Edo Kondologit tkdak membawa kabar bahagia, tetapi justru oleh-oleh sedih, kecewa, dan marah. Tiga hari lalu, Edo sempat ke Timika yang tengah bergolak karena pemogokan ribuan buruh PT Freeport Indonesia yang menuntut peningkatan kesejahteraan.
Penyanyi kelahiran Sorong, 5 Agustus 1967, itu wajar merasa sedih, kecewa, dan marah. Di tanah kelahirannya sana, kekerasan seperti tak pernah berhenti. Rakyat Papua hampir selalu menjadi korban dari kekerasan yang terus terjadi.
"Hati saya sedih, kecewa, marah. Campur aduk sebenarnya. Saya ini orang Papua, tetapi warga negara Indonesia, dan sedih dengan keadaan di tanah saya yang tak kunjung selesai masalahnya. Ternyata akar masalahnya kita sudah tahu, permasalahannya adalah kesejahteraan. Orang Papua itu ingin hidup sejahtera, ingin hidup layak. Bukan muluk-muluk. Mereka bisa cukup makan, anak-anaknya bisa sekolah. Punya rumah yang layak," katanya.
Masih dengan nada kecewa, dia melanjutkan, "Ketika dia (orang Papua) sakit bisa terpenuhi akses kesehatannya. Hal-hal yang dasar. Tapi itu semua enggak terpenuhi setelah sekian lama. Puskesmas kekurangan obat, anak-anak sekolah biayanya mahal. Ekonomi masyarakat enggak jalan. Semua bisa membuat frustrasi. Mau ngajak dialog, pemerintah pusat enggak menerima karena ada kecurigaan bahwa mereka (akan) memisahkan diri," kata Edo menumpahkan unek-uneknya dalam sebuah diskusi soal Papua di Jakarta, kemarin.
Dia pun berpesan kepada pemerintah pusat agar mau duduk bersama lagi. "Ini kan masalah klasik. Kemiskinan ini bukan cuma masalah Papua, tetapi juga masalah orang Indonesia. Cuma Papua ini kan daerah kaya, punya hasil tambang yang luar biasa, tapi miskinnya luar biasa," keluhnya.
"Rakyat Papua tak butuh aparat keamanan, yang dibutuhkan rakyat Papua adalah rasa aman sebagai warga negara untuk bekerja dengan baik, tenang. Polisi kita itu jangan jadi satpam Freeport. Polisi itu alat negara yang digaji uang rakyat, untuk melindungi uang rakyat," kata Edo.
TERKAIT:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar